04. Guitar Lesson [TH]

898 116 13
                                    

words count: 2024

a/n: a slight harrison x reader, i hope u guys fine w/ that ;)

...

[Name]'s POV

Aku memejamkan mata. Menikmati samar-samar suara hujan dan alunan musik yang menari-nari di telingaku. Namun sedetik kemudian, mataku kembali terbuka. Nyaris saja aku tertidur jika kereta yang kutumpangi tidak berguncang dan mandek di sebuah stasiun. Aku memijat ringan bahu kiriku yang sedari tadi terasa kebas. Aku menghela napas untuk kesekian kali, ingin sekali rasanya untuk segera pulang dan tidur di ranjangku yang empuk.

Sore ini aku lelah sekali. Menjadi guru privat bukanlah pekerjaan yang mudah, harus kesana kemari untuk mengajar gitar di rumah murid-murid ku yang letaknya saling berjauhan dan memakan durasi latihan sekitar satu jam. Ditambah dengan hujan deras yang seketika membuatku ingin menjerit keras-keras.

Walau begitu, aku senang karena ini adalah sesi terakhir aku mengajar hari ini. Setelah itu aku bisa pulang dan tidur semalaman, atau melanjutkan nonton film rom-com di netflix sesuka-ku. Lagipula besok libur, malam ini aku bebas melakukan apapun. Tugas kuliah pun sudah kuselesaikan jauh-jauh hari.

Setelah sampai di stasiun tujuan, aku cepat-cepat meraih guitar bag-ku dan melenggang keluar dari kereta. Kugunakan payung tua milik nenek yang tak sengaja kubawa pulang saat liburan beberapa tahun lalu. Jariku bergerak, memutar playlist The Neighbourhood di ponselku dan mengatur volume-nya sekeras mungkin hingga mampu menelan bebunyian disekitar.

Aku mengecek jam tangan, masih ada waktu sekitar empat puluh lima menit sebelum aku harus tiba disana. Aku memutuskan mampir ke sebuah coffee shop untuk secangkir latte panas. Begitu menjejakkan kaki di sana, udara hangat dan aroma kopi yang digiling seakan menghinoptisku, memaksaku agar rileks. Ku tarik kursi yang menganggur di samping kaca jendela yang berhadapan langsung dengan trotoar, dimana orang-orang yang berlalu lalang menjadi visual paling menarik.

Aku menyesap latte ku sambil iseng membuka ponselku yang dipenuhi begitu banyak notifikasi. Saat aku sibuk membalas surel dari para orang tua murid dan dosen ku yang super galak, sebuah pop up chat dari Harrison muncul.

haz
hey weirdo
where r u

[username]
coffee shop
y?
there r still 40 minutes left

haz
no its not that
i just want u 2 know that i brought ur silly crush today
happy?
now bring me my macchiato
:))

[username]
with pleasure, my lord
i'll be there asap

haz
good
see u soon loser

[username]
f u

Kedua ujung bibirku terangkat, perubahan mood mendadak. Harrison Osterfield adalah salah satu dari sekian murid yang paling dekat denganku --- karena dia satu-satunya yang sepantaran dengan umurku jadi lebih mudah buatku untuk terbuka. Aku ingat saat pertama kali aku memulai tutor dengan Haz, serangkaian puns garing selalu keluar dari mulutnya, bahkan disaat kami berusaha serius sekalipun. Yang anehnya, aku justru tertawa akan puns dengan punchline yang terkesan garing dan nggak mengena tersebut. Perkara antara aku atau dia yang aneh masih jadi perdebatan sampai sekarang.

BUT HEYYY!!!

Don't get me wrong guys, we're just friends, kay? And i already had a crush, tbh.

𝐐𝐔𝐀𝐂𝐊𝐒𝐎𝐍.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang