01. Start

18 10 0
                                    


[Seasing ini kita sekarang?]

                 Have a Nice day

Hari ini 15 April. Hari pertama pada semester baru. Teman baru. Kelas baru. Suasana baru. Dan kisah baru.

Seisi kelas tengah heboh sekarang. Ada yang sibuk berdandan. Ada yang berkenalan dengan teman baru. Ada yang masih main game pada ponsel mereka. Dan ada yang tampak bosan lalu menghabiskan waktu untuk tidur.

Teng teng teng

Bel tiga kali berbunyi pertanda kelas akan segera dimulai. Tapi tentu saja kelas masih kacau. Ada yang mengeluh karena bel, dan ada yang bahkan tak perduli dengan bunyi nya.

Tok tok tok

Seseorang mengetok pintu kelas. Itu seorang guru. Dengan diikuti oleh satu orang anak lagi. Mata memandang kearah mereka yang baru masuk.

"Anak-anak. Sekarang duduk!" Perintah guru itu pada semua siswa.

Mereka mengikuti tapi dengan gerutu.

"Silahkan perkenalkan diri!" Seru guru itu lagi.

"Nama saya Woojin. Park Woojin." Ucapnya sambil melihat seluruh seisi kelas. Perkenalan singkat dari seorang siswa. Berpakaian yang tidak bisa dikategorikan rapi. Kemeja putih yang kancingnya bahkan terbuka semua, dengan kaos didalamnya. Dia belum mendapatkan seragam sekolah itu.

"Cari tempat duduk yang kosong."

Dia berjalan menuju satu bangku kosong. Bangku paling belakang, paling sudut dekat jendela. Dengan tatapan siswa lain yang sejenak tertuju padanya.

Lalu meletakkan tas selempang yang dipakainya dan duduk. Sekarang tatapan mereka sudah beralih pada guru didepan.
.
.
.
.
.
Teng teng

Bel dua kali tandanya istirahat. Semua siswa heboh keluar kelas untuk istirahat. Semuanya, kecuali satu orang. Park Woojin tak tertarik untuk keluar. Anak itu duduk di bangku nya. Meletakkan kepala di atas meja. Matanya menatap kearah luar, melihat siswa diluar sana. Ada yang main basket, ada juga beberapa anak yang bergosip sambil menyantap makanan. Banyak kegiatan diluar, tapi dia tak tertarik untuk keluar.

Brukk..

Woojin terkejut. Dia langsung berdiri secara spontan dan matanya langsung tertuju pada satu arah. Seorang siswi terjatuh.

"Ap--" kata-katanya terhenti. Mulutnya kelu seketika saat melihat siswi itu.

Siswi tadi bangkit lalu menuju satu bangku. Bangku paling depan di deretan bangku Woojin. Itu meja Jihoon. Tanpa perduli keberadaan Woojin.

"Kau--" ucapannya lagi-lagi terhenti. Tapi kali ini siswi itu yang menghentikannya.

"Oh, kau si anak baru yang diceritakan Eunbin tadi. Aku Mina. O iya, tak usah perdulikan aku. Cukup rahasiakan ini oke👌" Mina mengedip kan sebelah matanya dengan tangan membentuk isyarat. Lalu berjalan keluar.

Woojin hanya terdiam melihat punggung Mina yang semakin jauh.

"Aku tau kau itu Mina. Kang Mina. Tapi apa kau lupa denganku? Atau kau hanya pura-pura tak mengenalku karena benci atau mungkin juga jijik denganku."  Gumamnya dalam hati.

.
.
.
Teng teng teng teng

Bel pulang berbunyi.
Dengan perasaan tidak nyaman, Woojin keluar. Woojin mengendarai sepeda motor kuno yang satu-satunya dia miliki sekarang. Dia pergi bekerja di sebuah kafe sebagai waiter. Sift kerjanya dari hari senin sampai kamis, mulai dari jam 3 sampai jam 7 malam.

Sebenarnya Woojin mengerjakan pekerjaan apa saja yang penting menghasilkan uang. Ya bisa dibilang pekerja serabutan.

Woojin sudah mulai bekerja sejak sekolah menengah pertama. Sehingga dia sudah terbiasa dengan hal itu. Woojin biasa bekerja sebagai pengantar koran, penjual bunga, bahkan sekedar mencuci piring di sebuah kafe. Itu semua dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan dulu ibunya.
.
.
.

Selesai bekerja Woojin pulang kerumah. Rumah yang mewah dengan cat luar berwarna putih. Rumah 2 tingkat dengan halaman yang sangat luas. Dan Woojin memasuki halaman yang sangat luas itu, tapi tidak dengan rumah yang mewah tadi.

.
.
.
Woojin merebahkan badannya di atas tempat tidurnya. Terlihat jelas lelah diraut wajah manisnya. Tapi dia teringat tugas yang diberikan disekolah.

.
.
Malam semakin hening. Jam dinding yang berdetak sudah menunjukkan pukul 23.00. Woojin memutuskan untuk istirahat setelah menyelesaikan tugas nya. Merebahkan tubuh lelahnya.
.
.
.
.
Huh huh huh...

Woojin terbangun. Langsung terduduk dari tidurnya. Jantung berdegup kencang tak beraturan. Nafasnya sangat sesak. Keringat bercucuran membasahi seluruh tubuh.

"Mimpi sialan itu datang lagi. Kenapa harus aku yang menanggungnya. Apa salahku jika orang yang sudah menipu keluarganya meninggal dunia. Aku tak bersalah. Bukan aku." Pikiran Woojin sangat kacau sekarang.

Dia bangkit dari tempat tidur lalu membuka gorden hijau pada jendela kamarnya. Melihat keluar jendela.

"Andai aku bisa memohon, aku sajalah yang menggantikan posisinya. Aku saja yang mati. Tak apa jika aku yang dulu...mati." kini matanya basah karena air mata. Dia menangis terisak tanpa suara. Kekesalannya pada dirinya sendiri membuat nya berpikiran buruk.

"Bu, apa Tuhan sedang menghukumku. Apa ibu juga akan tenang jika aku menanggung ini. Apa itu salah kita bu? Lalu kenapa sekarang aku ada ditempat ini." Woojin terus terisak. Menyalahkan dirinya sendiri.
.
.
.
Setelah dua jam kemudian, Woojin telah tenang. Dia meringkuk di atas kursi panjang pada satu sisi di kamarnya.  Lalu tertidur lagi tanpa selimut dan tanpa bantal.

Hampir Setiap malam dia seperti itu. Dulu tidak separah ini. Hanya mimpi sesekali. Tapi semenjak ibunya tiada, mimpi buruk itu semakin sering muncul.

                              -oOo-

Aku hanya bisa katakan,
[Hidup itu indah pada dasarnya. Walau kau merasa sendiri, kau harus ingat, akan selalu ada orang yang berada di sisimu. Kau hanya perlu menemukannya dan tak kehilangan lagi]

Distance Duo ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang