Ku berdiam diri sejak sedari tadi, menatap langit dengan tatapan kosong, sembari menghangatkan diri bersama rerumputan, melihat sekitar dan tersadar hanya aku lah yang sendiri. Merenung sejenak membuat ku agak sedikit tenang.
Apa aku layak untuk bahagia? seperti orang-orang di luar sana, berlarian kesana kemari dengan ceria, dan tidak merasakan beban sedikit pun di kehidupnya.
Namun pertanyaan demi pertanyaan tak ada satupun yang terjawab dengan tidak logis.
Ya Tuhan, aku butuh jawaban darimu, jika bukan engkau yang menjawab pertanyaan ku lalu siapa lagi, bisakah aku keluar dari keras nya dunia ini?
Aku mencoba menjauhkan diri dari rerumputan, berharap menemukan jawaban. Seketika ku teringat, ada seseorang yang pernah mengatakan
Semuanya akan terlihat baik-baik saja. Asalkan kamu percaya bahwa dirimu mampu melewatinya.
Lagi-lagi aku bingung, tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku hanya ingin terlihat bahagia, namun sulit bagiku untuk menemukan kebahagiaan itu.
⫹⫺ ⫹⫺ ⫹⫺ ⫹⫺
Hai! Terimakasih sudah mampir dan mau menikmati cerita ini! Semoga kalian suka sama ceritanya dan jika kalian suka jangan lupa untuk menekan vote di pojok bawah kiri. Sampai ketemu lagi dicerita selanjutnya!
Salam hangat,
Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You
Teen FictionRank #1 storie in 15 Juni 2020 Bagaimana dengan harimu. Pasti lebih membaik setelah semua tangisan itu terluapkan. Hanya berdiam diri di sudut kamar. Mengingat beratnya hari ke depan yang ingin kau lakukan. Membagi atau dibagi adalah perihal ikhlas...