Angin berhembus cukup kencang. Musim gugur masih setia mengelilingi Korea Selatan. Membuat para manusia harus mengenakan pakaian hangat agar terhindar dari udara dingin yang dihasilkan.
Di sebuah taman kota. Dua makhluk berbeda duduk di salah satu bangku panjang. Chaeyoung dan Hyeri, yang baru bertemu lagi sejak beberapa hari lalu.
Chaeyoung menceritakan semuanya pada Hyeri. Siapa dia sebenarnya, dan ada hubungan apa Chaeyoung dengan sosok malaikat maut yang sangat ditakuti oleh Hyeri.
Respon hantu itu tentu sangat terkejut. Bahkan sampai beberapa menit berlalu, Hyeri masih saja menganga tak percaya dengan apa yang dia dengar dari mulut Chaeyoung.
"Menurutmu, apakah aku harus kembali ke tubuhku atau tidak?" tanya Chaeyoung sembari memandang daun-daun berjatuhan dari dahan pohon.
"Tentu saja kembali!" Hyeri berseru. Ingin sekali memukul kepala Chaeyoung mengenai pertanyaan yang tentu jawabannya sudah pasti.
"Tapi Unnie, aku tidak ingin berpisah lagi dengan Lisa." Chaeyoung menggigit bibir bawahnya. Berpisah dengan Lisa adalah hal tersulit yang dia lakukan. Dua tahun ini, bahkan doanya setiap hari adalah bertemu dengan Lisa. Ketika dikabulkan, Chaeyoung justru terjebak pada dua pilihan. Lisa atau Jisoo dan Jennie.
"Menurutmu, apakah kematian terdengar sangat simple?" tanya Hyeri yang memulai keseriusan dalam bicaranya.
"Bukankah kau sudah menyaksikannya? Bagaimana seseorang yang meninggal justru mempunya masalah lebih rumit dibandingkan saat dia masih hidup?"
Terdiam, Chaeyoung hanya mampu mengangguk pelan. Jika dia memilih untuk kembali, banyak hal yang harus Chaeyoung lakukan. Mengikhlaskan Lisa, juga berusaha membuat kedua kakak serta orangtuanya melakukan hal yang sama.
Bahkan sampai detik ini pun, walaupun Chaeyoung sudah melihat betapa tersiksanya Lisa. Dia tak bisa sedikitpun mengikhlaskan kepergian adiknya. Bayang-bayang bagaimana Lisa yang saat itu baru saja tersenyum kearahnya, lalu secara tiba-tiba direnggut oleh maut. Disaat adiknya sudah memiliki kesempatan hidup lebih lama bersamanya.
"Dan kau tidak bisa menyia-nyiakan usaha Lisa selama ini." Suara dingin itu membuat Chaeyoung maupun Hyeri terkejut. Terlebih pada Hyeri, yang tak bisa sedikitpun menggerakkan tubuhnya karena terlalu takut.
"Dia sudah terlalu banyak merasakan sakit. Jadi kuharap, kau bisa kembali dan membantu Lisa pergi dengan tenang."
Dada Chaeyoung seperti dipenuhi oleh bebatuan panas. Sesak mendengar orang lain begitu memperdulikan kesakitan Lisa, yang bahkan Chaeyoung sendiri tak memikirkan itu.
.......
Penampilannya cukup rapih. Dengan pakaian yang memiliki harga sangat mahal ditubuhnya. Juga wajahnya yang dipoles dengan riasan indah.
Menapaki lantai rumah sakit yang malam ini tentu sangat sepi karena jam besuk sudah ditutup. Menyisakan beberapa perawat dan keluarga pasien yang masih mondar-mandir di koridor.
Senyum sinis itu tampak di wajahnya yang cantik. Melewati setiap koridor dengan perasaan senang. Entah sebabnya apa.
Setelah menaiki lift, Gadis itu memilih turun di lantai lima. Tempat dimana ruang rawat VVIP terletak. Kembali melajukan langkahnya dengan ringan. Seakan dia tak memiliki beban.
Gadis itu terdiam sejenak setelah berhenti di depan salah satu pintu ruang rawat. Matanya seakan berbinar melihat pintu berwarna cokelat dengan nomor 552 itu.
Membukanya perlahan, gadis itu semakin bahagia mendapati ruangan yang sangat sepi. Tak ada siapapun disana selain seseorang yang terbaring lemah melawan maut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different : Sequel Blood Ties ✔
FanfictionBerbeda. Semuanya tampak berbeda. Dimensi, waktu, dan kenyataan. Mereka saling bertemu, berpapasan, namun tidak saling menyapa ataupun bercengkrama. Karena satu hal yang begitu rumit. Semuanya sudah berbeda.