Happy Reading❣
📍📍📍
Mata Gavan mengerjap perlahan mencoba menyesuaikan cahaya matahari yang memasuki kamar nya melalui celah gorden.
Tangan kirinya terasa kebas karena jarum infus yang masih menancap di punggung tangannya.
"Abang." Ucap nya saat Rendra memasuki kamarnya dengan tangan yang membawa nampan berisi makanan.
"Udah bangun hm, makan dulu terus minum obat." Rendra menaruh nampan di atas nakas samping ranjang lalu memeriksa keadaan Gavan.
"Bang lepas, tangan Gavan sakit."
"Kamu masih butuh dek." Rendra membantu Gavan untuk bersandar di kepala ranjang dan akan menyuapi adiknya itu.
"Nggak mau bubur." Gavan memandang mangkok makanan nya yang berisi bubur dan sayur dengan tak selera.
"Makan Gavan!"
"Nggak mau, Gavan mau Papa." Astaga Rendra lupa akan satu hal, Gavan akan menjadi sangat rewel dan manja jika sedang sakit, terutama dengan sang Papa.
"Papa lagi ada meeting di kantor, adek makan dulu ya, abang yang suapin." Rendra mencoba membujuk adiknya yang keras kepala itu.
Saat pagi tadi, Anthon memang berangkat ke kantor karena ada meeting penting, Arthur juga sudah berangkat ke kantor karena ada pertemuan penting dengan klien dari luar negeri. Sedangkan dirinya saat ini sedang tak ada jadwal di rumah sakit. Dan jadwal Rendra saat ini adalah menjaga adiknya yang nakal.
"Pokoknya Gavan mau Papa, telfon Papa sekarang." Mata Gavan sudah berkaca-kaca hendak menangis membuat Rendra tak tega.
"Gini aja, adek makan dulu ya, abis itu ntar abang telfon Papa." Tawar Rendra yang langsung di balas gelengan kepala oleh Gavan.
"Nggak, nggak mau." Kekeh Gavan.
Rendra menghela nafas lalu merogoh saku celananya mengambil ponsel untuk menghubungi Anthon.
Pada panggilan pertama dan kedua tak di angkat oleh Anthon. Rendra mencoba panggilan ketiga dan akhirnya di angkat.
"Halo Pah."
"Ada apa Ren? Papa lagi meeting."
"Gavan nggak mau makan Pah, dia mau Papa."
Terdengar helaan nafas dari Anthon di seberang sana.
"Kasih handphone nya ke Gavan."
Rendra menurut dan langsung memberikan ponselnya pada Gavan.
"Pah."
"Nak, kamu makan sama Abang Rendra dulu ya, maaf Papa nggak bisa nemenin soalnya ada meeting penting."
"Nggak mau...hiks..., pokoknya Gavan mau Papa...hiks..."
Setelah mengucapkan itu Gavan menyerahkan ponsel itu pada Rendra dan langsung menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya, Gavan menangis di balik selimut.
"Pah, Gavan nya nangis."
"Papa pulang sekarang, kamu tenangin Gavan dulu."
Tutt...
Sambungan telefon berakhir.
"Dek, buka selimut nya nanti nafas kamu susah." Rendra mencoba menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Gavan.
"Gavan mau Papa...hiks..." Gavan masih menangis sesenggukan di balik selimut.
"Papa lagi di perjalanan pulang, buka dulu selimutnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVAN
Teen Fiction[⚠Follow dulu sebelum membaca] Sebagian besar chapter sudah dihapus, kalo mau baca kalian bisa beli versi cetaknya lewat link shoope yang ada di bio. 📍📍📍 Namanya Gavan, pemuda berusia 15 tahun yang kini duduk di bangku kelas 10 Sekolah Menengah...