Words count: 1293
...
Pagi hari berlalu dengan menyebalkan bagi [Name], bahkan orang-orang bisa tahu hanya dengan melihat raut wajahnya. Ia melangkah ke cafetaria, kedua tangannya meremas ujung hoodie yang ia kenakan sebagai pelampiasan amarah.
Ia benci Peter. Sangat.
Bocah itu benar-benar membuat [Name] naik pitam. Tidak hanya sekali, bahkan berkali-kali. Termasuk saat kelas Fisika tadi. Ia kalah telak dari Peter saat menjawab pertanyaan yang diberikan Mrs. Williams. Hanya terlambat beberapa milisekon dari Peter hingga ia kehilangan kesempatan untuk menjawab. Dan karena itulah gadis itu makin membenci si jenius Peter Parker.
Peter dan [Name] adalah rival. Keduanya memiliki kecerdasan diatas rata-rata dan nyaris memborong nilai sempurna di semua mata pelajaran eksak. Mereka berdua selalu bersaing untuk berada di atas yang lain, entah kapanpun dan dimanapun. Semua tahu itu. Tak jarang ada yang berpikir bahwa keduanya cocok untuk bersama, termasuk Ned, Michelle, dan anggota Decathlon lainnya. Tapi mungkin keduanya terlalu keras kepala untuk disatukan.
[Name] membanting ranselnya ke bangku cafetaria seraya meletakkan nampannya di atas meja, wajahnya terlihat masam. Michelle yang duduk diseberang, hanya memutar bola mata malas dan kembali berkutat dengan novel tebal miliknya.
"What again?" Tanya Michelle, matanya tak lepas dari buku yang ia baca.
"Obviously, he's getting on my nerves like every. fucking. day!" Pekik [Name] frustrasi sambil mengacak-acak rambutnya. "He always tried to compete me, even in the middle of physics class that i love the most," desisnya sebal.
Dengan santai, Michelle menyendok pudding cokelatnya lalu memasukkannya ke dalam mulut [Name] agar gadis itu berhenti mengomel, yang ternyata benar-benar efektif. Memang dasar maniak pudding, batin Michelle.
Disaat yang bersamaan, Peter dan Ned melangkah masuk ke Cafetaria dan mengambil meja tepat di belakang meja [Name] dan Michelle. Peter diam-diam melirik ke arah [Name]. Sorot matanya melembut ketika melihat [Name] tengah merengut sambil disuapi pudding oleh Michelle.
"Dude, just confess your feelings already," desah Ned, seakan tak tahan dengan tingkah Peter yang suka menatap [Name] secara diam-diam. Peter justru terlihat menyedihkan baginya. Saat mendengar hal itu, Peter seketika menoleh ke arah Ned.
"Its not that easy, we're not in good terms right now!" Bisik Peter. Ned mendecak kesal. "And that's happened because your own fault, ya know?" Balas Ned yang seketika membuat Peter mengatupkan bibirnya rapat. "I-I just don't know how to act around her," gumamnya pelan, namun terlanjur terdengar oleh Ned.
"Whatever. Everything is up to you," balas Ned sambil melahap pudding cokelatnya. Peter pun mendesah sambil menopang dagunya dengan tangan kanan. Pandangannya kembali terpaku ke arah gadis manis di seberang mejanya, yang untungnya belum menyadari akan keberadaan Peter disana.
Setelah selesai melahap pudding, [Name] bangkit berdiri sambil menggendong kembali ranselnya. Michelle yang menyadari itu langsung mengerutkan dahi. "Where are you going?" Tanyanya.
"Aku tak lapar. Ambil saja salad-ku jika kau mau," balas [Name]. "Fine," ujar Michelle sambil mengangkat bahu dan kembali berkutat dengan buku autobiografi-nya. Saat hendak keluar dari cafetaria, [Name] sempat melewati meja Peter tanpa menyadari keberadaannya. Netra kecokelatan Peter tak pernah lepas dari sosok rival sekaligus gadis yang ia sukai itu.
Padahal, mereka sebenarnya adalah teman dekat. Ralat, bukan dengan Peter melainkan [Name] dengan Spiderman. Cukup nenyedihkan, tapi itu lebih dari cukup agar ia bisa berada di dekat gadis itu tanpa harus merasa gugup.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐐𝐔𝐀𝐂𝐊𝐒𝐎𝐍.
Hayran Kurgu⎷𝗔 𝗣𝗘𝗧𝗘𝗥 𝗣𝗔𝗥𝗞𝗘𝗥 𝗜𝗠𝗔𝗚𝗜𝗡𝗘𝗦. ❝ could you stop being so adorable for a sec? ❞ //𝘰𝘯𝘦𝘴𝘩𝘰𝘵. //𝘴𝘭𝘰𝘸 𝘶𝘱𝘥𝘢𝘵𝘦. [ includes tom holland imagines but i mostly write peter's. ] i just own plot and oc's in this work.