"Oh, lihat. Dia sudah kembali. Sudah puas melarikan dirinya, tuan muda? Enak ya, membuat nyaris satu negara mencarimu? Lain kali kami akan melibatkan MI6 sekalian."
"Jisung."
Sang peretas berdecak, menghenyakkan diri ke sofa yang didudukinya. "Anyway, pilihan kaburmu itu konyol. Penjara, serius? Tidak ada tempat yang lebih kreatif?"
Felix memilih untuk mengabaikan kalimatnya.
"Kau tahu betapa susahnya memohon grasi pada presiden untukmu? Beliau suka sekali melihat kak Chris memohon. Demi kau, dia nyaris ber-"
"Han Jisung."
Jisung berjengit kali ini, buru-buru menoleh pada Chan yang kini memasang wajah serius.
"Pulang." Chan menunjuk pintu. "Sekarang."
Jisung mengangguk cepat, bangkit dan memunguti laptop serta routernya di atas meja sebelum melakukan apa yang diperintahkan sang ketua padanya.
Felix mengangkat alis, menatap Chan yang mengambil alih tempat Jisung di atas sofa dan menjatuhkan kepala di sandarannya. "Apa yang hampir kau lakukan?"
"Apa?"
"Demi aku. Apa kelanjutan ucapan Jisung tadi?"
"Tidak penting." Chan menjawab tanpa menatapnya. "Kau tidak perlu tahu."
Felix hanya mengangguk singkat, memutuskan tak bertanya lebih jauh. Dia mendekat dan duduk di bagian sofa di samping Chan, nyaris membuat yang lebih tua melompat karena terkejut.
"Uh... Tidak ada jarak satu meter?"
"Tidak. Tapi jangan sampai ada bagian manapun dari tubuhmu menyentuh bagian manapun dari tubuhku."
Kedua pemuda itu terdiam dengan pikiran masing-masing. Sebelum Chan menghela nafas dan membuka suara, "Kau membuatku gila, Felix."
Felix menoleh ke arahnya dengan wajah geli. "Eh-kalau kau hendak mulai bersajak lagi tentang betapa berharganya aku dan blablabla semacamnya, aku akan muntah di atas sofamu."
Chan menoleh ke arahnya, tersenyum. "Tidak, maksudku literal. Kau benar-benar membuatku gila. Kau sangat merepotkan. Aneh. Agak sinting. High-maintenance."
Felix mengendikkan bahu. "Kau bukan orang pertama yang berkata seperti itu. Jadi mohon maaf saja, kau tidak spesial."
"Anehnya adalah kenapa aku bertahan setelah segala tingkahmu," Chan mendecakkan lidah. "Sangat mudah bagiku untuk meninggalkanmu di jalan. Mengirimmu pada Yugyeom agar dia bisa memanen dan menjual organmu. Atau membiarkan Hyunjin mencekikmu hingga kehabisan nafas."
"Tapi kau tidak melakukannya."
"Tapi aku tidak melakukannya." Chan mengamini. "Dan menurutmu kenapa itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Zemblanity +Chanlix
FanficMasuknya Felix, seorang pembunuh berantai ke penjara, mengubah pandangan Chan tentang hidup.