Happy Reading❣
📍📍📍
Senja itu, terlihat tiga orang pemuda sedang duduk santai di sebuah cafe yang saat ini sedang tidak terlalu ramai oleh pengunjung.
Tiga pemuda itu adalah Gavan Razavaniel Harvilardz, Kelvin Aoron Dirgantara, dan Saga Revandi Abraham.
Mereka sedang duduk santai sembari meminum kopi yang sudah mereka pesan.
"Gav, gimana caranya lo bisa kesini?" Tanya Saga penasaran.
"Kaburlah."
"Kabur lewat mana? Secara kan mansion lo di jaga ketat banget sama bodyguard suruhan Papa lo." Tanya Saga lagi.Saga maupun Kelvin sangat tahu bagaimana Gavan dan keluarganya.
Keluarga Gavan itu sangat menyayangi Gavan dan memperlakukan Gavan seperti anak kecil berumur 5 tahun.
"Gue pergi diem-diem manjat tembok belakang mansion terus naik ojek kesininya." Jawab Gavan membuat Saga dan Kelvin membulatkan matanya.
"Lo serius manjat tembok belakang mansion yang tinggi itu?" Tanya Kelvin tak percaya.
"Seriuslah." Kelvin dan Saga menggelengkan kepalanya, nekat sekali temannya yang satu ini.Pintu cafe terbuka membuat lonceng yang tergantung di sana berbunyi menandakan jika ada pengunjung yang datang.
Pintu cafe itu ternyata di buka oleh orang-orang berpakaian seragam hitam-hitam. Orang-orang berpakaian hitam itu berjumlah sekitar delapan orang, di tambah dengan seorang lelaki paruh baya yang memakai setelan jas formal. Berjalan paling depan, memimpin 8 orang lainnya yang ada di belakangnya.
Orang-orang itu berjalan mendekati meja Gavan dan kedua teman Gavan duduk. Namun baik Gavan, Saga maupun Kelvin belum ada yang menyadarinya karena mereka terlalu fokus bermain game bersama sembari meminum coffe yang sudah mereka pesan.
"Enak coffenya?" Tanya seorang pria paruh baya yang memakai setelan jas formal dengan nada bicaranya yang dingin. Dia adalah Anthony Armando Harvilardz, Papa dari Gavan.
Deg!
Seketika jantung Gavan berdetak cepat mendengar suara dingin yang sangat di kenalinya itu. Perlahan di dongakkan kepalanya itu untuk menatap seseorang yang tadi berbicara.
"Papa." Ucap Gavan takut-takut.
"Pulang." Titah Anthon dengan tatapan tajamnya membuat nyali Gavan menciut.
"Tapi Pah--"
"Pulang sekarang Gavan!" Titah Anthon tak terbantahkan. Namun Gavan tetap diam di tempatnya.
"Robby, bawa Gavan ke mobil!" Suruh Anthon pada Robby, tangan kanannya.Setelah para bodyguard nya membawa Gavan ke mobil, Anthon beralih menatap tajam kedua teman Gavan yang merupakan anak dari temannya.
"Kalian juga, pulang sekarang!" Perintah Anthon tegas lalu pergi menyusul para bodyguard dan anaknya menuju mobil meninggalkan dua orang teman Gavan yang menunduk takut.
"Kenapa masih di luar?" Tanya Anthon karena Gavan masih belum masuk ke dalam mobil yang sudah di siapkan.
"Maaf tuan, tuan muda Gavan bilang dia tidak mau pulang. Dia masih ingin main dengan teman-temannya." Jawab Robby.
"Gavan, masuk ke mobil sekarang!" Suruh Anthon. Wajah pria berkepala empat itu terlihat mengeras.
"Nggak mau, Gavan mau main sama temen-temen Gavan." Penolakan Gavan membuat Anthon semakin marah.Tanpa aba-aba Anthon langsung mendorong Gavan untuk memasuki mobil di ikuti oleh bodyguard. Gavan terus meronta tidak mau pulang bersama Anthon ke mansion. Dia takut dengan wajah sang Papa yang sedang marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVAN
Teen Fiction[⚠Follow dulu sebelum membaca] Sebagian besar chapter sudah dihapus, kalo mau baca kalian bisa beli versi cetaknya lewat link shoope yang ada di bio. 📍📍📍 Namanya Gavan, pemuda berusia 15 tahun yang kini duduk di bangku kelas 10 Sekolah Menengah...