Perjanjian 1

4 2 0
                                        

"Inget janji!" Arfan menoleh kearah Dinda dan mengingatkan wanita itu tentang janjinya tadi.

"Iyaaa" dengan jawaban kecut dan muka masam dinda harus menepati janjinya.

"Gak bisa ya kalo ke sekolah rapihan dikit?"
"Gk!"
"Kek gembel"

Dinda menolehkan mukanya pada Arfan, dengan pandangan kesal ia langsung menarik kerah baju pria itu dengan kasar, menariknya hingga jarak diantara mereka lebih dekat.

"Mau gw gembel, mau gw gk rapih, mau gw apalah, itu bukan urusan lo gausah so' ngatur gitu! Faham!"

Dinda melepas genggamannya di kerah pria itu, dan kembali mencoba tenang dan menyandarkan punggungnya santai.

Arfan merapikan kerah bajunya yang kusut gara gara tarikan dinda, ia sudah tidak kaget jiga cewek berperawakan kek Dinda bertingkah kasar kayak tadi.

"Maaf!"

Dinda menolehkan matanya dan mendelik tajam.

"Ok gw gk maksud gitu kok, cuma mau bilang kalo pelajar tuh harus rapih dan harus bisa ngebedain mana pelajar yang mau belajar dan pelajar yang cuma numpang predikat sebagai pelajar aja!"

"Maksud lo gw numpang nama aja jadi pelajar cuma gara gara seragam sma ini?"

"Maksud gw baik kok"
"Ya"
"Kewajiban gw buat ngingetin murid sebelum mereka dipanggil guru"
"Dahlah berisik!! Atur aja murid lain kecuali gw!"
"Ok"

Kali ini Dinda memperhatikan pelajaran dan mencatan materi yang penting, ia terlihat begitu fokus sampai tiba-tiba.....

"Fan?"
"Hmm"
"Dihidung lo apaan itu?"

Arfan langsung memegang hidungnya, ternyata itu darah... Hidung mancungnya berdarah dan ia langsung mengeluarkan tissue di saku jasnya.

"Lo sakit?"
"Gk"
"Mau izin ke uks?"
"Gk"
"Bener?"
"Iya" jawab Arfan singkat sambil menempelkan tissue dihidungnya.

Pelajaran berakhir, Rere mengajak dinda pergi ke kantin tapi Dinda melihat Arfan yang hanya duduk di kursinya tanpa keluar kelas dan merasa bahwa Arfan tidak sedang baik-baik saja. Rere menarik tangan dinda mengajaknya pergi ke kantin, dinda pun pergi tapi sebelum kakinya benar-benar melangkah keluar kelas ia melihat Arfan dulu, pandangan Arfan pun melihatnya dan Rere dengan wajah datar sambil masih menempelkan tissue di hidungnya.

Di kantin....

"Re, arfan kenapa ya?"
"Paling dia kecapean, udah biasa kok dia kayak gitu"
"Bener? Apa barangkali dia gk mau jujur dan itu cuma alesan supaya orang-orang gk simpati yang berlebih sama dia?"
"Maksud kamu?"
"Ya maksud gw tuh dia ngidap penyakit tertentu"
"Huss amit-amit"
"Gw sih nebak aja"
"Tapi dia sehat kok"
"Yaa itusih paling dalih dia supaya keliatan baik baik aja"
"Hmmm gatau ah udalah makan lagi ntar keburu masuk!"
"Iya hehe"

Perasaan Dinda tidak tenang, bagaimanapun sikap Arfan terhadapnya ia adalah teman sekelasnya sendiri dan harus ia bantu. Dinda membawakannya air mineral dan roti coklat, barangkali Arfan kelaperan dan males ke kantin.

Sesampainya dikelas, dinda langsung memberikan makanan itu untuk Arfan.

"Gk!"
"Cepet ambil!! Ini gratis"
"Gk!"
"Batu lo ya, makan cepet!"
"Nggak!" Arfan menyenggol makanan itu dengan emosi sampai jatuh ke bawah, ia tidak bermaksud begitu mungkin gara gara emosi jadi agar kenceng.

"Yaahhh jatoh, kok lo buang sih?"
"Gk sengaja"
"Yaudah kalo gamau" Dinda pergi meninggalkan Arfan dikelas sendirian, sambil membawa makanannya yang untung saja terbungkus plastik dan botol, jika tidak pasti sudah kotor.

KETUA OSIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang