.1.BERMAIN DENGAN DARAH MEREKA.

275 15 0
                                    

{::::::::::}
°
°
°
°
°
I>•<I
°
°
°
°
°
{::::::::::}

∆..Happy reading..∆



Di salah satu ruangan gelap hanya ada lampu kuning padam yang menerangi ruangan di dalam rumah megah benuansa klasik ini di isi dengan suara yang mengerikan untuk sebagian orang namun tidak untuk dua orang berbada usia di dalam ruangan ini.

"AAAAARRRRHGGGHH.....AAAHH........HAHHAhh..SAKIT...UUHHGG..AAAHHG..HHSSSTTT.. Hentikan ku mohonhh hah.."


Bisa di bayangkan di depan dua orang yang berbeda usia ini ada seorang pria yang usianya setengah abad yang duduk di lantai yang dingin juga di penuhi darah yang mengalir dari tubuh seorang wanita yang tergeletak di sisi ruangan dengan potongan tubuhnya yang beserakan di sekelilingnya dan bisa di ketahui wanita itu adalah istri dari pria yang sekarang sedang menatap takut pada dua orang di depannya dan memohon untuk di lepaskan.

"Haah..hah..to-tolong sshht.... lepaskan saya" ucap pria itu memohon sambil menahan saki lukanya di lengan kirinya

"Berikan semua aset yang kau miliki!, kau akan bebas" ucap pria yang berjokok di depannya dengan suara baritonnya yang tak suka basa-basi.

"Tidak akan pernah!"

"Gores dia lagi baby"ucap pria yang jongkok itu memerintah pada sosok kecil di sampingnya

"Nanti dulu pah!,om..puna pemen ndak?!kalo om puna pemen egi lepas sekalang juga." ucap anak kecil yang usianya baru menginjak 4 tahun,yang sedari tadi berdiri di samping pria yang berjongkok di depannya dengan gunting tajam di genggamannya dan memakai baju kodok levis panjang yang di padukan dengan baju garis-garis kuning hitam untuk menambah kesan menggemaskan dan manis pada anak kecil tapi tidak tepat untuk menggambarkan kelakuannya, sedangkan pria yang berjongkok tadi hanya menggelengkan kepalanya karna mendengar pertanyaan anaknya Yang tidak sama sekali bermutu. 'dasar bocah,hanya ada makanan di pikirannya' pria itu menatap datar pada anak kecil yang sedang menunggu jawaban dari pertanyaannya tadi dengan mata binar senangnya

"Aaah..haahh..a-aku tidak pu-punya permen untuk mu--aaaarrhhgg...hen-hentikan..kumohon hiks" pria itu menjawab dengan susah payah sambil menahan rasa sakitnya dan mencoba tetap sadar,seketika pria itu berteriak kencang saat gunting tajam itu menggores lengan kanannya sampai siku dengan hasil luka yang cukup dalam..dan membuat pria yang berjongkok itu tersenyum bangga pada kelakuan sang anak yang tidak terduga.

"Huh..om ndak puna pemen sihh!" bibir anak kecil itu mencebik lucu,merasa tidak puas dengan jawaban pria setengah abad itu dia kembali beraksi dengan gunting di tangannya untuk memotong jari pria tua itu.

Ctak
(Kelingking)

"Aaaaarrggghh..sa-sakit..aaaaahh"

"HITUNG OM!!"

"Yak..ini sakit aaargh!!"

"Satu bukan sakit om..HITUNG YANG BENAL(benar)"

Ctakk.
(Telunjuk)

"Aaarrrggghh...du-dua..uuummhh" teriak pria setengah abad itu dengan mata terpejam saat bocah itu memotong jari telunjuknya dengan gunting...

Ctak.
(Jempol)

Ctak..
(Jari tengah)

Ctak...
(Jari manis

"AAAAAARRRHHGG....HEN....TIHHHHH AAARRGH..KAN..AAAAHHHAHH..AHK"

"papah om ini tidak bisa berhitung" ucap bocah itu menatap sang papah dengan polosnya dan tangannya tetap memegang gunting yang kini penuh darah yang masih menetes

LITTLE TWINS psychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang