9. Sick 1

45.6K 4.2K 22
                                    


Rutinitasku saat pagi adalah mengajak Starla berjemur sambil berjalan mengitari komplek. Mengirup udara sejuk pagi hari. Matahari belum terlalu tinggi menmpakkan sinarnya. Rona kekuningan yang mulai memutih menyebar di langit. Tangan kiriku menuntun Starla, membawanya berjalan pelan. Pelanku adalah cepat baginya.

Pak Rafa sudah berangkat pagi-pagi sekali. Dia mendampingi mahasiswanya mengikuti lomba karya tulis ilmiah di luar kota. Mungkin nanti malam atau besok baru kembali. Dia hanya membawa sepasang baju ganti untuk dipakai saat perjalanan pulang.

Rumah Pak Rafa ini terletak di perumahan elite yang sepi. Tidak ada penjual sayur yang lewat. Penghuni rumah jarang sekali terlihat, hanya beberapa kali bertemu dengan para pembantu secara tidak sengaja saat membuang sampah di depan rumah.

"La, kita ke minimarket yuk! kakak pengen beli minum," ajakku pada Starla. Starla tidak menyahut ucapanku. Dia masih asyik berceloteh sendiri sambil terus sesekali berlari dan seringkali jatuh.

"Wawawawa," celotehnya lagi.

"Kakak anggap kamu setuju," aku berbicara sendiri. Memang jika dengan anak kecil kita harus ekspresif, selalu terlihat bahagia dan bersemangat.

Aku membawa Starla menuju minimarket yang ada di ujung komplek. Membuka pintu yang tertulis kata 'dorong' dengan bahu kananku. Starla tengah duduk manis di pelukanku. Pukul delapan minimarket belum ramai, hanya ada beberapa pelayang dan seorang pelanggan selain aku.

Aku berjalan menuju freezer yang berada di pojok ruangan, berjejer dengan rak eskrim dan deretan minuman lainnya. Aku memang penyuka meinuman dingin, bahkan bangun tidurpun jika ada aku akan memilih minuman dingin.

"Hai cantik." Sebuah sapaan membuatku berbalik melihat si empunya.

"Eh, Om. Ngapain d sini?" tanyaku. Ada Om Dewa yang sedang tersenyum manis ke arah kami.

"Ada beli sesuatu. Kamu biasanya keliling komplek, kok malah di sini?" tanyanya mungkin heran melihatku sepagi ini sudah berada di minimarket.

"Udah, Om. Ini kehausan makanya ke sini." Aku mengibaskan sebuah botol air mineral ke arahnya.

"Mamamama," celotehan Starla membuat perhatian kami teralih padanya.

"Ada apa manis?" tanya Om Dewa. Tangan kanannya terulur mengelus kepala Starla.

"Mamamama," celotehnya lagi. Dia mencondongkan badannya ke arah freezer berisi eskrim yang ada di belakang Om Dewa.

"Mau eskrim? tapi ini masih pagi," larang Om Dewa. Sayangnya Starla tidak memperdulikan ucapan Om Dewa. Dia masih berusaha untuk turun dan meraih eskrim yang ada di dalam freezer.

"Mamamama," celotehnya lagi.

Aku maju selangkah, membuat Om Dewa bergeser dari tempatnya. Membungkuk agar bisa membuka freezer dan mengambil satu cup eskrim rasa coklat.

"Saya permisi, Om." Pamitku pada Om Dewa. Starla sudah berusaha merebut eskrim di tanganku. Namun tetap aku tahan karena belum dibayar.

"Tunggu! Nggak baik anak kecil pagi-pagi makan eskrim," katanya. Aku tersenyum ke arahnya. Tidak menyalahkan pernyataannya.

"Om benar. Tapi kali ini memang saya yang salah, saya yang sudah bawa Starla ke sini makanya dia lihat eskrim dan ingin memakannya. Nggak apa-apa, Om. nanti saya join biar dia nggak kebanyakan makannya," jelasku yang membuat Om Dewa mendesah kecewa. Sepertinya tidak setuju dengan jawabanku, tapi tidak bisa menolak juga.

"Kalau ada sesuatu segera hubungi saya, jangan sungkan." Aku tersenyum menanggapi ajakannya. Pria baik, tampan dan perhatian.

"Siap, Om. Terimakasih. Saya permisi," pamitku lagi. Om Dewa hanya mengangguk. Kami bergegas menuju kasir. Berjalan pelan menuju ke rumah. Sambil menenteng kantong plastik berisi eskrim coklat dan air mineral dingin.

MAMA MUDA(COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang