02. Something Happens

19 10 6
                                    

[Jika yang kau rasakan saat ini adalah patah, tak mungkin kelak yang kau temukan selalu resah. Akan ada berkah disetiap juang dan akan ada senyum dibibir yang rekah]
.
.
.
.
Have a Nice day


Tring tring tring

Alarm pada ponsel Woojin berdering. Membangun kannya yang semalam tertidur di kursi panjang.

Jam menunjukkan pukul 7 pagi. Waktunya dia siap-siap untuk kesekolah. Hari ini Woojin mengenakan seragam, bagus, wangi setelah dicuci dan disetrika. Dengan blezer navy, kemeja putih didalamnya dan satu dasi melilit lehernya. Sungguh tampan.

Woojin bergegas keluar. Tanpa sarapan, tanpa menyapa siapapun, bagaimana mau menyapa, semua orang tinggal didalam rumah mewah itu. Tapi Woojin tinggal disebuah paviliun diluar rumah.

.
.
.
.

Woojin mengendarai sepeda motor kesayangannya. Dengan perasaan yang tenang, bahagia. Angin bertiup melewati sela-sela helm dan menyentuh wajahnya.

Iiiitttttt....

Ban motor Woojin berdecit. Sontak saja dia terkejut. Sebuah mobil hampir menyenggolnya.

Dilihatnya dari luar, seorang anak melihatnya sinis.

"Mau mati lo hah." Teriaknya.

Woojin tak berkata apapun. Dia terkejut segaligus kesal. Tapi itulah Woojin, sabarnya tanpa batas.

.
.
.

Sesaat kemudian tibalah dia di sekolah. Memarkirkan motornya. Lalu berjalan menuju lorong kelas.

Duakk

Tiba-tiba langkahnya terhenti oleh satu anak yang terjatuh. Bukan terjatuh biasa, lebih tepatnya terlempar dari tangga yang tidak tinggi.

"K-kak.." rintih siswa itu sambil memegang perutnya. Pasti sakit.

Dan muncul tiga siswa lainnya dari atas tangga itu. Mereka adalah Jihoon, Guanlin, dan Jinyoung.

"Biarkan saja anak itu. Kau pergi saja!" Ucap satu anak yang bernama Guanlin itu dengan nada dingin sambil menatap Woojin.

"Kalau begitu, bisa kalian biarkan aku meminjamnya?" Jawab Woojin dengan tenang sambil memegang anak itu.

"Ngomong apa orang ini. Kau mau main sama kami kan?" Seru anak yang bernama Jinyoung dengan sedikit mengancam anak yang dibully-nya.

Siswa tadi tak menjawab. Nampaknya sangat takut.

"Heh sialan! Jawab kalau kau mau main sama kami!" Sekarang giliran Guanlin, dia tampak marah sekarang.

"Sudahlah. Anak ini akan aku bawa. Kalian main saja." Woojin memapah anak itu melewati koridor tanpa memperdulikan tiga anak lain.

.
.

"Kau yakin tak perlu ke UKS?" tanya Woojin khawatir.
"Tak apa kak. Terimakasih banyak sudah membantu saya." Memegang tangan Woojin dengan gemetar.

"Sudahlah. Kau tak perlu berterimakasih. Kalaupun bukan kau yang ada disana, aku tetap akan membantu." Woojin menepuk pelan bahu anak itu.

"Saya tetap berterimakasih. Saya harus berbuat apa pada kakak?"

Distance Duo ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang