7. Pamit

8 5 0
                                    

Dea yang menyadari hal itu langsung bergerak mendekati Afhandi yang sekarang sudah duduk di sofa depan meninggalkan keluarga bahagia yang sedang asyik mengobrol itu.

"Afhan? Apa ada masalah? " tanya Dea langsung tanpa basa-basi

Afhandi yang tadinya sedikit melamun kini terkejut mendengar pertanyaan dari gadisnya itu dan langsung menoleh ke arah gadis itu.

"O-o-ohh tidak. Tidak ada masalah apapun." Jawab Afhan dengan agak gerogi

"Afhan... Mana mungkin matamu bisa membohongi aku. Ayo bilang!!" Pinta Dea sopan karena dia merasa bahwa ada sesuatu yang disembunyikan kekasihnya itu

"E-e-em aku bingung mau mulai dari mana" jawab Afhan masih dengan gerogi

" Kamu bilang aja apa yang mau kamu sampein. Aku gak bakal berhenti nanya ya sampai kamu ngasih tau aku" ucap Dea dengan penuh rasa sopan

"Dea.. ada yang ingin aku kasihtau ke kamu. Tapi kamu jangan salah paham dulu" ucap Afhandi sambil menggenggam tangan Dea

" Iya katakan saja " Jawab Dea sambil menggenggam balik tangan Afhan

"Minggu depan. Aku harus pergi ke Turki untuk project besar papaku. Sebenarnya aku benar-benar gak berminat untuk pergi karena aku gakmau ninggalin kamu sendiri disini. Tapi papaku minta tolong dang ngegantungin harapan projectnya itu sama aku. Aku gak bisa buat nolaknya" ucap Afhandi lirih sambil menatap Dea

Dea yang mendengar itupun langsung terdiam menatap kekasihnya itu. Sampai 5 menit

"Memangnya berapa lama kamu disana?" Tanya Dea

"3 tahun Dea" Jawab Afhan sambil mengalihkan tatapannya kebawah

"Apa? 3 tahun? Mana mungkin aku sekuat itu menahan rindu" ucap Dea dalam hatinya

"T-t-tapi gimna bisa aku ditinggal disini selama 3 tahun. Itu bukan waktu yang sebentar fan" Jawab Dea lirih

" Iya Dea aku tau itu. Tapi ini juga demi masa depan kita. Aku janji akan terus menghubungimu. Dan kita akan menikah ketika aku pulang nanti. Kamu akan bangga sama aku nanti " jawab Afhan dengan penuh keyakinan

Dea yang terlihat bingung itu masih saja terdiam. Hingga akhirnya Dea pun menyetujui keberangkatan Afhan.

" Kamu harus selalu menghubungiku sesibuk apapun kamu disana nanti" ucap Dea sambil mengarahkan kelingkingnya di depan Afhandi

" Janji Dea. Aku akan terus menjaga kepercayaanmu" balas Afhan sambil mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Dea. Seperti orang berjanji

Dea dan Afhan pun sama-sama tersenyum. Afhandi yang tadinya khawatir tidak mendapat izin kekasihnya itu kini menjadi lega karena persetujuan Dea untuk keberangkatannya.

Mereka yang masih asik duduk di sofa depan pun terganggu karena adanya suara yang memanggil mereka dari arah ruang keluarga

"Dea. Afhan. Kalian tidak ingin jalan-jalan disini? Ini kan pertama kalinya kalian berdua disini " ucap Rano kepada pasangan itu.

" Bang rano bener juga. Kenapa kita gak kepikiran buat jalan . " Ucap Afhan kepada Dea

Dea yang mendengar ucapan Rano dan Afhandi itu hanya tersenyum mengangguk setuju

Rano pun menyerahkan kunci mobilnya kepada Afhandi. Dan mempersilahkan mereka untuk keluar sekarang.

Afhandi dan Dea pun tak lupa untuk berpamitan kepada keluarga Dea untuk pergi keluar.

Mereka berdua pun pergi ke Mall untuk menonton dan lanjut mengelilingi taman yang ada di dekat kotanya.
Sampai akhirnya Dea menatap pasat ke arah salah satu tempat ramai.

Tentang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang