Marcus langsung menyiapkan semua perlengkapan yang dibutuhkannya. Setelah persiapan selesai, Marcus langsung berangkat menggunakan mobilnya. Kondisi jalanan saat itu tidak terlalu ramai membuat perjalanan Marcus lancar sampai ke.
Sesampainya di Chicago Marcus langsung menuju ke alamat yang diberikan oleh orang tersebut untuk melakukan pengamatan. Pengamatan adalah suatu hal yang sangat penting sebelum melakukan eksekusi terhadap target, dengan melakukan pengamatan bisa diketahui rutinitas target, dimana target berada saat jam tertentu, dan menentukan tempat menembak yang sesuai, sehingga Marcus bisa menentukan kapan dan dimana target akan dieksekusi.
Sudah tiga hari Marcus mengikuti targetnya, hampir semua yang diperlukannya sudah terkumpul kecuali satu hal yaitu titik tembak yang akan digunakan. Marcus tidak menemukan satupun tempat menembak yang sesuai dengan senjata yang dibawanya untuk mengeksekusi target.
"Sialan, tempat ini sangat tidak menguntungkan untukku" Marcus kesal karena tidak menemukan titik tembak yang tepat
Marcus hanya membawa dua jenis senjata yaitu SPR 2 yang biasa digunakanannya dan pistol glock 19 dengan amunisi yang terbatas. Hanya tersisa waktu dua hari bagi Marcus untuk menyelesaikan pekerjaannya, dalam waktu yang singkat seperti itu tidak akan cukup untuk mencari senjata yang lain.
Hanya dua pilihan yang ada untuk Marcus, yang pertama tetap menggunakan SPR 2 walaupun tidak ada tempat menembak yang sesuai, yang kedua menembak target dari dekat menggunakan pistol glock 19. Semua pilihan tersebut mempunyai resiko yang besar.
Setelah memikirkannya dengan matang akhirnya Marcus memilih untuk tetap menggunakan SPR 2, walaupun dia tidak bisa menemukan titik tembak yang sesuai. Marcus memutuskan untuk melakukan eksekusi di hari kelima.
Hari kelima pun tiba, dengan perasaan gugup Marcus pergi ketempat yang telah ditentukannya yaitu sebuah apartemen kosong yang berada tepat dibelakang rumah target. Dia memilih tempat tersebut karena target selalu berada di halaman belakang rumahnya saat sore hari. Semua persiapan telah dilakukannya, dia hanya tinggal menunggu targetnya datang.
"Kenapa aku gugup sekali hari ini" Marcus menggumam dalam hatinya
"Oke, kau bisa melakukannya. Ini bukan pertama kalinya kau lakukan, fokus, bidik, Tarik pelatuknya, dor, headshot. Kau bisa Marcus" lanjut Marcus sembari menyemangati dirinya sendiri
Hari hampir gelap dan target belum juga muncul, rasa gugup dalam diri Marcus makin menjadi, keringat mengucur deras dibadannya. Marcus khawatir jika dia tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya dan itu akan merusak reputasi dirinya yang sudah lama dia bangun.
Akhirnya setelah lama menunggu target akhirnya muncul juga, Marcus bersiap menembak target dan langsung membidik target tepat dikepalanya, akan tetapi dirinya tidak bisa membidik dengan tenang. Rasa gugup membuatnya tidak bisa berkonsentrasi dalam membidik targetnya.
"Sial, rasa gugup membuatku tidak bisa berkonsentrasi" kata Marcus sambil membidik targetnya
Target yang sudah berada di halaman belakang rumanhya tiba-tiba akan masuk kembali ke dalam rumahnya. Jika target sudah masuk ke dalam rumahnya habislah kesempatan Marcus untuk membunuhnya.
"Sekarang atau tidak sama sekali" pikir Marcus di kepalanya
Dengan rasa gugup akhirnya Marcus memutuskan untuk menembak targetnya sekarang.
"Dor" terdengar suara senjata dari SPR 2 yang baru saja memuntahkan pelurunya.
Akan tetapi nasib baik tidak berpihak pada Marcus, tembakannya meleset dari target. Dengan sigap para pengawal yang berada di dekat target langsung mengamankan target ke dalam rumah, sebagian pengawal yang lain langsung mendatangi tempat Marcus berada.
"Bos kau tidak apa-apa?"
"Cepat masuk"
"Kalian kejar orang tersebut"
KAMU SEDANG MEMBACA
PEMBURU YANG DIBURU
Ação"Di pekerjaan ini kamu memang menjadi pemburu, tapi jika kau melakukan kesalahan atau meninggalkan petunjuk setelah melakukannya besok kamu yang akan diburu oleh orang lain"