02 - Teman

98 54 19
                                    

"Aku hampir lupa tujuan awal kita, kemana kita akan pergi?" tanya Jessie sembari mendudukkan dirinya di bangku yang berada tepat di belakang kami.

Sudah hampir tiga jam kami bermain bersama Jechi, karena tingkah laku Jechi lah yang membuat kami lupa.

Jujur aku lebih suka berada di luar sini ketimbang pergi ke tujuan awal, sebenarnya aku ingat sebelumnya kami ingin pergi kemana tetapi aku terpaksa berpura-pura lupa untuk pergi ke rumah Jessie. Karena aku terlanjur nyaman di sini.

Sebenarnya tidak masalah aku pergi ke rumah Jessie, namun jika sudah berada di sana, apa yang akan kami lakukan?

"Cewek." Seseorang tiba-tiba datang sembari menepuk pundak Jessie.

Siapa yang mengundangnya ke sini? Dan siapa lelaki yang tingginya melebihi kami ini?

"Ah! Oh, hai Land!" sapa Jessie pada lelaki itu.

Rupanya mereka saling mengenal, ku pikir dia adalah orang jahat yang ingin menganggu Jessie. Sudah jelas, Jessie kan cantik, bukannya aku iri atau semacamnya, tapi apa yang aku katakan ini kenyataan.

"Sini duduk! perkenalkan, ini teman baruku, dan ini saudaraku," ucap Jessie yang mencoba memperkenalkan kami.

Dengan sangat sopan, dia mengulurkan tangannya padaku. "Aland, dan kau?" Dia memperkenalkan dirinya sembari berdiri, tepat di depanku yang masih duduk manis.

Ah dimana sopan santunku, haruskah aku memperkenalkan diri seperti ini? Duduk diam dan mengulurkan tangan seenak jidat?

Aku berdiri sembari menyambut uluran tangannya dan mulai memperkenalkan diri kepadanya. "Christie."

"Nama yang bagus." Terlihat dari wajah masamnya itu, dia mencoba senyum miring kepadaku.

"Bagus bukan?" sambar Jessie.

Berbadan tinggi, warna kulit sawo matang, memiliki rambut yang cukup berantakan dengan style santai seperti baju putih polos dan dipadukan dengan hoodie hitam.

Bisa dibilang dia memiliki lesung pipi di bagian pipi kiri, hidung mancung yang menjadikan dirinya sedikit lebih sempurna dari kebanyakan lelaki lainnya.

Ya, Jessie berbisik kepadaku bahwa dia memang sederhana, tapi cara dia memperlakukan seseoranglah yang membuat seseorang itu nyaman bersamanya.

Jadi aku di suruh Jessie untuk berjaga jarak dengan Aland, karena takut sewaktu-waktu aku nyaman dengan Aland. Padahal 'kan itu tidak mungkin terjadi. Lagian aku tidak suka dengan lelaki semacam Aland, aku bisa saja menyimpan kata-kataku yang saat ini sedang ku lontarkan, aku berani berjanji kepada Jessie untuk tidak menyukai lelaki seperti Aland.

"Apa yang membawa mu kesini?" Tanya Jessie kepada Aland.

Mendengar penjelasan Aland, apa yang membawa nya kemari itu agak membuat kami sedikit sedih. Karena anak anjing yang kami temui, ternyata milik Aland.

Jessie pun tak segan untuk membentak Aland, soal apa yang sudah dia lakukan kepada anak anjing ini, membiarkan hewan malang ini berkeliaran untuk mencari makan sendirian.

"Aku tak sengaja membiarkan dia berkeliaran sendirian. Ketika aku sedang memilih untuk membelikan Mujidin sebuah kalung, dia justru menghilang begitu saja," Penjelasan Aland kini mulai masuk akal.

"Mujidin?" Tanyaku.

"Kau menamai anak anjingmu Mujidin? Hahaha, payah sekali kau menamai si imut ini Mujidin," ledek Jessie.

Ada-ada saja, apa dia sedang bercanda, Mujidin katanya?

"Kenapa kamu tidak tertawa juga?" Tanya Aland kepadaku sembari menaikkan satu alisnya.

"Ha ha ha, itu tidak lucu bung," jawab ku singkat.

"guk, guk, guk,"

Pada akhirnya Aland menatapku dengan tatapan aneh, mungkin sekarang aku di anggap anak aneh olehnya. Apa aku harus peduli? Tentu saja tidak.

Kami memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Bagaimana dengan anak anjing itu? Aland sepakat untuk mengurus anak anjing itu secara bergantian. Kami sudah dewasa, tidak mungkin kami berdebat karena hal sepele, 'kan?

Aku berjalan seorang diri. Karena, hanya aku lah yang tidak satu arah dengan mereka.

Tidak masalah, sudah biasa aku berjalan sendiri kemanapun aku pergi. Kini, hanya ada aku dan bayanganku saja di jalan ini.

Berjalan dengan tidak semangat sembari menendang batu di setiap langkah, menundukkan kepala sepanjang perjalanan pulang.

Don't stay awake for too long don't go to bed
I'll make a cup of coffee for your head
It'll get you up and going out of bed

Aku mulai bersenandung, merasa kesepian seperti yang biasanya kurasakan setiap jam, menit, maupun detik. Apakah itu sangat berlebihan? Ku anggap jawabannya adalah iya.

Langkah kakiku mulai terhenti di tengah-tengah jalan.

Ah tidak, aku tidak ingin pulang ke rumah untuk saat ini, dimana aku bisa menemukan tempat yang nyaman, apa aku harus kembali ke tempat kami bertemu?

Terobsesi dengan teman baru, semua yang ku lakukan agar bisa memiliki lebih banyak lagi teman. Tapi selalu berujung dengan sangat berlebihan.

Baiklah, memang sudah seharusnya aku pulang kerumah. Aku berdiri dan menggenggam ponsel ku dengan lemas, memakai headphone persis yang kulakukan saat tadi pergi keluar.

"Ah iya, kenapa aku tidak meminta nomor telepon milik Jessie tadi. Ah sial," gumam ku kesal.

Ya sudahlah tidak apa-apa, toh sudah biasanya aku sendirian.

Mungkin lain hari, aku bisa bermain lagi bersama mereka. Ya semoga saja kata-kataku ini benar-benar bisa terkabul.

Sepertinya aku melihat sesuatu yang menyegarkan, kebetulan aku juga sudah mulai haus, ku putuskan untuk membeli Xi Bo Ba.

Apa hari ini adalah hari tersial-ku? Antrianya benar-benar panjang. Mungkin lain hari, melihat antriannya saja aku bisa merasakan lelah di awal.

Rupanya memang sudah takdir yang menyuruhku untuk berdiam diri di rumah sendirian, tidak memiliki teman, bahkan aku tidak memiliki perhatian di rumah, memangnya ada yang perhatian padaku? Tapi itu sangat jarang ku temui di dalam rumah, karena aku sudah besar bagi mereka. Jadi mereka berfikir aku cukup dewasa untuk tumbuh dengan sendirinya.

"Astaga, kita bertemu lagi," ucapnya saat aku tidak sengaja menabrak nya.

⫹⫺ ⫹⫺ ⫹⫺ ⫹⫺

Hai! Terimakasih sudah mampir dan mau menikmati cerita ini! Semoga kalian suka sama ceritanya dan jika kalian suka jangan lupa untuk menekan vote di pojok bawah kiri. Sampai ketemu lagi dicerita selanjutnya!

Salam hangat,
Luna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang