Episode 7 (2)

16 3 0
                                    


"Hei-hei, lihatlah ada pasangan disini." Ucap seseorang dari belakang ku.

Aku menoleh, rupanya Rasa yang berbicara. Aduh, dia ngapain sih disini. Pasti ia akan cerewet mengkompor-komporkan ku.

Rasa datang bersama Rastha, menghampiri meja yang aku dan Alle tempati. "Cie, sudah pacaran ya?"

Aku melotot, memukul lengannya. Sembarangan.

"Belum, kita hanya mengobrol-ngobrol." Ujar Alle enteng.

"Oh begitu... Eh, Alle. Apa kamu tahu tadi saat di kelas, Esta memikirkanmu."

ASTAGA! Dia bicara apa barusan? Ingin ku jahit mulutnya sekarang juga!

"Benarkah?" Alle bertanya. Astaga, jangan percaya padanya!

Aku melotot, "Berhentilah bicara omong kosong! Aku tidak memikirkannya!" aku berdiri, bergegas meninggalkan mereka. Aku mendengar sayup-sayup Rasa berseru "Hei! Aku hanya bercanda, Ta!"

Aku bisa terima semua lelucon Rasa, tapi yang ini tidak! Bagaimana bisa ia membicarakan itu di depan Alle. Sungguh apa yang sebenarnya ia inginkan? Apa ia sangat ingin aku berpacaran dengan Alle? Ia sangat memalukan ku! Aku sangat marah padanya saat ini.

Aku berjalan ke belakang sekolah. Entahlah, kakiku membawaku kesini. Setidaknya disini sepi, tidak ada yang membuatku kesal. Aku duduk di bangku panjang yang terletak di sebrang gudang. Gudang ini adalah tempat menyimpan sapu, kain pel dan alat-alat lainnya yang digunakan sekolah.

Lenggang. Aku menundukan kepala. Tenang sekali. Disini tidak ada suara-suara yang menganggu ku... Tunggu. Aku mendengar sayup-sayup suara. Seperti nya ada orang yang menuju kesini. Aku harus apa? Aku mencari tempat untuk mengumpat, entah mengapa aku merasa ia pergi ke belakang sekolah karena ada sesuatu yang disembunyikan.

Aku mencari, aduh tidak ada ruang sama sekali. Langkah kaki itu semakin dekat. Di detik-detik terakhir orang itu datang aku menemukan sebuah lorong, tidak jauh dari tempat duduk tadi. Tanpa berpikir panjang aku masuk lorong itu.

Aku melihat sekeliling lorong. Hei, ini bukan lorong buntu. Ini seperti ada jalan seperti gang, aku jalan menelusuri lorong, tidak jauh dari mulut lorong akhirnya aku tiba di sebuah ruangan.

Ruangan ini cukup lega. Ruangan apa yang berada disini? Apakah ada penghuninya? Lupakan. Aku lebih penasaran dengan orang yang berada disana, aku bergegas menuju kesana. Aku mengendap-ngendap, berusaha tidak menimbulkan suara.

Tunggu. Aku menekan cincin ku, aku ingin berubah wujud. Setidaknya jika aku ketahuan mengumpat aku tidak dalam wujudku. Beberapa detik berlalu. Oke, aku sudah menjadi wujud Alle. Entah, aku ingin saja.

Aku berjalan ke mulut lorong, mengintip. Dia sedang duduk di tanah, ngapain dia? Aku memperhatikannya.

"Aaaa!" ia berteriak seperti kesakitan.

Ia membelakangi ku, aku tidak tahu dia siapa, yang jelas ia cewek, siswi di sekolah ku. Aku memperhatikannya, sepertinya ia sedang kesakitan, tidak usai-usai. Kenapa dia tidak ke UKS saja? Mengapa ia malah ke belakang sekolah? Dia berteriak lagi. Apa yang harus ku lakukan? Apa aku harus membantunya?

Aku mengigit bibirku. Aku tidak tega melihatnya kesakitan. Oke, aku akan ambil resiko. Aku keluar dari persembunyianku. Melangkahkan kaki perlahan, ia masih belum sadar kehadiranku di belakangnya. Sejenak tangannya bergerak-gerak, entah ia melakukan apa. Ia seperti sedang mengambil sesuatu dari saku nya.

Aku belum membuka suara, aku masih terdiam di belakangnya. Ia masih tidak menyadari. Eh? Dia tiba-tiba berhenti kesakitan, ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Napasnya tersenggal-senggal.

Aku memutuskan menghampirinya—dengan wujud Alle.

CONTINUE...

Kali ini ngegantung dulu yaa, jangan lupa vote n comment!:) Sampai jumpa di next episode.

-liswaarasha

ChangestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang