Nasionalisme itu Penting!

5 1 0
                                    

Jangan menatap seseorang yang sudah pasti tidak bisa diajak menetap.

Sintia


Naswa berjalan memasuki kelasnya yang tampak hening. Apa gurunya udah dateng? Sial dong gue telat lagi, batin Naswa. Gadis itu berjalan pelan lalu melihat ke dalam kelas melalui jendela. Guru yang mengajar pelajaran pertama tampaknya belum datang tetapi, tidak biasanya kelasnya hening seperti ini.

"Assalamualaikum." Naswa masuk ke dalam kelas dengan santai. Zahira mendongak mengalihkan pandangannya dari ponsel dan tersenyum.

"Waalaikumsalam."

"Woi, lo kemana aja, njir. Gue kira lo bolos, tasnya ada eh manusianya kaga ada," ucap Zahira heboh membuat gadis itu tertawa.

"A'e lah gue cuma muter bentar tadi, biasa nyari vitamin," sahut Naswa berjalan ke mejanya. 

"Tumben pada diem aja, biasanya mah kek pasar," ujar Gadis itu pada teman sekelasnya yang tampak duduk dengan tenang, berbeda dari biasanya.

"Kan kita niat sekolah jadi diem dong," sahut Ela dengan suara cukup keras membuat Naswa terdiam. Sepertinya gadis itu ingin mengungkit masalah tadi pagi.

"Oh iya-ya tadi 'kan kita dibilang ga niat sekolah." Yang lain ikt menyahut membuat suasana kelas menjadi tegang.

"Iya, mana yang ngomong sok tahu."

"Mana gak punya malu, udah ngatain masih bisa-bisanya ngajak bercanda."

Naswa diam menatap temannya yang tadi salah paham pada dirinya kini sedang menyindirnya. Zahira dan anak-anak yang terlambat tadi tampak bingung melihat Ela dan yang lain terlihat sedang menyindir seseorang.

"Kan yang dikata-katain belum tahu, ntar kalo dah tahu juga abis deh.

"Heh, ada apaan sih? Kek anak kecil aja lho mainnya sindir-sindiran, kalo ada masalah itu diselesaiin bukan kek gini," ucap Zahira membuat kelas itu menjadi hening.

"Kok malah diem, ngga ada yang niat jelasin nih?" sahut Malika ikut bertanya. Keheningan tercipta sampai beberapa menit sebelum akhirnya Naswa membuka suara

"Gini lho Zah, tadi pagi 'kan gue nanya kenapa kalian pada telat, terus ada yang jawab kalau emang udah biasanya telat. Nah di situ gue kaget dong masak iya, telat jadi hal yang biasa. Ngga usah dipotong plis!" ucap Naswa memperingati saat melihat Ela akan memotong penjelasannya.

"Gue ngerasa miris banget, upacara itu 'kan cuma seminggu sekali, dan itu pun untuk mengenang jasa para pahlawan. Menurut gue, senakal apapun kita, sebandel apapun kita, sebodoh apapun kita, ya jangan dong nyepelein ato pun ninggalin upacara. Setidaknya kita hargailah jasa para pahlawan, itu 'kan kayak sedikit bentuk terima kasih dari kita." 

Naswa menghela napas kasar terkadang dia merasa miris sama keadaan generasi muda zaman sekarang, tinggal nikmatin aja apa susahnya sih? Emang mereka mau kalau disuruh perang? Enggak 'kan!

"Diusahain khusus senin atau pas upacara aja berangkatnya jangan telat bisa? Hari lain kalo bisa ya jangan telat, tapi ya terserah. Bukan maksud sok pinter ato paling bener ya tapi nasionalisme itu penting, guys! Masa depan negeri ada di tangan kita."

"Jujur juga tadi gue emang bilang gini 'dasar nggak niat sekolah' tapi kenapa gue bilang gitu? Karna rasa nasionalisme kalian itu nol! Terserah deh kalian mo musuhin ato ngucilin gue. Gue ga peduli."

Naswa terpaksa mengakhiri perkataannya saat melihat guru yang akan mengajar sudah masuk ke kelas. Gadis itu kembali menghela napas dan mulai fokus mengikuti pembelajaran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CINTA ONLINE AUTHORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang