2. Ice cream di kedai

104 48 47
                                    

Qaazi memarkirkan motor tepat di depan halaman rumahnya. Langkahnya terhenti, ia melihat mobil hitam di sana.

Benar saja, saat ia masuk ke dalam rumah, Wiran sedang duduk di sofa sambil menyeruput kopi hitam. Qaazi melirik sekilas.

"Baru pulang?" tanya Wiran, ayahnya. "Gimana sekolahnya?"

Tanpa menjawab, Qaazi melanjutkan langkahnya menuju kamar. Mood-nya sedang tidak baik. Ditambah lagi, melihat seseorang yang tidak ingin dilihat. Seseorang yang telah membuat Ibunya pergi.

Qaazi merogoh saku celananya, ponselnya berdering.

+6285******* call

"Halo, om?"

...

"Hah? anak om?"

...

"Apa? cewek?"

...

"Ba-baik,om"

Panggilan-nya terputus. Rahangnya langsung mengeras. Setelah menerima panggilan, Qaazi langsung menghampiri Wiran dengan tangan yang terkepal. Dia pasti dalangnya.

"Maksud ayah apa? aku disuruh jagain anak orang?" Wiran langsung menoleh, seakan ia paham apa yang dimaksud oleh anaknya. Dan ini pasti akan terjadi.

"Dia bukan sembarang orang, dia teman bisnis ayah. Jadi, kamu jangan macam-macam," ucap Wiran dengan santai.

"Aku selalu lakuin apa yang ayah mau, lalu kapan sebaliknya?"

"Memangnya masih kurang? ayah selalu memfasilitasi kamu dengan apa yang kamu-"

"Apa aku minta? ayah selalu pikir, aku bisa hidup bahagia hanya karena fasilitas yang ayah berikan. Tapi nggak," ucap Qaazi, "cukup buat ibu pergi."

"Jangan pernah sebut Ibu kamu la-"

"Cukup, Tuan hardadistia." Rahangnya mengeras. Ia tidak lupa, manusia yang berada didepannya adalah Wira Hardadistia. Ayah kandungnya.

Qaazi meninggalkan ayahnya yang masih mematung, sudah cukup ia menahan semuanya. Empat tahun memendam sakit, ketika Ibunya pergi tanpa pamit.

Lebih tepatnya,
Wiran mengusir Dinda, istrinya sendiri.

***

Sesampainya di kamar, ia melempar ponselnya ke atas kasur. Qaazi mengacak-acak rambutnya. Membuka pintu balkon dan mengambil benda mungil yang di hisapnya. Tenang saja, ia hanya merokok sesekali.

Ponselnya bergetar, dengan paksa ia membuang sisa rokok yang masih setengah utuh. Bagaimanapun, ia tidak akan pernah merokok di dalam ruangan, apalagi di kamarnya, asapnya mengganggu.

 Bagaimanapun, ia tidak akan pernah merokok di dalam ruangan, apalagi di kamarnya, asapnya mengganggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
EL KHAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang