Ada Aku

7.3K 629 115
                                    

.

.

.

Kenyataannya menjinakkan seorang Metawin tidakklah semudah jatuh ke neraka, merengkuhnya butuh ribuan luka, membuka hatinya bahkan lebih sulit daripada mengusai dunia. Namun, sayang sekali Bright terlanjur jatuh secara suka rela pada neraka yang telah di bawakan Win untuknya. Ia bahkan lebih memilih terluka, mempersembahkan seluruh semesta, bahkan ia akan menggadaikan seluruh jiwanya hanya untuk memiliki Metawin, agar pemuda itu ada di sisinya.

.

.

.

.

Memang ya, memang nasib Bright itu terlampau menyedihkan jika menyangkut seorang Metawin di dalamnya. Jika tidak di maki, di caci, di tonjok hingga biru-biru, kesakitan setengah mati, jengkel, kesal, sebal, lalu di tinggalkan. Sialan memang, tapi mau bagaimana lagi lah wong Metawin itu sudah bagaikan layang-layang saja. Di tarik dia terbang jauh, di biarkan saja dia malah makin jauh, jika di tarik lebih kuat dia malah akan pergi, duh.. serba salah.

.

Bright tidak masalah, dia tidak mengapa di tinggal begitu saja, hatinya sama sekali tidak sakit kok. Tidak, Cuma sedikit nyeri saja karena lagi-lagi Win menolaknya mentah-mentah lalu lebih memilih menghentikan taksi untuk pergi ke tempat seseorang bernama Luke itu berada.

.

Bajingan, apa manusia bernama Luke itu seharusnya dia basmi saja? Apa perlu dia semprot desinfektan supaya menghilang? Anjirlah.

.

.

.

.

Jika kau bertanya seberapa berarti Luke bagi Metawin jawabanya sangat mudah, sama seperti halnya rumput yang membutuhkan tanah untuk berdiri tegak, ia tak butuh hal lain bahkan sinar matahari, Win sang rumput liar hanya butuh tanahnya untuk berpijak. Lalu, jika sudah seperti ini Metawin tak butuh alasan apapun untuk segera pergi menemukan Luke. Dia tak butuh matahari yang begitu hangat untuk hidup, ia tak butuh hal lain jika tanah yang dia jadikan pijakan sejak dahulu kini goyah. Dunia Win pun akan hancur berantakan, semua yang ada dalam otaknya hanya bagaimana dia segera sampai dan memukul kepala Luke agar sehat seperti sedia kala!

.

Tau kenapa?

.

Sebab Luke si sadboy itu tiba-tiba berkata lirih lewat telepon tiba-tiba bahkan tanpa prakata.

.

'Aku kehilangan dia Win, apa aku harus mati saja?'

.

Gila ya, Win harus merespon bagaimana? Sudah diteriaki juga Luke belagak tuli lantas menutup teleponnya beberapa detik kemudian.

.

Arrgghhh, Win benar-benar tak mengerti lelucon yang Tuhan buat ini. Mau resign saja Win jadi manusia jika begini urusannya.

.

"Tolong cepat ya pak, teman saya mau bunuh diri." Ucap Win pada supir taksi sesaat setelah ia masuk ke dalam taksi. Dalam perjalanan menemukan lokasi Luke berada Win coba memutar otak di mana kira-kira sadboy itu menangisi kehidupan percintaannya yang tak semulus paha Win. Bisa saja dia di atap rumah, tapi tidak mungkin rumahnya pasti banyak orang apalagi dua adik kembar Luke yang sedang aktif-aktifnya itu. Duh, pasti Luke tidak ada di sana. Ah, mungkin ada di tempat itu. Ya, pasti.

.

.

.

.

TRAP [ BrightWin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang