Morning routine: Seokjin

1.7K 187 55
                                    

Ini pukul setengah enam pagi, Seokjin sudah bangun sejak tiga puluh menit yang lalu. Sekarang sedang di dapur, berkutat dengan peralatan masak dan antek-anteknya.

Puteranya masih tidur, sudah diberi tahu di part Namjoon bahwa putera semata wayangnya ini susah sekali dibangunkan, jadi Seokjin ingin memasak dahulu, baru setelahnya membangunkan Yoongi.

Kalau kalian bertanya kenapa yang memasak bukan maid, itu karena Seokjin tidak mengizinkan maidnya untuk memasak, dia lebih suka memasak sendiri, lebih terjamin, siapa tahu ada yang berniat jahat dan memasukkan racun di makanannya kan, apalagi dia ada anak kecil, nanti repot.

Bukan menuduh, hanya berjaga-jaga. Tinggal berdua dengan sang anak tanpa sosok wanita disampingnya membuatnya harus bisa menempatkan diri menjadi Ibu juga untuk Yoongi, harus melakukan segala sesuatunya sendiri jika itu berhubungan dengan puteranya, tidak bisa melimpahkan kepada orang lain.

Isterinya bukan pergi seperti isteri Namjoon, wanita yang sudah di nikahinya enam tahun lalu itu sudah tiada saat Yoongi hadir di dunia. Tidak mau mencari pendamping lagi, hanya ingin fokus pada Yoongi, karena pekerjaannya saja sudah sangat banyak menyita waktu dan pikiran, jika dia menikah lagi, bukankah nanti Yoongi akan terabaikan?

Ya meskipun banyak orang bilang kalau nanti menikah lagi pasti Yoongi ada yang mengurus. Tapi tetap saja, anak tertua Kim itu menolak untuk menikah, apapun alasannya.

Kompor ia matikan, mengangkat panci berisi sup ayam dan di letakkan di meja makan kemudian di tutup. Apronnya dilepas, digantungkan ke tempat semula, berjalan ke wastafel lalu tangannya di bersihkan.

"Bibi Choi, tolong jaga sebentar ya, saya akan membangunkan Yoongi."

Bibi Choi, kepala pelayan di kediaman Seokjin mengangguk, sedari tadi wanita berusia empat puluh tahunan itu berdiri di samping meja makan, membantu sang Tuan yang sedang memasak.

"Baik, Tuan, serahkan pada saya."

Seokjin tersenyum sekilas, lalu keluar dari area dapur dan berlari kecil menaiki tangga, ingin membangunkan Yoongi.

Pintu bercat putih yang diberi gantungan kucing bergelung dibuka olehnya, "Yoonie, sudah bangun?"

Hening.

Tentu saja, si pemilik kamar belum bangun, masih bergelung nyaman di balik selimut, posisinya sama persis seperti gantungan kunci di pintu, lucu.

Seokjin berjalan masuk, duduk di tepi ranjang dan mengusap rambut halus puteranya, inginnya langsung mengangkat sang putera ke kamar mandi dan mengguyurnya dengan air, tidak peduli apakah Yoongi masih tidur atau sudah bangun. Tapi lagi-lagi naluri seorang ibu yang sudah mendarah daging melarangnya untuk melakukan hal itu.

"Yoonie, bangun atau Ayah gigit hidung pesekmu."

Sebenarnya tidak terlalu pesek, masih tergolong mancung hidung puteranya ini, tapi iyakan saja perkataan duda yang akan menginjak kepala tiga ini, atau kalian akan di lempar dengan teflon kebanggaan.

Yoongi menggeliat, tapi tetap tidak terbangun, malah semakin memeluk gulingnya erat.

Seokjin menghela nafas, tangannya yang semula mengusap halus rambut Yoongi, beralih menjadi menepuk pelan pipinya, "Yoonie, bangun, Ayah harus bekerja."

"Bekelja saja, tinggalkan Yoonie disini dengan Bibi Choi, biasanya kan juga begitu." Yoongi menggumam tidak jelas, menepis tangan sang ayah yang masih menepuk pipi berisinya.

Lalu melanjutkan, "Ayah selalu bekelja, Buna, Yoonie ditinggal sendili~"

Seokjin tertegun, ini Yoongi mengigau? Atau bagaimana? Tapi kalau Yoongi mengigau sampai mengadukannya begitu pada mendiang isteri, dirinya merasa sedih, karena yang di adukan tidak jauh-jauh tentang dia yang terlalu sibuk bekerja.

Kim's Babies [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang