Puisi - Pinjamlah Hatiku 🌸

18 3 2
                                    

Pinjamlah Hatiku

Langkah kaki menyulam tapak di kehangatan arunika

Ku kira langkahku tidak membekas

Sebab hati gundah dibalut rindu tiada tara

Hujan menumpahkan pensil-pensil untuk menggambar di dadaku

Membuktikan betapa sarat spasi antara huruf yang dilukisnya

Haruskah kembali kugoreskan selembar kasih untukmu?

Ku kira hatiku tidak mengelupas

Tidak mampu menanggung beban waktu sebab jalinan kata rindu

Kuhirup dalam-dalam tiap perih yang harusnya tak kurasakan

Kunikmati rasa yang terjebak dalam jurang yang menganga

Dalam kubangan hening dan tumpukan pilu

Dalam rintihan pening dan pekikan rindu

Masih kucoba meredam rasaku

Menahan asaku atasmu

Kukira bendunganku masih kokoh

Menampung sisa-sisa kepedihan meronta ingin keluar

Logikaku tak lagi mampu menahanmu, walau hati berontak melawan rasa itu

Mengiris kulit, jatuh meretakkan tanah yang menjadi langkahku

Haruskah kembali kugoreskan selembar kasih untukmu?

Hujan masih menumpahkan jutaan pensil di dadaku

Melukiskan betapa sarat huruf yang dilukisnya

Bagai mawar yang merontokkan merah kelopaknya,

Dan aku yang pupus harapan kandas diterjang ombak lautan

Andai daun-daun harus gugur karena cinta,

Diriku bak kelopak-kelopaknya yang tak pernah memejamkan mata

Langkah kaki masih menyulam tapak di bawah lentera Sang Pencipta

Sang surya tidak lagi hangat dan angin tidaklah sepoi-sepoi

Sebab dirimu yang tiada di sampingku

Haruskah kembali ku rajut potongan kisah di antara kita?

Kalbu ini terapung di samudera Hindia melayang di luar angkasa

Terjepit waktu terlindas masa lalu

Terlempar ke dasar laut biru, terjebak di ruang rindu

Kutulis rindu ini di atas secarik kertas dan pena sebagai diriku

Kuselipkan dalam diam kehampaan hati ini agar hanya diriku yang tahu

Kutebar benih luka di atas batu cadas agar tak pernah bisa tumbuh

Inginku memupuk kembali bunga cinta yang lama layu

Menepis jauh hama curiga dan racun cemburu

Agar mekar saat ujung laut dengan langit bertemu

Menyempurnakan indahnya hari yang syahdu

Kukira kaki ini masih kuat melangkah

Menerjang, menendang, jutaan halang-lintang di jalan

Sebab rapuh, bernanah, terseok, dan terhempas dari arah

Berakhir dengan rintih penyesalan


Kini aku terduduk di bawah teduh swastamita

Merangkul bayangmu dan menghirup wangi tubuhmu

Lidah ku kelu, deraian di pipi terhenti

Tersangkut logika memikirkan betapa bodoh

Menjadi pungguk yang merindukan bulan

Inginku menyebut namamu dalam setiap helai rinduku

Tapi tenggorokan ini selalu mencekik tiap kata

Inginku menjadi titian dalam spasi antara huruf-huruf itu

Tapi selalu ku terjatuh ke dasarnya

Inginku menjadi mesin waktu yang berputar dari masa itu

Tapi diri ini terlalu lemah untuk melawan kehendak_Nya

Terlalu rapuh untuk melawan bidak catur semesta

Sebab aku hanyalah pion dari dari banyak pasukan perangnya

Kupejamkan mata agar kembali dalam ilusi sendu

Di atas permadani dalam spasi antara ruang dan waktu

Sesekali, pinjamlah hatiku

Agar kau tahu sakitnya merindukanmu

Novita_Fitriani

(Rantau Pulung, 05 Juli 2019)

***

Tua BerceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang