Ctak~
Lisa menggigit bibir bawahnya hingga berdarah saat cambuk itu untuk kesekian kalinya menyentuh punggung yang kini sudah dipenuhi oleh bercak darah.
Sunmi dan satu Senior Lisa lainnya tanpa ampun mencambuk tubuh dengan percikan api itu sejak delapan jam yang lalu. Tidak berhenti walaupun sebentar lagi tubuh Lisa akan hancur.
Inilah yang harus Lisa terima dari keteledorannya. Menampakkan diri kepada manusia untuk kepentingan pribadi, juga mengungkapkan siapa dia sebenarnya.
Dua hal itu adalah kesalahan besar yang tak bisa di ampuni. Maka dua puluh empat jam, Lisa harus rela tubuhnya terbakar dan dicambuk tanpa henti.
"Bukankah aku sudah memperingatkanmu, Lisa." Decak Sunmi yang sebenarnya tak tega mencambuk Junior kesayangannya.
"Mi-Mian, Sunbae." Lirih Lisa lalu tak lama harus kembali bungkam ketika satu cambukan lagi membelai punggungnya.
"Jangan ajak dia bicara, Sunmi-ya." Tegur Senior lelaki yang Lisa tahu bernama Taeyang itu. Berbeda dengan Sunmi yang masih memiliki hati nurani, Taeyang tak memilikinya sama sekali.
Banyak yang berasumsi jika Taeyang dulunya sering melanggar peraturan yang diberikan hingga membuatnya harus menjadi sosok yang benar-benar tak tersentuh. Ingatan dan perasaannya hilang sepenuhnya. Menyisakan kebengisan yang semakin mengganas jika dia ditugaskan untuk menyiksa Junior.
Ctak~
Jika Lisa adalah manusia, dapat dipastikan jika dia sudah merenggang nyawa karena siksaan itu. Tapi saat ini, dia bukanlah manusia. Namun rasa sakit yang sangat tak bisa terhindar.
Kedua tangannya diikat dengan rantai yang terasa begitu panas. Tubuhnya seakan dibakar dengan api besar, dan cambukan itu seakan mengulitinya hidup-hidup.
Tapi Lisa tak menyesal karena telah melakukan kesalahan. Nyatanya dia sudah mengetahui sedikit mengenai dirinya. Dan alasan apa yang membuat dirinya tertahan sampai saat ini.
.......
"Sudah lama kau tidak berkunjung, Nona." Seorang lelaki tua menyapa Jennie yang saat ini baru saja memasuki area pemakaman elite di salah satu sudut kota Seoul.
"Bagaimana kabarmu, Paman?" tanya Jennie ramah. Tentu dia merasa sangat berterima kasih pada lelaki yang sering sekali memberi perhatian khusus untuk kebersihan makam Lisa. Bahkan, ketika tak ada yang menjenguk. Lelaki itu akan membeli setangkai bunga untuk Lisa. Tak membiarkan makam itu kehilangan harumnya bunga.
Jennie sebenarnya cukup heran dengan sikap lelaki itu pada awalnya. Namun ketika ditanya, lelaki itu bilang Lisa sangatlah baik padanya semasa hidup.
Dulu, lelaki itu bukanlah penjaga makam seperti saat ini. Tapi dia adalah penjual es krim yang berjualan di dekat taman kota.
Jika Lisa berkunjung ke taman, gadis itu tak pernah lupa membeli es krim yang di jual lelaki itu, dan memberikan uang lebih untuknya. Juga, lelaki tua itu adalah salah satu saksi dimana Lisa harus kehilangan nyawanya akibat tabrak lari dua tahun lalu.
"Baik, Nona. Aku turut berduka atas apa yang menimpa adikmu," Lelaki tua itu berujar, karena siapa yang tak tahu perihal berita mengenai kecelakaan maut Chaeyoung sekitar tujuh belas hari yang lalu.
"Nde, Paman. Aku akan mengunjungi Lisa dulu." Pamit Jennie, lalu meninggalkan lelaki tua itu menuju makan adiknya yang sangat terawat walaupun sudah enam belas hari tak dikunjungi oleh siapapun.
"Maafkan Unnie karena tidak mengunjungimu dalam waktu yang lama," ujar Jennie setelah meletakkan satu buket bunga lily putih di atas makam Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different : Sequel Blood Ties ✔
FanfictionBerbeda. Semuanya tampak berbeda. Dimensi, waktu, dan kenyataan. Mereka saling bertemu, berpapasan, namun tidak saling menyapa ataupun bercengkrama. Karena satu hal yang begitu rumit. Semuanya sudah berbeda.