"Berat banget sumpah!"
Aku mengeluh ketika menurunkan satu koper sedang yang bahkan aku tak tau apa isinya.
Hendery mendecih sinis, "bawa aja, elah! Lemah!" Sungutnya seraya meraih satu ransel lain.
Kepalaku rasanya panas, seharian ini bersamanya dan mengikutinya pada sebuah kompetisi game di Jakarta. Ya, Jakarta.
Anak gila ini benar-benar membawaku keluar kota hanya agar dia bisa mengikuti kompetisi gawai ini.
Aku menguap cukup lebar, rasanya sangat lelah sekali karena aku berangkat setelah menyelesaikan kelas kuliahku. Sekarang bahkan aku harus menggeret koper beratnya itu.
"Nah, lo tunggu disana aja nanti." Ia menunjuk sebuah stand tenda di dalam mall besar ibu kota ini. Aku yang melihatnya hanya mengangguk sebelum ia kembali berjalan mendahuluiku kearah tenda itu dan bersalaman dengan lelaki lain, begitu akrab.
"Gue kira lo nggak bakal kesini!" Pekik orang yang masih menggegam tangan Hendery.
"Kesini lah, ini turnamen terakhir gue nih!" Jawab Hendery seketika lalu tertawa dengan terbahak.
Aku sangat sebal melihat wajahnya yang bahagia itu, tapi di sisi lain aku merasa jika ia sedang menjadi dirinya sendiri.
"Eh, ini siapa?" Tanya temannya itu menunjuk kearahku, aku hanya menunduk sopan sebelum tiba-tiba bocah itu merangkul pundakku.
"Personal assistance."
Sontak aku menginjak sepatunya dengan kecang hingga ia mengaduh kesakitan. "ANJING!" teriaknya, padahal aku hanya menggunakan flat shoes.
"Kenalin, Kania." Kataku mengulurkan tangan pada lelaki itu.
Ia terkekeh gemas membuatku tersipu melihat wajahnya, "Yeonjun."
"Aku guru tutornya, cuma hari ini bolehin dia buat ikut turnamen terakhir." Aku memberikan penjelasan yang sebenarnya tak ditanyakan, tapi aku hanya merasa perlu saja setelah anak itu mengatakan bahwa aku asistennya.
Yeonjun terlihat terkejut, "baik banget, Kak. Tutor tapi bolehin kesini." Katanya membuatku tertawa malu.
"Aku cuma dukung hobi aja." Kataku, disebelah Hendery sudah memasang wajah yang menyebalkan, tak ayal pula ada suara-suara bergumam darinya.
"Nyenyenye."
Sabar, aku benar-benar sabar menghadapi bocah sialan satu ini. Yeonjunpun hanya bisa tertawa melihat tingkah Hendery.
"Ya, semoga aja deh, tahun sekarang masuk kuliah ya!" Lelaki itu memberi semangat pada Hendery, hingga ia kembali menatapku, "selama nunggu dia, disini dulu aja, Kak. Tim e-sport kita memang selalu nyediain tenda khusus buat para pemain." Jelasnya.
Aku mengangguk paham sebelum akhirnya koper yang ku genggam ditarik begitu saja oleh sang pemilik.
Melihatnya yang membuka koper begitu antusias, aku hanya bisa terdiam. Di dalam koper itu rupanya berisikan sebuah laptop dengan peralatan sekundernya, dari kabel isi daya hingga earphone.
Wajahnya terlihat begitu sumringah, suatu hal yang tak pernah kulihat seperti biasanya.
Tiba-tiba dering ponselku berbunyi, aku dengan cepat sedikit menjauh dari tenda itu. Mencari posisi sepi dibanding tempatku tadi.
"Halo?" Tanyaku tanpa melihat siapa si penelpon itu.
"Nia? Lo dimana?"
Suara Jungwoo, dengan tidak yakin aku kembali melihat layar ponselku dan rupanya benar milik lelaki bersenyum manis itu.
Sial, aku tidak memberi tahu siapapun jika aku pergi. Baik Jungwoo ataupun Winwin pacarku sendiri. "Em.... di rumah." Jawabku berbohong.
![](https://img.wattpad.com/cover/205469752-288-k631718.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Blunder [WayV Hendery FF]
FanfictionKetika semua kekacauan ini, berawal dari kesalahanku. aku menyesal masuk kedalam hidupmu dan mengacaukan hidupku. bisa kah aku kembali pada hidupku semula? Note : -Lokal -nonbaku -AU -Harsh Word