୨୧
Teriakan saling bersautan dari kembar Kairo menjadi alarm alami bagi ayah Damian dan ibu Yeremia untuk segera keluar dari kamar utama mereka.Ayah Damian menjadi orang yang pertama mendekati satu satunya kamar yang ciptakan polusi suara di hari yang bahkan matahari masih malu malu menunjukan eksistensinya, sedangkan ibu Yeremia memilih menuju dapur untuk menyiapkan dua botol susu formula untuk dua toddlernya.
"Boy!" seru Damian buat Jerome dan Navaro berhenti serentak, pemandangan dalam kamar bernuansa broken white cukup buat ayah Damian migren mendadak.
Sarung bantal yang sudah terlepas berceceran dimana mana, bedak yang Damian pastikan baru istrinya beli dua hari yang lalu sudah memenuhi nyaris sebagian lantai kamar, menjadikan kamar luas itu penuh bercampur aroma minyak telon dan bedak tabur.
Belum lagi rambut berantakan kedua putranya yang hanya tersisa diapers yang masih setia melekat di tubuh kedua putra gembalnya, entah dimana baju tidur yang semalam Damian pasangkan saat keduanya terlelap dalam lullaby sang ibu.
"Aduh kalian, dimarahin ibu nih nanti." Damian mendekat, menggendong kedua putranya di kedua sisi berlawanan.
Sepasang mata dibalik frame kacamata minusnya melihat sekeliling kamar putranya sekali lagi dengan raut nelangsa, kalau sudah begini biasanya Damian lah yang jadi korban untuk membersihkan mega proyek dua toddlernya.
Karna pagi ini Yeremia sudah harus pergi ke kampus untuk beri sambutan pada mahasiswa baru di fakultasnya, maklum saja setelah cuti selama dua tahun Yeremia langsung diberi kepercayaan menjadi dekan fakultas di salah satu universitas yang masih satu almamater dengannya.
"Astaga bener bener kalian berdua ya." pekik Yeremia.
"Ibu ibu Nana bita wuuus di lantai ibu." celoteh Navaro yang sudah berpindah di balik punggung sang ayah buat figur Kairo dewasa meringis, apalagi tatap tajam yang menghunus ke arahnya semakin buat Damian tak bisa berkutik.
"Wusss kaya di sana ayah yang dingin itu ayah." Jerome menyaut, memperagakan melalui gerak tangannya yang bebas dari rengkuhan Damian.
"Ayah anak anak turunin aja."
"Jeje sama Nana ikut ibu sekarang."
Tak ada pilihan selain menuruti, dua toddler kesayangannya Damian turunkan dari gendongannya lalu mendorong kedua putranya itu mendekat ke arah sang istri yang masih setia berdiri diambang pintu kamar dengan dua botol susu formula di kedua tangannya.
"Kamar kembar biar ayah yang beresin,"
Yeremia mengangguk, "Terima kasih ayah."
Setelah figur Yeremia dan dua putranya menghilang, Damian mulai punguti satu demi satu barang yang berserakan di kamar sang putra, tentu ditemani gema teriakan dari Jerome dan Navaro yang tengah di hukum ibunya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
a flower blooms on the street
Fanfiction⠀ Ada cerita beragam rasa disudut kota. ⸂ © 𝗻𝗮𝗿𝘁𝗰𝗶𝘀𝘀𝗶𝘀𝗺﹐𝟮𝟬𝟮𝟰. ⸃