4. Tak tau di untung

300 33 2
                                    

"Raga!"

"Ga!"

"Raga tungguin gue!"

"Raga!"

Senna berdecak sebal. Raga, definisi tembok di beri nyawa. Datar sekali. Senna sampai berfikir, apa Raga bukan ciptaan tuhan?

"Raga, Lo budek apa gimana si?"

"Raga, Lo gak punya telinga?"

"Raga, Lo manusia bukan?

"RAGA!"

Brukh!

Senna meringis saat dirinya tidak sengaja menabrak punggung Raga. Ah, salahkan saja Rasa. Mengapa lelaki itu berhenti mendadak.

"Aishh, sakit." ringis Senna seraya mengusap wajahnya.

Raga?  Lelaki itu hanya terdiam menatap lurus kedepan, dengan wajahnya yang datar.

"Lo kalo mau berhenti tuh bilang-bilang. Lo gak punya mulut? Sakit tau."

Raga tak merespon.

"Lo tuh---"

Senna terlihat meneguk salivanya saat Raga tiba-tiba saja menatapnya. Tatapan itu, tajam, namun indah. Ah--Senna jadi gugup.

"Ah, g-gua---gua mau bilang makasih."

Terlihat Raga menaikan sebelah alisnya.

"Kenapa? Lo nanya gua kenapa gua bilang makasih? Iya? Ya itu karena, Lo udah nyelametin gua."

Tetap, suara Raga tidak terdengar. Itu membuat Senna sedikit kesal.

"Tapi, gak seharusnya lo bersikap kayak gitu ke dia."

Senna menatap Raga yang kini sudah kembali seperti semula. Wajahnya terlihat tenang.

Senna menghela nafas.  "Iya, gua minta maaf.  Tapi, Lo gak papa kan?  Kepala lo gak kenapa-kenapa kan?  Ada yang sakit?  Apa perlu kita kerumah sakit?  Gua takut lo geger otak. " ucap Senna cepat. 

Raga sama sekali tidak menanggapi, membuat Senna berdecak pelan. Oh ya tuhan, dia manusia atau patung sih?

"Gua berasa lagi ngomong sama tembok," lirih Senna.

Raga sama sekali tak peduli, ia hendak melangkah. Namun Senna mencegahnya.

"Ihh Raga. Lo gak ngehargain gua banget sih? lo gak ada niatan jawab ucapan gua? Apa lo benar-benar manusia tem---"

"Penting buat gua ngejawab ucapan lo?" ucapan Raga berhasil membuat Senna mendelik. Apa setidak penting itu? Aish, Senna jadi menyesal berbicara seperti itu ke Raga. Seharusnya, sedari awal, Senna biarkan saja Raga.

"Lo tuh nyebelin ya!" Senna kesal, ia memukuli dada bidang Raga kencang.

"Lo tuh benar-benar nyebelin tingkat dewa!"

"Kok ada ya manusia kayak lo. Kalo gua jadi tuhan, gua gak akan nyiptain lo, asal lo tau!"

Pergerakan Senna terhenti saat tiba-tiba saja, Raga mencekal kedua tangannya. Lelaki itu mendekat-kan wajahnya ke wajah Senna, mampu membuat Senna menahan nafas.

"Dan Lo bukan, Tuhan." jawab Raga datar tanpa intonasi, setelah mengucap itu ia segera menjauhkan wajahnya dari wajah Senna. Berhasil membuat Senna mengeluarkan nafasnya lega. Namun tidak dengan hatinya, hatinya berdebar kencang entah itu karena perilaku Raga apa karena ucapan Raga. Senna pun tak tahu.

"Lepasin tangan gue, lo apa-apaan si?" Senna berusaha melepaskan cekalan Raga. Tapi semakin ia berusaha, semakin kencang pula cekalannya.

"Raga lepas, sakit." ringis Senna, sedikit memundurkan langkahnya.

Bad Boy (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang