Aku tidak bisa menjelaskan perasaanku sekarang, entah ini senang atau sedih aku tidak bisa membedakannya. Setelah sekian lama akhirnya aku melihat orangtuaku.
Akupun mendekatinya dan menepuk pundaknya " ayah aku ka... " Saat dia menoleh, bukannya seorang pria dewasa tetapi yang kulihat seorang pria yang terlihat masih muda dan seumuran denganku, perasaanku campur aduk, aku tidak tahu harus berkata apa.
" Oh hai, maaf ya aku tadi mainin lagunya kamu "
" Oh iya gapapa kok, santai aja, kamu tau lagu itu? "
" Aku ga tau sebelumnya, tadi aku baru masuk dan denger kamu mainin lagu itu, aku langsung suka "
" Ah biasa aja, makasih ya "
" Itu lagu siapa? "
" Ah itu lagu yang biasa orangtuaku nyanyiin waktu aku kecil "
" Wah hebat juga orangtua kamu bisa bikin lagu seenak itu " Aku hanya membalasnya dengan tersenyum dan reflek meninggalkannya.
Saat aku keluar cafe tiba-tiba orang itu sudah berdiri di depanku. " Loh kamu kok disini bukannya tadi "
" Habis kamu tadi ninggalin aku tanpa ngasih tau siapa nama kamu "
Dia menunduk dan mengarahkan kepalanya dihadapanku, rasanya aku bisa merasakan nafasnya diwajahku, entah tinggal berapa Senti lagi jarak wajah kita berdua. Wajahnya yang tampan membuat diriku lupa bahwa aku harus segera pulang karena sudah malam.
" Hei, namamu siapa" sambil mencubit pipiku.
" Hah, iya, namaku Sabina "
" Oh Sabina, kenalin aku Gavin "
" Gavin, oke aku bakal inget nama itu "
Dia cuman tersenyum sambil tertawa kecil melihatku, aku sadar aku terlihat salah tingkah dan merasa pipiku sudah terasa panas.
" Sorry, kayaknya aku harus pulang "
" Mau aku antar? "
" Oh ga perlu, aku bisa sendiri "
" Oke hati-hati ya "
" Iya "
Saat aku akan pergi meninggalkan dia, tanganku terasa seperti ada yang memegang, begitu erat dan hangat. Ternyata itu Gavin yang tersenyum padaku, senyumnya begitu indah, rambutnya yang sedikit terbang terkena angin membuatnya terlihat bersinar. Aku tak merasakan dinginnya malam saat itu. Gavin, aku tidak akan pernah melupakan momen indah ini.Sampai dirumah, aku tidak bisa melupakan wajahnya, entah perasaan apa ini tapi aku senang.
" Hei, kenapa senyum-senyum sendiri, sehat? " Ucap Arthur yang sedang duduk disofa depan tv.
" Apaan sih, ngga tuh, udah ah capek mau langsung tidur "
" Ga tau terima kasih ya, udah ditungguin main langsung ke kamar aja "
" Loh kamu nungguin? Yang nyuruh siapa? Tumben loh perhatian "
" Apaan sih ngga, disuruh ayah nungguin kamu "
" Maaf ya kamu jadi harus nungguin sampe malem gini "
Arthur tidak menjawab hanya melemparkan kunci pintu rumah padaku dan pergi meninggalkanku. Entah kapan aku bisa akur dengan Arthur.Pagi harinya aku membantu Paman Jo untuk mengurus cafenya, ya walaupun cafe Paman Jo tidak seperti tempat aku bekerja tapi disini cukup ramai dan banyak anak muda datang kesini.
" Sabina tolong antarkan minuman ini ke meja nomor 10 ya "
" Oke paman meja nomor 10 ya, ah Jason "
" Kalau dia macem-macem, abaikan aja "
" Iya paman "
Akupun mengantarkan minuman pesanan Jason, seperti yang aku duga dia akan menggodaku lagi.
" Wah memang ini yang aku suka dari cafe ini, minuman akan terasa enak ketika dilayani oleh wanita yang cantik "
" Jason sikapmu ini membuat aku merasa mual, dan aku harap setelah minum ini kamu tidak merasa mual ya "
" Haha, aku menghargai setiap ucapan wanita cantik "
Jason berusaha memegangku tetapi ditahan oleh Arthur yang tiba-tiba menggebrak meja.
" Hei Jason, sikapmu sangat memalukan, tentu kamu tidak akan suka mengganggu Sabina yang sedang bekerja kan "
" Oke oke boy, aku tidak suka keributan "
Aku terkejut melihat Arthur seperti itu, karena sebelumnya dia pernah terlihat semarah itu, walaupun dia dingin. Paman Jo menghampiri kami dan meminta kami untuk kembali bekerja.
" Sudah Sabina, nanti biar paman yang bilang sama Jason ya untuk tidak mengganggu kamu lagi "
" Terima kasih paman "Akupun kembali bekerja dan melayani para pelanggan, tiba-tiba hpku berbunyi dan mendapat notifikasi pesan dari seseorang yang tidak kukenal.
𝐻𝑎𝑖 𝑆𝑎𝑏𝑖𝑛𝑎, 𝑖𝑛𝑖 𝑎𝑘𝑢 𝐺𝑎𝑣𝑖𝑛
𝑊𝑎𝒉 𝑎𝑘𝑢 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝒉𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎 𝑛𝑜𝑚𝑜𝑟𝑚𝑢 𝑘𝑒 𝑚𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑆𝑢𝑠𝑎𝑛
𝑆𝑎𝑣𝑒 𝑦𝑎 :)Reflek aku tersenyum setelah menerima notifikasi dari Gavin, takdir memang luar biasa, aku sedang mencari orangtuaku malah menemukan pria tampan.
𝑈𝑑𝑎𝒉 𝑎𝑘𝑢 𝑠𝑎𝑣𝑒 𝑦𝑎 𝐺𝑎𝑣𝑖𝑛 :)
Tanpa menunggu lama, Gavin langsung menelponku. Dengan cepat aku mengangkatnya.
" Hai Sabina, aku mengganggumu ya "
" Ah engga kok, santai aja, ada apa? "
" Hari ini kamu sibuk? "
" Aku lagi bantuin paman di cafenya "
" Oh kalau gitu lanjutin aja, maaf ya gangguin kamu kerja "
" Yaampun santai aja, ada apa sampe telpon "
" Kita bisa ketemu ga? "
" Hmm.. kalau sekarang ga bisa gimana kalau nanti malem? Aku ada latihan musik sih, kamu bisa Dateng kok "
" Oke di teater Atla kan? "
" Kok kamu tau? "
" Jangan meragukan kemampuanku, nanti malem aku Dateng "
" Oke, bye "
" Bye "Setelah menelpon dengan Gavin, aku melanjutkan pekerjaanku, Arthur terlihat terus memperhatikanku dan wajahnya terlihat mengintimidasi karena aku habis menelpon.
Setelah pekerjaan selesai dan cafe sudah tutup, aku dan Arthur pergi untuk latihan rutin di teater Atla, nampak disana sudah ada Gavin yang duduk dibarisan ketiga sebelah kanan atas. Seperti biasa dia terlihat rapi dan mempesona walaupun hanya duduk diam.
Aku duduk memainkan piano dan Arthur duduk ditempat pemain biola. Suara melodipun terdengar menggema di teater, nada demi nada aku mainkan menyatu dengan pemain lainnya.
Setelah selesai aku mendengar Gavin bertepuk tangan dan menghampiri kami berdua.
" Luar biasa, permainanmu bagus sekali "
" Terima kasih Gavin "
Tiba-tiba Arthur berdiri didepanku dan mendorong Gavin agar menjauhiku. Aku menghampiri Gavin dan membantunya berdiri. " Kamu kenapa sih? Tiba-tiba dorong orang sembarangan "
" Kamu jangan deket-deket sama dia, dia itu keturunan Archernar, salah satu keluarga vampir "
" Va.. vampir? Emang ada, jangan ngaco Arthur "
" Kalau kamu ga percaya terserah, tapi kalau sampe kamu kenapa-kenapa aku ga akan segan bunuh kamu vampir "
Arthur pergi meninggalkan kami sambil membawa biolanya dan menggebrak pintu teater dengan keras, untung saja yang lainnya sudah pulang jadi tidak ada yang melihat keributan ini, kalau sampe ada yang lihat bisa tamat aku dan Arthur tidak diperbolehkan tampil lagi di teater.
" Ga perlu dimasukin kehati ucapan Arthur ya, dia emang kaya gitu "
" Gapapa kok Sabina, apa yang diomongin Arthur ga salah "
" Maksud kamu? Ka.. ka.. bentar kamu beneran vampir? "
" Iya " ucap Gavin.
![](https://img.wattpad.com/cover/227714477-288-k202749.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HERITAGE
VampireApa definisi keturunan ketika kamu tidak tahu asal usul dirimu sendiri. Terlahir sebagai seorang anak yang tidak memiliki orangtua membuaku merasa seperti tidak dibutuhkan di dunia ini dan tidak diharapkan. Sampai mimpi yang kuanggap sebagai bunga...