Sudah genap satu hari pasca sadarnya Chaeyoung dari koma. Gadis itu belum bisa melakukan banyak hal. Bahkan untuk berbicara saja masih sangat sulit untuknya.
Satu hari pula, tidak ada satu pun yang meninggalkan Chaeyoung. Kedua orangtua serta kakak-kakaknya terus berada di dekat Chaeyoung.
"Kau adik Unnie yang paling hebat, Chaeng-ah. Unnie bangga padamu," ungkap Jennie yang sejak tadi terus menggenggam tangan lemah Chaeyoung.
Gadis itu terlampaui bahagia. Yang bisa Jennie lakukan hanya menangis untuk mengungkapkan rasa syukurnya itu. Tidak bisa membayangkan, bagaimana jika Chaeyoung pergi darinya.
"Li-sa."
Keempat orang itu menegang. Seharusnya mereka senang, karena untuk pertama kalinya Chaeyoung mampu mengeluarkan suara. Namun yang disebut gadis blonde itu, membuat suasana di sekitarnya menjadi senyap selama beberapa menit.
Chaeyoung mengingat semuanya. Mengingat kehidupannya sebagai roh selama tiga puluh hari bersama Lisa. Mengingat bagaimana adik kembarnya itu harus berkorban untuknya.
Lisa pasti saat ini sedang menjalani hukuman. Itu yang saat ini Chaeyoung harapkan. Karena, ada hal yang lebih menyakitkan dibanding itu. Dan Chaeyoung tak akan siap jika ternyata Lisa benar-benar menyalaminya.
Hyeri pernah bercerita, jika sosok malaikat maut seperti Lisa tidak boleh terlalu sering melakukan kesalahan fatal. Jika tidak, mereka akan abadi tanpa setitik perasaan dan ingatan yang tersisa.
Kalau Chaeyoung ingat-ingat, sejauh ini Lisa sudah berkali-kali melakukan kesalahan. Dia mengetahui fakta itu dari Yeri. Walaupun sudah diperingatkan Lisa untuk tidak memberitahu Chaeyoung jika dia sedang di hukum, Yeri tetap memberitahukannya pada gadis blonde itu. Dan meminta Chaeyoung untuk berpura-pura tak tahu.
Hyera, si hantu yang menurut Lisa menyebalkan itu juga pernah menjelaskan perihal bagaimana proses sesosok malaikat maut akan kehilangan ingatan dan perasaan mereka.
Satu bulan pertama, ingatan mereka akan hangus tak tersisa. Berjalan dua bulan, perasaan mereka akan menyusul untuk dilenyapkan. Sehingga yang ada di kepala mereka hanya kematian. Tanpa memiliki belas kasihan sedikitpun. Dan terakhir, di bulan ketiga semua ingatan tentang mereka yang masih ada di dunia manusia akan dihilangkan. Begitupula jejak mereka. Seakan tak pernah terlahir ke dunia.
Chaeyoung sangat takut. Dia tidak ingin Lisa mengalami hal buruk itu. Bagaimana Chaeyoung bisa kehilangan seluruh jejak Lisa, sementara Lisa adalah orang paling berharga di hidupnya.
"Tidurlah. Ini sudah malam." Jennie menarik selimut Chaeyoung hingga sebatas dada. Mengecup pelan dahi adiknya lalu kembali terduduk di bangku samping ranjang Chaeyoung.
"Lisa-ya, ku harap saat ini kau ada di dekatku." Gumam Chaeyoung dalam hati. Sebelum memaksakan diri untuk tertidur.
.......
Hari ini Kris ditugaskan untuk membawa pakaian ganti milik Chaeyoung dan kedua kakaknya. Ini juga kali pertama Kris mengunjungi gadis itu setelah sadar dari koma sejak tiga hari lalu.
Memasuki kamar rawat Chaeyoung, Kris menemukan Jennie dan Jisoo yang duduk di masing-masing sisi ranjang adik mereka. Sedangkan Yonha dan Hanna ada di mansion.
"Kalian lebih baik pergi makan siang. Biar aku yang menjaga Chaeyoung." Suruh Kris sembari menyusun pakaian Chaeyoung ke dalam lemari.
"Tidak---"
"U-nnie," Chaeyoung mengeluarkan suaranya dengan tatapan memohon pada Jennie. Tahu jika kakaknya itu tidak ingin makan.
"Kami akan pergi makan siang. Kau bersama Kris Oppa sebentar, hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Different : Sequel Blood Ties ✔
FanfictionBerbeda. Semuanya tampak berbeda. Dimensi, waktu, dan kenyataan. Mereka saling bertemu, berpapasan, namun tidak saling menyapa ataupun bercengkrama. Karena satu hal yang begitu rumit. Semuanya sudah berbeda.