Hilang

15.5K 1.1K 45
                                    

Tenang, lingkup suara penuh bising dalam kemacetan makin membuat Win merasa tenang. Entah bagaimana di antara riuh kekacauan kota itu Win merasa aman, dengan sapuan mata memandang anak-anak kecil yang berjualan koran dan tak luput sebagian dari mereka tertawa riang bersama-sama. Tanpa sadar ada seulas senyum hadir di wajah Win, bertengger sejenak sebelum kembali kelam.

Dering ponsel menyita perhatian Win, ia menghela napas singkat sebelum memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut. “Aku di jalan.” Singkat dan tanpa menunggu balasan dari sebrang Win kembali mematikan sambungan, ia tamatkan semua sapuan matanya pada pojok jalan, para pedagang kaki lima, pengamen, dan semua hal yang membuat Win kembali mengenal masa lalunya.

**

Bunyi klakson mobil menghentikan kegiatan Win, Ayah dan Ibu. Mereka datang!

“Paa, Maee!!!!”

Ramai teriakan Win membawa rekah tawa di wajah keduanya, buncahan rindu mereka kian merebak tatkala Win menghambur hangat hanya untuk jatuh pada rengkuhan kasih penuh sayang keduanya. Cinta mereka seluas samudra, sebesar semesta yang tak ada habisnya.

Mae dan Paa, sosok keduanya selalu Win jadikan idola. Mae yang hangat akan selalu mengecup puncak kepalanya, bertanya apa Win sudah makan hari ini? Apa Win jadi anak baik? Apa Win punya banyak teman untuk bermain?

Lantas, berbanding terbalik dengan sang Mae. Paa hanya akan berdiri di samping, sosok pendiam itu tampak dingin namun ada kehangan yang begitu besar dalam hatinya. Paa akan merengkuh keduanya tanpa butuh prakata. Memberi kehangatan yang jauh lebih banyak dari matahari pagi yang mengintip melalui tirai-tirai kelambu kamar Win.

Hidup mereka bahagia, setidaknya saat itu. Sebelum petaka menghancurkan segalanya.

**

BRRAAAAKKKKKK!!!

Bunyi benturan dua benda padat menghentikan riuh keramaian sekitar, dua mobil itu tergugu di tengah kemacetan. Bunyi klakson dan makian pun terdengar sumbang, dan semua hal itu kini membuat Win kesal bukan kepalang.

“BAJINGAN!! KELUAR KAU!!” Win memaki dengan segenap kewarasan tersisa di otak, ia benar-benar kesal hari ini hanya karena Bright, lalu tak cukup sampai di sana. Sekarang masih ada satu bajingan lain yang coba mencari gara-gara dengannya!

“KELUAR!!”

Seolah tak sadar jika pengemudi itu tengah menyulut sumbu pendek kemarahan Win, dari balik kaca hitam ia malah berlama-lama tak mengindahkan perkataan Win.

“Bajingan.” Desis suara Win membabat habis kesabaran yang ia miliki, masa bodoh! Pikirnya. Jika bajingan ini memang ingin mencari masalah dengannya maka ayo!

Win bahkan tak akan segan mengambil ancang-ancang, menendang kuat hingga kaca spion mobil itu patah lalu pergi tanpa menunggu pengemudi sialan itu keluar.

Mungkin Win memang pemarah, ia mungkin bukan pembicara yang handal, namun jangan remehkan predikat sabuk hitam taekwondo yang ia miliki. Win benar-benar petarung yang kuat, dan prisip Win ialah akan bertarung untuk mendapatkan haknya.

Well, apa kabur begitu saja setelah membuat masalah memang kebiasaanmu, Ai Win?”

Win yang baru saja berbalik kini berhenti, suara menyebalkan itu terdengar familiar. Sialan–“Kau..”

Wajah kesal Win diam-diam membangunkan gugusan rasa menggelitik dan kekeh konyol di hati Bright. Ahh, kenapa ia senang sekali mengganggu ketenangan Win?

“Oh, Aku rasa kita memang di takdirkan untuk saling menjadi magnet bagi satu sama lain.” Senyum menyebalkan, wajah mesum, tidak punya otak, kelainan mental. Ya, itu semua hnyalah kata umum yang di susun secara imajiner dalam benak Win dalam lautan kemarah yang ia coba redam.

“Tidak punya otak.” Cemooh Win benar-benar tanpa filter, tapi nyatanya apapun yang keluar dari bibir penuh Win makin membuat Bright semangat mengganggunya.

“Lebih baik daripada tidak punya sopan santun sepertimu.” Selalu ada senyum hangat yang Bright sematkan saat ia berbicara, senyum hangat yang sialan begitu memuakkan bagi Win. Bahkan meski wajah itu bisa membuat kejang seluruh wanita.

Win menggulirkan matanya malas, dering ponsel kembali menginterupsi namun Win bahkan enggan mengambil ponsel yang ada di sakunya. “Aku tidak ada waktu untuk meladeni dirimu,” alih-alih mengeluarkan ponsel ia malah mengeluarkan dompet dan mengambil beberapa lembar. “Pergilah cari orang lain untuk bermain.” Win dengan sengaja melempar lembaran uang itu di wajah Bright, menyeringai remeh lantas berbalik untuk meninggalkan Bright sekali lagi.

Seperti dejavu, lagi-lagi Bright menatap punggung Win yang menjauh, melihatnya pergi seperti itu membuat kewarasan Bright menjerit gila. Ia tidak bisa kabur! Win Metawin, pemuda gila itu tidak bisa kabur secepat itu darinya!

**

Tarikan kuat Bright membawa tubuh Win jatuh dalam rengkuhan, kuat, posesif, juga penuh jebakan. Tak perlu menunggu Win paham atas situasinya ia telah di kejutkan oleh ciuman Bright. Ciuman!

“Umpphh—“ Bright sama sekali tak main-main, pemuda itu mengeskploitasi mulut Win dengan kejam. Membuat seluruh tubuh Win menggelenyar sementara tangan Win telah jatuh pasrah di sisinya. Ia merasa pusing, semua desakan Bright, saliva mereka yang bercampur, serta sentuhan kulit keduanya membuat Win tak tahan lagi dan—

“Ai Win?!”

Selamat, Win Metawin jatuh pingsan.

**

“Win sayang sekali sama Mae!!”

Mae, wanita cantik itu tertawa renyah. Mengusap lembut sisi wajah Win lantas mengecupnya gemas. “Bagaimana dengan Paa? Win tidak sayang pada Paa?”

Mata lebar Win berkedip lucu, tersenyum dan beralih memeluk lelaki tegap yang selalu membuat Win merasa begitu aman. “Win sangat saaayaaaaangggg Paa!! Sayang banyak-banyak!!”

Semua kisah akan selalu berderap menuju akhir,

Dengan atau tanpa mereka siap,

Pada dasarnya semua hal pasti akan lenyap.

Entah esok, lusa, atau detik berikutnya.





[w/n : jiahahahaha.. pingsan tuh si Win, kasian banget. Bret juga ngeselin sih, Win juga ngeselin sih, apasih ga jelas. Kkkk, udah ya. Terimakasih sudah mampir dan membaca karya badut! Semoga sehat! Semoga bahagia! Salam sayang! Badut]

TRAP [ BrightWin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang