Prolog

29 5 0
                                    

Kehilangan manusia bisa membuat perubahan dalam kehidupan kita. kehilangan bisa berupa kesedihan dan penderitaan atau tempaan atas kualitas ketabahan dan kesiapan diri. Rasa kehilangan merupakan bagian dari rasa memiliki karena adanya keterikatan atas sesuatu atau seseorang.

*﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀₊˚.*
2014. Tangerang Selatan

Tepat tanggal 21 juni 2014.
Perempuan paruh baya terus saja menangis di batu nisan. Tak lain menangisi kepergian anaknya. Di ikuti oleh saudara-saudara yang berada di sana. Terutama cucu! Dari keluarga yang sudah meninggal.

"Udah lah Del." mengelus puncak rambut Adel.

Adel Adriana, seseorang yang tengah menangis akan kepergian ibunya.

"Udah gimana Ra! Gue kehilangan orang yang gue sayang! Papa gue? Belum lama kecelakaan di amerika! Mamah gue? Meninggal Ra. Meninggal!" bentak Adel yang belum berhenti menangis.

"Tenangin diri lo! Di sini masih ada gue dan nenek lo! Ingat itu!" Tegas Adera.

Adera Fredella, sahabat satu-satunya Adel yang ia punya. Begitu pun sebaliknya.

*﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀₊˚.*

2019. Tangerang Selatan

"Lo inget kan Del?" tanya Adera.

"Iya gue inget. Jangan pernah lo ninggalin gue ya Der." pinta Adel memasang wajah sedikit melas.

"Iya sayang." jawab Adera sedikit menggoda.

"Apaan si lo. Jiji gue."

Adera tertawa kencang melihat reaksi sahabatnya ini. Pasalnya ia tidak pernah lagi menggoda Adel sejak kejadian itu. Adel selalu saja merenung tanpa arti.

Adera bangkit dari tempat duduk. Ia berjalan menuju pintu keluar.

"Lo mau kemana Der?" tanya Adel yang masih duduk di sofa. Lebih tepatnya mereka sedang berada di ruang tamu milik Adera.

"Udh sore, ayo pulang."

Adel segera milihat jam dinding, Adel segera beranjak dari tempat duduknya dan berpamitan kepada kedua orang tua Adera.

"Om, tante Adel pulang dulu ya. Kasian nenek di rumah sendiri." ucap Adel mencium punggung tangan mereka.

"Iya Adel. Hati-hati di jalan ya." ucap Clara. Mamah Adera.

Adel hanya mengangguk ia segera berjalan menghampiri Adera yang tengah menunggu dirinya di dalam mobil.

"Udah?" tanya Adera.

Adel hanya menganguk mengerti apa yang Adera ucapkan.

Disepanjang perjalanan hanya ada keheningan, mereka sibuk dengan dunianya masing-masing. Adel yang sibuk dengan ponselnya dan Adera fokus menyetir. Adera sedikit canggung, ia memilih membuka suara terlebih dahulu.

"Del." panggil Adera

"Hm?"

"Besok lo kesekolah mau gue jemput at.."

"Gue naik angkot aja." dengan cepat Adel memotong perkataan Adera. Pasalnya ia tidak ingin merepotkan Adera terus menerus.

"Hm, ok."

Tanpa sadar mereka sudah berada di depan rumah Adela. Rumahnya tampak sederhana, tamannya yang indah di kelilingi bunga-bunga. Beda jauh dengan Adera, rumahnya tampak megah layaknya istana.

Beru saja Adela ingin membuka pintu mobil, Adera lebih dulu menahan lengan Adela.

"Semangat buat besok."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Deep WoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang