TIGA || Manja

26.8K 1.7K 97
                                    

Happy Reading❣

📍📍📍

Hari telah berganti sore, waktu telah menunjukkan pukul setengah lima sore.

"Ar, Arthur." Anthon membangunkan putra sulungnya yang tidur bersama putra bungsunya itu. Pakaian yang Arthur kenakan masih sama seperti tadi pagi. Kemeja yang di balut dengan jas. Sepertinya Arthur langsung tidur saat dia baru saja pulang dari kantor.

"Arthur bangun." Anthon kembali menggoyangkan lengan kekar Arthur untuk membangunkannya. Arthur langsung membuka matanya. Namun posisinya masih sama, memeluk Gavan.

"Bersih-bersih, udah sore." Suruh Anthon. Arthur mengangguk dengan pelan, perlahan Arthur melepaskan pelukannya pada Gavan. Mengecup pelan kening Gavan setelah itu melenggang pergi ke kamarnya untuk mandi.

Selepas kepergian Arthur, Anthon duduk di tempat Arthur tadi tidur. Tangannya terangkat mengusap lembut pipi anak bungsunya.

"Dek, bangun yuk udah sore." Ujar Anthon dengan lembut seraya menghujani pipi Gavan dengan kecupan. "Enghh..." Erang Gavan menyingkirkan wajah Anthon dari pipinya membuat Anthon terkekeh gemas.

"Bangun dek, udah sore." Ujar Anthon. Kali ini, Anthon menggigit pelan pipi Gavan membuat sang anak meringis.

Perlahan, Gavan membuka matanya, yang pertama dia lihat adalah sosok papanya yang sedang tersenyum lembut ke arahnya.

"Udah sore, mandi terus siap-siap makan malam." Ujar Anthon lembut.
"Ntar aja, Gavan masih ngantuk." Ucap Gavan serak, tangannya memeluk guling dan menenggelamkan wajahnya di sana, tubuhnya berbalik membelakangi Anthon.

Anthon gemas dengan tingkah Gavan, anak bungsunya ini sudah remaja, namun tetap terlihat sangat menggemaskan seperti balita.

"Mandi dulu dek, mau mandi sendiri atau Papa yang mandiin hm?" Tanya Anthon berniat menggoda anak bungsunya itu. Tak ada sahutan dari Gavan, sepertinya anak bungsunya itu sudah terbang ke alam mimpi lagi sehingga tak mendengar ucapannya.

Anthon menghela nafasnya, anaknya yang satu ini memang beda. Di suruh tidur susah, tapi jika sudah tidur sangat sulit sekali untuk di bangunkan.

Dengan pelan, Anthon melepaskan kaos lengan panjang yang di kenakan Gavan, menampakkan tubuh kurus pemuda itu. Kadang Anthon heran, kenapa anaknya yang satu ini susah sekali jika di suruh makan. Dan sekarang beginilah hasilnya, badannya terlihat sangat kurus seperti tulang yang di balut oleh kulit.

"Gavan nggak mau mandi pah, males. Gavan mau tidur aja." Gumam Gavan dengan mata yang masih tertutup. Anak itu menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.

Sejujurnya, kepala Gavan terasa sedikit pusing, makanya dia tidak mau bangun dari tidurnya. Karena itu akan semakin membuat kepalanya sakit, apalagi jika matanya terbuka, sakitnya akan bertambah.

Anthon menggelengkan kepalanya melihat tingkah si bungsu. Susah sekali mengurus bayi besarnya satu ini.

"Adek tunggu di sini sebentar ya, Papa mau nyiapin air sama baju adek dulu." Ucap Anthon.

"Mau gendong." Ucap Gavan merentangkan tangannya.
"Gendongnya ntar dulu ya." Tawar Anthon.
"Gavan mau sekarang." Ujar Gavan.
"Yaudah ayo." Anthon menggendong tubuh Gavan yang masih setengah terlelap menuju lemari pakaian milik Gavan.

"Papa, Gavan ganti baju aja ya. Gavan nggak mau mandi, males." Gumam Gavan menatap Papanya yang sedang menggendongnya.
"Mandi dong sayang, badannya bau gini hm. Nanti Papa yang mandiin." Ucap Anthon berlagak ingin muntah saat menghirup aroma tubuh Gavan, padahal tubuh Gavan tak bau sama sekali. Anthon sengaja mengelabui Gavan seperti itu agar anaknya itu mau mandi.

GAVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang