. . .
Di kelas dimana bel sudah berbunyi. Pulang sekolah Nata langsung bergegas untuk pulang. Ia tidak mau membuang-buang waktunya karna ada banyak hal lain lagi yang harus dia kerjakan.“Nat nanti malem gue ke kost-an lo ya?”, Reza bertanya.
“Ya udah dateng aja, tumben lo”, jawab Nata.
“ya kali-kali lah Nat”, Nata pun hanya mengangkat alisnya lalu segera keluar dari kelas dengan Reza yang menyusul dari belakang. Mereka menyusuri lorong sekolah satu-persatu hingga sampai ke halaman parkir. Tanpa pakai lama Nata dan Reza langsung saja menyalakan mesin motornya. Mereka pun tancap gas keluar dari lingkungan sekolah.
Nata dan Reza berpisah disebuah persimpangan jalan. Di jalan Nata melamun sambil memikirkan akan makan apa malam ini. Ia pun berhenti disebuah warung yang menjual sayuran segar. Dalam pikiran Nata lebih murah dan lebih baik jika makan makanan buatan sendiri.
Nata melihat beberapa sayuran yang ada disana. Ada wortel, bayam, kangkung, brocoli dan berbagi macam lagi. Nata mendadak terlamun sebentar. Gue bisa masak sayur apa ya?, gumamnya dalam hati, ah liat aja diinternet, gumamnya lagi. Tangan Nata pun tak berhenti bergerak kekanan kiri keatas dan kebawah seakan sedang main cap cip cup.
“Dek mau beli apa mau ngeramal?”, sang ibu penjual itu pun keheranan melihat tangannya Nata yang sepeti seorang peramal yang mengusap bola ramal nya.
“Eh iya bu, beli kangkungnya aja bu”, Nata asal jawab saja.
“Berapa ikat?”, tanya ibu itu lagi.
“seikat juga cukup....kayaknya”, jawab Nata yang membuat ibu itu heran.“jadi mau seikat apa lebih?”, tanya ibu itu lagi.
“Satu aja bu”, Jawab Nata sambil mengacungkan jari telunjuknya bagai seorang murid yang sedang dipanggil namanya untuk pengabsenan. Lagian si Reza juga udah makan kali nanti juga, gumam Nata dalam hati lagi. Setelah membeli kangkung tersebut Nata pun langsung bergegas kembali pulang ke kost-annya.
Cuaca sore ini lumayan agak mendung, hal itu membuat Nata menambah laju motornya karna ia tidak ingin seragamnya basah. Sampai di kost-an Nata langsung memakirkan motornya lalu membuka pintu kamar kostnya. Terlihat rintikan gerimis mulai turun, Nata pun cepat-cepat mengangkat cucian yang ia jemur tadi pagi. Dengan cekatan Nata mengangkat jemuran tersebut, dan tepat di baju terakhir hujan deras pun turun.
“Fiuh...Alhamdulillah hujan”, ucap Nata sambil melihat hujan yang turun sore itu. Nata pun masuk ke kamarnya. Nata pun lekas mengganti seragamnya dengan kaos dan celana pendek lalu menggantung baju seragamnya. Untuk sesaat ia mambuka handphonenya. Ternyata ada pesan dari mama Nata
Mama : Gimana nak sekolahnya?
Pesan itu sudah dikirim siang tadi, hanya saja baru terbaca oleh Nata sore ini. Nata pun segera membalas pesan tersebut.
Nata : Alhamdulillah baik kok ma, gimana juga kabar disana?Pesan itu tidak langsung dijawab, mungkin karna memang sedang tidak aktif. Sore ini memang agak lenggang jadi Nata memutuskan untuk mandi dan menyetrika bajunya nanti setelahnya.
• • •
“Assalammu alaikum, Nata, woay! Nata!”, terdengar suara orang memanggil dari luar kamar dan sudah bisa dipastikan kalau itu adalah Reza. Nata pun membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan Reza masuk.
“Lagi ngapain lo Nat?”, Reza mencoba memulai percakapan.
“Baru selesai makan gue”, jawab Nata.
“Lo beli lauk apaan?”, tanya Reza lagi.
“Masak gue mah”, jawab Nata cuek
“jir, aslian lo?”, Reza dengan nada tidak yakinnya.
“Iya bambank...., sorry juga gw enggak nyuguhin apa-apa”, jawab Nata.
“Sans aja kali Nat, gue juga udah makan”.
“Longapain sih ke kost-an gue Rez?”, Nata bertanya balik“Ga papa, gue bosen aja dirumah”, jawab Reza santai.
Nata mulai curiga saja, karna sifat Reza ini lebih cenderung tidak terlalu suka diomelin hanya saja dirinya sendiri saja tidak sadar kalau dia sendiri banyak ngedumel ngomel-ngomel panjang gak jelas.
“BTW Nat, gue tahu cewe yang tadi lo”, Reza bicara dengan antusias.
“owh...”, jawab Nata singkat. Jawaban Nata membuat Reza males melanjutkan pembicaraannya tentang hal itu.
“Lo malem biasanya suka ngapain aja Nat?”, tanya Reza lagi seakan ingin mengulik tentang Nata.
“Yah paling kalo ga nongkrong didepan noh, ya nyetrika baju.”, jawab Nata.
“Wih gila rajin temen gue ini, salut gue sama lo, Nat keluar yok bosen gue”, ajak Reza.
“Kemana bambank?”, Tanya Nata.
“Udah ikut aja, gue yang bayar kok”.
Mereka berdua pun pergi keluar menggunakan motor mereka masing-masing. Nata hanya ikut saja kemana Reza pergi, lagipula Nata juga orang baru jadi sekalian dia mengenal daerah barunya tersebut.Dan mereka berhenti pada sebuah kafe. Kafe tersebut tidak terlalu ramai, suasananya tenang sehingga membuat nyaman. Kafe itu juga tidak terlalu jauh dari tempat kost-nya Nata, jadi mungkin Nata bisa sering mampir.
Mereka pun duduk dan memesan 2 cangkir kopi untuk mereka minum. Nata lebih banyak diam dan menikmati udara malam itu yang cukup sejuk sementara Reza yang dari tadi terus mengoceh tak ada habisnya. Nata hanya meng iyakan sebari mengangguk hanya untuk memberi tahu kalau dia memperhatikan walau sebenarnya tidak terlalu.
“Eh temen gue katanya mau kesini”, ucap Reza sambil memukul meja. “Nih ya Nat, temen gue yang satu ini jago karate beuh lo harus coba lawan”. Nata hanya menjawab dengan anggukan dan muka datarnya.
“HAI GUYS!”, sebuh suara yang cukup keras terdengar ke meja mereka.
“Weh, Sa, apa kabar cuy?”, sapa Reza kembali, dan dari situ bisa ditebak kalu orang yang lebih tepatnya cewe ini orang yang tadi Reza bicarakan.
“Oh iya Rez, nih kenalin Sasa, salah satu fighter cewe waktu gue masih SMP”, Reza memperkenalkan.
“Apa sih Rez, lo mau gue gibeng?”, timpal Sasa, Sasa lalu mengulurkan tangannya pada Nata. Nata pun membalas uluran tangan tersebut.
“Nata”, jawabnya. Sasa pun ikut duduk membuat duo tersebut menjadi Trio.
“BTW Nat, gue ada rencana ikut ekskul basket, lo mau ikut?”, tanya Reza.
“Boleh aja, hari apa aja emang?”, tanya Nata balik.
“Hari kamis sama Jumat”, jawab Reza.
“Owh bolehlah”, Nata meng-iyakan.
“Ikut karate juga donk”, Sasa ikut mengajak Reza dan Nata.
“Males ah gue”, jawab Reza spontan sambil menyengir. Muka Sasa langsung berubah sinis, ya mungkin memang karna dia juga sudah tau sifat Reza yang begitu.
“Mau ga Nat?”, tanya Sasa. Nata hanya berfikir-fikir sedikit, dahulu dia memang pernah ikut karate walau tidak tuntas ketika ia masih duduk di bangku SD. “Tenang ada gue”, ucap Sasa lagi. Akhirnya Nata meng-iyakan ajakan Sasa karna setelah dipikir-pikir dia juga harus bisa membela diri apalagi saat ini ia hidup mandiri.
Tak terasa mereka berbincang hingga waktu telah menunjukkan pukul 10 malam. Mereka pun menyelesaikan obrolan mereka dan bergegas kembali ke rumah masing-masing. Sampai diparkiran Nata merogoh saku celananya untuk sang tukang parkir dan langsung pergi cemas dia dikunci oleh yang punya kost.
Sambil menyebrang Nata memberikan uang tersebut. “Nuhun A”, ucap tukang parkir tersebut. Nata hanya membalasnya dengan anggukan dang langsung tancap gas. Tanpa Nata sadari dompetnya Jatuh saat tadi ia merogoh sakunya. Untungnya ditemukan oleh tukang parkir tersebut, sayangnya Nata terlanjur sudah pergi jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend Is My Senior
أدب المراهقينBeda umur? Iya Beda sikap? Iya Pola sikap kami pun berbeda Pernah ga sih kamu memiliki seorang wanita yang sebenarnya adalah kaka kelas kamu?, mungkin akan sulit *cerita ini murni ide sang penulis*