Memiliki kakak yang tampan, pintar, populer, dan mahir di segala bidang memang sesuatu yang di harapkan kebanyakan adik.
Tapi bagaimana jika sang adik justru terperangkap dalam kehidupan yang di selimuti oleh bayang bayang sang kakak.
Hal itu lah yang sedang aku alami."Kenapa mau daftar di sini? Kenapa gak di SMA lain? Nilai mu cukup bagus untuk daftar di sekolah mana pun." suasana panas, gugup, sekaligus lapar yang sudah ku tahan hampir 5 jam membuat bibir ku tak bergerak untuk menjawab pertanyaan seorang bapak yang melayani pendaftaran murid baru di SMAN 1 Seputih Agung.
"Karena kakaknya juga sekolah di sini, Pak." Belum sempat otak ku bekerja untuk memilih kata yang tepat, ibu ku sudah menjawabnya. Walau sebenarnya aku tak suka dengan jawaban ibu ku, tapi aku menghela napas merasa lega. karena jujur saja aku tak pandai dalam bicara, terlebih ke pada orang tua. Tak jarang lidah ku salah tingkah yang meninggalkan kesan tidak sopan.
"Kakaknya sekolah di sini juga to, siapa nama kakaknya?" pertanyaan lanjutan di lontarkan bapak itu, sambil memalingkan pandangannya, yang semula ke arah ku sekarang menjuru ke ibu ku.
"Tomo pak." sambil sedikit mendangakkan kepalanya bangga, ibu ku menyebut kan nama anak kesayanganya itu."Owalah, adiknya Tomo toh! Pantesan nilainya bagus semua." Ingin sekali aku mengumpat dan kemudian menyangkal kalimat bapak itu, bagaimana mungkin nilai ku bagus hanya karena aku adiknya Tomo. Untuk apa aku bersusah payah mengenyam pendidikan selama 3 tahun dan berperang mati matian dalam ujian nasional, jika aku bisa mendapat nilai yang bagus hanya dengan menjadi adiknya Tomo.
Bahkan si bajingan yang katanya pandai itu tak pernah memberi ku nasihat sedikitpun, hanya hinaan akan ketidakmampuan yang aku dapatkan darinya. Aku tidak tahu apakah aku hanya iri, ataukah sikapnya yang memang buruk kepadaku, tapi yang pasti aku tidak menyukai kepribadianya. Semua orang memandang nya sebagai pribadi yang baik, semua orang kecuali aku.
Setelah semua urusan pendaftaran selesai aku pulang dengan energi yang sudah terkuras habis. Sembari mengistirahatkan fisik, aku mulai menciptakan dunia di kepalaku, merencanakan apa yang akan aku lakukan di masa SMA ku yang kata orang adalah masa terindah.Tomo memang seseorang yang tampan, tinggi, putih, dan memiliki segudang prestasi. Sedangkan aku sebaliknya, rupaku tak lebih dari kata standar, kulitku yang berwarna coklat gelap berpadu dengan tinggi badan yang tak lebih dari 160 cm sudah cukup untuk membuat diriku dan kakakku seperti hitam dan putih, air dan api, barat dan timur, yang sangat jauh berbeda. Terlebih aku tak terlalu mempedulikan penampilan. Selama aku merasa nyaman itu sudah cukup bagiku, entah dengan pakaian yang kusut, sepatu yang dekil, ransel yang kumal, ataupun dengan jerawat yang menjajah dan merajalela di wajahku.
Banyak orang yang selalu mempertanyakan dan membandingkan perbedaan di antara aku dan kakak ku, mengingat kami hanya selisih 2 tahun. Mulai dari fisik, kemudian sikap, hingga cara berpakaian pun mereka bandingkan tanpa berpikir apa yang aku rasakan. Tapi cukup 15 tahun saja aku harus merasakan hidup di balik bayangannya, tidak untuk masa SMA ku. Kali ini akan ku ciptakan seorang diriku, ya! Seorang Iwan bukan lagi adiknya Tomo. Aku sudah mempersiapkan banyak hal, mulai dari topeng apa yang perlu aku kenakan, karakter apa yang harus ku perankan, dan bagaimana cara agar dapat menyembunyikan perasaan.
_____________________________________
Maap bgt ini cerita pertama yang ku buat, kasih saran dong buat lanjut apa gak
KAMU SEDANG MEMBACA
SHADOW BROTHER
Mystery / ThrillerKetika kata di rajam frasa, kalimat pun tak mampu menggugat. Detik detik senyap seraya berjalan. Menjadi penentu perang dingin yang tak berujung. Iwan yang menjadi sasaran pelampiasan sang kakak menjadi terdiam. Meratapi kekalahan yang tak ada habis...