Semua butuh perjuangan bukan?
Sintia
Kring! Kring!
Bel masuk pelajaran ke-4 berbunyi, Arza bangkit dari duduknya diikuti oleh teman-temannya. Naswa yang sedang asik makan pun mendongak.
"Cogan mau ke mana?" tanyanya pada Arza, sedang yang ditanyai hanya memandang datar dan meninggalkannya begitu saja. Dia tidak peduli dengan gadis aneh yang tidak dikenalnya itu.
"Ih, cogan! kok cecan ditinggalin sih!" Naswa mengerucutkan bibirnya kesal, siapa yang enggak kesal sih kalau dicuekin sama orang yang kita suka?!
Suka?! Masa iya aku suka sama Arza?! Secepat itu? Hah! 'Kan baru ketemu tadi pagi masa udah suka? love at the first sight?! Perempuan itu menggelengkan kepala mencoba menghapus pikiran gilanya, dia bukan orang yang mempercayai cinta pandangan pertama. Impossible!
"Oke kita buktikan saja, aku suka ngga sama Arza!" monolognya pada diri sendiri, Naswa bertekad akan membuktikan apakah dia beneran suka sama Arza atau tidak. Naswa berjalan ke luar kantin menuju kelas barunya, di sepanjang koridor gadis cantik itu asik mengedipkan matanya genit kepada setiap siswa yang ditemuinya.
"Halo," sapanya pada seorang siswa yang bersandar di dinding, sedang asik memainkan ponselnya. Naswa mengedipkan matanya dan berlalu begitu saja meninggalkan siswa tadi yang tampak terkejut.
"Van, gue ngga nyangka kalau kriteria lo yang bad girl kek gitu," ucap Satria berhasil mengalihkan perhatian Devan dari gadis tadi.
"Ck, apaan sih gaje!" Devan langsung berjalan memasuki kelasnya. Satria tersenyum lantas berjalan menyusul Devan.
"Woi, lo tau nggak kalau si Devan tadi dikedipin manjah sama cewek," ucap Satria heboh membuat Devan menjadi pusat perhatian di kelas. Devan idak mempedulikan ucapan Satria pun dengan santai duduk di kursinya.
"Terus si babang Devan gimana bro?" tanya Leo mem-pause gamenya. Berita Devan di goda para ciwi-ciwi memang bukan hal yang baru, tetapi biasanya Satria tidak akan berkoar jika berita itu tidak hot. Satria tersenyum puas karna melihat Devan yang mulai menahan kekesalannya.
"Lo tau si Devan 'kan, kalau dilirik sama cewek ngga pernah respon."
"Gue kira Devan respon tuh cewek," ujar Leo mulai melanjutkan gamenya.
"Itu sih udah biasa kali nggak perlu heboh," sahut si Virgo kesal pada Satria, dia pikir berita kali ini berbeda.
"Si Devan emang respon tuh cewek." Perkataan Satria lagi-lagi sukses membuat mereka kembali mengalihkan perhatian dari kegiatannya, bahkan Arza yang notabenenya orang yang bodo amat-an pun mengalihkan perhatiannya dari ponsel.
"Apa! Lo ngga bohong kan?!" tanya Virgo tidak percaya. Devan memutar bola matanya jengah. Hanya karna gue ngeliat cewe bukan berarti gue suka 'kan? Kenapa mereka heboh sekali?! batin Devan kesal.
"Ya nggak lah. Tadi si Devan natap tuh cewe lama batt abis itu ngga kedip lagi. Kek orang mupeng gitu," jelas Satria mendapat pelototan dari Devan.
"Nggak usah ditambah-tambahin deh!" ketus Devan memperingati, sedang yang diperingati hanya tertawa.
"Lo nggak ngada-ngada 'kan nyet?!" Revan memastikan, setahu dia kembarannya itu adalah tipe orang yang tidak mau dibikin ribet sama mahluk yang bernama cewek bahkan untuk adeknya sekalipun.
"Ye, nggak percayaan banget sih jadi orang!" sungut Satria kesal.
"Emang tuh cewek kek gimana sih sampe seorang Devan bisa tertarik?" tanya Leo ikut penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ONLINE AUTHOR
Teen FictionDia Senja sang pemikat jingga, Dia Senja sang perangkai kata, Setiap untaian katanya sarat akan makna, Dia Senja, author kesayangan Jingga. ~♡~ Dia Jingga, sang pelengkap Senja, Kisahnya memang tak seindah julukannya, Tawanya menyiratkan luka, Dia...