04. Raiden Family

1.4K 81 6
                                    

Mata indah itu terus memikat, aroma tubuhmu membuatku candu. Bisakah kita seperti ini sebentar?

- Iansa

Iansa berjalan dengan gontai, rambut yang nampak berantakan, baju dengan kancing teratas sudah terbuka dan jas yang di tenteng di lengan itu menandakan dirinya sudah sangat lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iansa berjalan dengan gontai, rambut yang nampak berantakan, baju dengan kancing teratas sudah terbuka dan jas yang di tenteng di lengan itu menandakan dirinya sudah sangat lelah. Hari yang begitu panjang sudah terlewati begitu saja. Lelaki itu berjalan mendekati kamar tidurnya, dilihatnya perempuan berparas cantik itu tengah memoles diri didepan cermin sambil bersenandung riang.

Iansa berjalan ke arah sang istri, tanpa aba-aba dia memeluk tubuh perempuan itu, membiarkan wajahnya tenggelam dibalik ceruk leher sang perempuan. Namun si empunya merasa risih dan mulai memberontak.

"Iansa! Apa-apaan ini?" kesal Serena menghentikan kegiatannya barusan.

Aroma metanol—Lagi aku mencium aromanya

Dia mendorong kepala Iansa untuk menjauh darinya, "One minute, bisakah kita seperti ini sebentar?" Serena masih berusaha mendorong kepala lelaki itu tanpa menghiraukan bagaimana pemiliknya.

Eh? Dia demam?

"Iansa, kamu sakit? Badan kamu panas banget" lelaki itu menggeleng masih dalam posisi wajahnya pada ceruk leher Serena.

"Saya hanya kelelahan seharian bekerja." Serena mendengus kemudian kembali mendorong kepala Iansa dan berhasil membuat lelaki itu berdiri dengan posisi membungkuk dengan dagu diatas pundak perempuan itu.

Iansa menatap Serena pada pantulan cermin, gaun malam dengan potongan di area dadanya menampilkan belahan indah itu terekspos. Tangan Iansa bergerak menyentuh leher Serena, kedua mata mereka saling bertatapan didepan cermin.

Tangan kekar itu terus bergerak mengelus dagu Serena kemudian bergerak kembali menuju pipi kanan dan berhenti pada bibir perempuan itu. Iansa menelusupkan ibu jarinya pada rongga mulut Serena, membiarkan dibasahi oleh saliva perempuan itu. Dia menekan bibir bawah yang terlihat pecah itu hingga darah segar kembali keluar dari sana.

"Sudah saya bilang jangan mengigit bibir bawahmu" Iansa melepaskan tangannya dari Serena kemudian mengecup ibu jarinya, dia menarik satu sudut bibirnya kemudian meninggalkan Serena yang masih terpana dengan adegan barusan.

"Sialan! Bisa-bisanya aku berdebar dengan perlakuan gilanya. Tapi sorot matanya itu membuat ku tersihir. Buat merinding saja!"

Serena merapikan lipstiknya yang berantakan dan lagi otaknya seperti orang tolol yang mengulang kejadian beberapa saat lalu, sensasi yang tak pernah dia rasakan saat ibu jari lelaki itu masuk kedalam rongga mulutnya benar-benar aneh.

Red RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang