Tempat itu masih persis sama seperti dalam ingatan Chan. Suram, dengan aura lembab dan berat yang nyaris tampak di udara kosong. Menegangkan dan menekan dari dalam. Seakan ada tangan-tangan tak kelihatan yang hendak menarik organ-organnya dari dalam.
Namun dia sudah terlalu familiar dengan perasaan itu. Wajah-wajah menyeringai itu tak lagi menyeramkan seperti saat Chan pertama kali menginjakkan kaki di sana, dulu. Dan kilat di mata orang-orang itu bukan lagi kerlingan kejam predator yang menemukan mangsanya, namun lebih kepada tatapan mata predator yang bertemu predator lain yang lebih kuat dari mereka.
Chan tahu dia punya nama di tempat itu. Mereka semua mengenalnya. Bahkan petugas kepolisian yang mengantarkannya ke ruang selnya memandangnya dengan segan.
"Kami berusaha menempatkan anda di Blok A, tuan Chris. Tapi kasus anda bukanlah korupsi, jadi kami hanya bisa menempatkan anda di sini. Maafkan kami, ini tak akan lama, hanya untuk formalitas."
Chan mengangguk singkat, tak terlalu mempermasalahkan di mana ia diletakkan. Toh dia tak akan lama berada di sana.
"Kami sedang mengejar orang yang mengkhianati anda, tuan. Anda tidak usah resah."
Lagi-lagi dia tak memberikan jawaban verbal, hanya mengendikkan bahu sebagai tanda dia mendengarkan.
"Saya tinggal dulu. Bila perlu apa-apa jangan segan mengontak kami."
Petugas polisi itu nampak lega Chan tak berbicara banyak dengannya, yang berarti resikonya untuk berbuat kesalahan dan berakhir dengan peluru menembus dahi menjadi lebih kecil.
Berurusan dengan ketua grup mafia bawah tanah seperti dia memang tidak mudah. Bahkan para polisi pun segan mendengar kedatangannya.
"Selamat datang, kak! Wah, tidak kusangka akan melihat kakak menyusulku."
Chan menyeringai saat para pemuda yang sebelumnya duduk di sekitaran ruangan itu—beberapa dengan wajah teler karena narkoba—buru-buru berdiri untuk menyambutnya. Salah satunya sudah dikenalnya dengan baik. "Jisung, sudah kuduga kau ada di sini. Kenapa tidak mengirim pesan ke markas? Kita bisa mengatur pembebasanmu."
"Tidak mau. Kepala polisi yang menjaga penjara ini sangat lucu, aku suka melihatnya." Pemuda itu mengulaskan cengiran lebar. "Jadi sekarang yang mengurus bisnis di luar adalah kak Changbin? Omong-omong, kenapa kakak di sini?"
"Tukar kepala." Chan mengendikkan bahu santai. "Seseorang mengkhianatiku dan berusaha menjebloskan bawahanku ke tempat ini. Aku menawarkan diri untuk menggantikannya, lagipula ini takkan lama."
"Ah, inilah mengapa orang-orang selalu setia pada kak Chris. Kakak begitu perhatian pada semua bawahan kakak."
Satu-satunya orang di sana yang bisa mengobrol dengan Chan sebegitu kasualnya adalah Han Jisung, peretas handal yang beberapa kali bekerja sama dengan timnya. Jisung bukan anggota tetap grup mafianya, tapi pemuda itu sudah begitu banyak berjasa hingga Chan ingin sekali merekrutnya menjadi anggota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zemblanity +Chanlix
FanfictionMasuknya Felix, seorang pembunuh berantai ke penjara, mengubah pandangan Chan tentang hidup.