JEJE

177 69 51
                                    

Apa definisi Bandara, menurutmu? Tempat paling ramai, 'kah? Tempat awal untuk menuju liburan?

Beberapa manusia pernah berkata, Bandara adalah tempat paling menyakitkan. Dimana kita akan kehilangan, menyaksikan kepergian, dan menunggu kepulangan, bukan?

Aku disini, kali ini aku tidak sependapat dengan kalian. Di bandara, aku seperti terlahir kembali. Terlahir sebagai orang lain dalam tubuhku.

Mengakhiri sebuah penantian, dalam menunggumu.

Bandar udara internasional juanda
10 Januari 2020

Apa yang biasa kalian lakukan didalam pesawat? Melihat awan dari Jendela pesawat? tertidur pulas? Mungkin masih banyak hal yang kalian lakukan.

Seperti hal nya dengan gadis yang tidak lepas dengan bukunya. Selama 90 menit perjalanan, ia asik menulis dengan earphone yang selalu terpasang. Dengan senyum yang tidak pernah terlepas, ia memasukan bukunya saat pramugari memberi imbauan agar para pemumpang bersiap untuk turun.

Ia keluar lebih cepat, karena tidak perlu mampir ke bagasi klaim. Tidak membawa koper, hanya membawa miniransel berwarna putih tulang.

Wajar saja, perjalanan dari Jakarta menuju Surabaya memang sangatlah singkat. Lagipula, barang-barangnya lebih banyak disini. Tempat yang sesungguhnya adalah, Surabaya.

Sudah 1 tahun, ia memutuskan untuk tinggal di Jakarta. Di apartemen milik ayahnya. Homeschooling, dan tinggal sendiri. Tidak ada yang dapat menuntutnya untuk pergi kesana, selain bayangan teman kecilnya. Yang menghilang.

***

'Zheana El Khaira'

... Seperti itu tulisannya, selembar kertas yang dipegang seorang pria berumur 36 tahun dengan seragam hitamnya yang rapi.

Jeje terkekeh sembari menghampiri, menepuk pundaknya.

"Ish, Pak eko ... Jeje bukan turis kali."

***

Ditengah perjalanan, matanya tidak lepas dengan melihat jalanan yang penuh dengan kendaraan. Orang-orang dalam perjalanan menuju tujuannya masing masing.

Tidak seperti-nya. Semenjak kejadian 10 tahun lalu, Jeje merasa kehilangan sebagian tuju-nya.

Setelah mobil berhenti tepat di depan rumahnya, ia memasuki rumah untuk bertemu ayahnya. Gino langsung memeluk Jeje.

"Gimana? capek, hm?". Jeje mengangguk.

"Mandi dulu, habis itu makan, terus istirahat,"

"Bunda, ngga ada?"

Gino terdiam, tanpa menunggu Gino menjawab pun Jeje sudah memahami. Rina tidak akan berada dirumah saat pukul 15.00, ia selalu pulang larut malam.

Gino menatap Jeje yang sedang menaiki tangga, "Ayah akan berusaha, agar kamu selalu bahagia."

***

Jeje merebahkan tubuhnya, mengambil ponselnya dan memasang earphone. Ah, rasanya tidak tau harus melakukan apa.

Membuka instagram, dan menggugah foto ke snapgram-nya.

EL KHAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang