Bab 1. OMG. Babysitter!

79.3K 5.8K 247
                                    

Hello readers yang budiman.. Balik lagi nih dengan cerita baru. Tap tap bintangnya yaa...

Happy Reading guysss!

...

Aku sedang berada di dalam mobil tantenya Rena. Persetujuanku kemarin langsung diterima oleh tantenya Rena sebagai tangan yang mengantarku menemui calon majikanku. Perjalanan menempuh waktu sekitar lima belas menit. Mobil memasuki sebuah perumahan elit yang saat akan masuk harus menyerahkan kartu tanda pengenal. Ketat sekali penjagaannya.

Mobil berhenti di sebuah rumah berpagar coklat. Rumah yang terlihat kecil dari depannya. Halamannya tida begitu luas. Hanya muat di isi oleh satu mobil saja. Tante Sani membawaku masuk ke halaman rumah bercat putih ini. Beliau memencet bel sebanyak dua kali. Aku mulai deg-degan saat mendengar bunyi kunci pintu. Tarik nafas, keluarkan.

Aku menunduk, tidak berani memandang ke depan. Sebuah doa yang sedari tadi aku rapalkan adalah 'semoga majikannya baik'.

"Assalamualaikum." Sapa Tante Sani ramah.

"Waalaikumussalam. Masuk Tante, oh ini orangnya?" Tante Sani mencolek lenganku. Aku mengangguk sopan. Masih belum berani menatapnya. Berlebihan sekali kan, seperti ketemu mantan saja.

"Iya, Do. Ya udah. Kenalin, namanya Alin. Alin ini Pak Aldo. Kamu bakalan kerja di sini." Aku melihat sebuah tangan terulur ke arahku.

"Paramitha Analin, Pak." Aku menerima uluran tangannya lalu mendongak melihat wajahnya.

"Saya Rafa Rivaldo." Betapa kagetnya, ternyata calon majikanku ini adalah dosen pembimbing skripsiku. Pak Rafa juga nggak kalah kaget. Tapi dia berusaha terlihat biasa saja. Ya Allah, mau di taruh mana mukaku. Calon sarjana?

"Tante, mari masuk!" Pak Rafa mengajak Tante Sani dan aku tentunya. Ini mah bunuh diri namanya kalau beneran kerja di sini. Kerja sama Pak Rafa? Oh my god.

"Makasih, Do. Tante ada urusan. Tante permisi ya. Untuk gajinya sesuai yang Tente bilang kemarin. Bisa, kan?" Pak Rafa langsung mengiyakan.

"Bisa, Tan." Kok Pak Rafa bisa ramah gini sih sama orang lain? Kalau sama aku? jangan tanya gimana wajahnya, datar.

"Ya udah, Tante permisi. Jangan galak-galak, Alin ini sudah Tante anggap keluarga." Pak Rafa masih saja mengangguk. Sekarang gantian menoleh ke arahku. "Tante pulang ya. Kamu jangan bandel. Kerja yang bener." Tante Sani menyalamiku. Lalu berlalu menuju taksi yang masih setia menunggunya.

Suasana menjadi canggung setelah Tante Sani pergi. Pak Rafa masih berdiri di pintu, sepertinya belum ada niat untuk beranjak.

"Kenapa?" Pertanyaan ambigu yang diucapkan Pak Rafa membuatku mendongak.

"Apanya, Pak?" Pak Rafa masih berdiri di depanku. Seolah dia sedang mengawasi mahasiswanya ujian.

"Kenapa bisa mendaftar menjadi pembantu? Calon sarjana?" tanyanya masih dengan tangan yang bersedekap.

"Urgent, Pak." Aku memang selalu berusaha santai saat berhadapan dengan Pak Rafa. Meski saat di kampus, Pak Rafa lebih sering diam dan terlihat sangat serius.

"Mendingan nggak usah kuliah aja kalau gitu. Percuma kamu capek-capek kuliah, ngerjain tugas, UTS, UAS sampai skripsi kalau akhirnya Cuma jadi begini." Ya Allah, pedes banget ucapan Pak Rafa. Untung lagi butuh duwit, kalau nggak udah mengundurkan diri sekarang juga.

"Saya bisa langsung mulai kerja, Pak?" Aku menyela ucapannya. Pak Rafa mendengus. Dia langsung menatap tajam ke padaku. Pak Rafa kelamaan ngomelnya, aku capek berdiri terus.

MAMA MUDA(COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang