Rendi Devalshon

21 6 0
                                    

Hai, gue update lagi nih.. Sengaja sihh.. Gue barengin, yha biar kalian nggak nunggu lama lama lah 😊oke langsung baca aja yha...

.
.
.
.
.


"Yess!" Satu kali lagi lemparan nya berhasil memasuki ring. Sebenarnya tadi hanya iseng,tidak ada guru didalam kelas akhirnya ia menuju kelapangan basket untuk mencoba coba, ternyata mahir juga.

"Gitu aja bangga"Teguran itu seketika menghentikan aktivitas Dilla. Siapa lagi yang mengganggu kesenangan nya.

" Cuma Dribble sama lemparin bola aja semua juga bisa."Ucap seorang laki-laki yang berada didepan nya kini. Anak kelas sebelas.Awalnya Dilla kira dia seorang kakak kelas, ternyata bukan, jadi dia tidak usah takut untuk
melawan.

"Iyha emang.Tapi kalau buat gue yang pertama kali nyoba itu namanya wow."

"Iyha deh serah lo. Sini gue ajarin yang lebih wow" Setelah itu dia langsung mengambil bola ditangan Dilla dan menunjukkan aksi aksi keren yang dia bisa.

"Gimana?"

"Bagus, lo anak basket ?"

"Lo kemana aja selama ini, masak nggak kenal gue."

"Lah emang lu siapa, serius gue nggak kenal lo"

"Heh.. Cantik cantik tapi kudet."

"Eh,gue nggak sekudet itu yha! Yha cuma nggak kenal lo aja."

"Kenalin Gue rendi ketua Tim basket sekolah ini."

"Ohh.. Ketua basket ternyata." Dilla hanya mengangguk angguk kan Kepalanya, ternyata orang yang mengganggunya ini seorang ketua tim basket.

"Trus lo ngapain disini segala kan masih jam pelajaran." Tanya Dilla yang mencium bau bau siswa bolos sekarang, pasalnya sebelum ia kelapangan basket tadi ia sempat mengelilinginya lorong kelas 11 dan semua kelas terlihat ada gurunya.

"Lho sendiri ngapain disini? Sendirian lagi."

"Guru gue nggak masuk, jadi bebas lah mau keluar kelas."

"Kalau lo bebas keluar kelas berarti gue juga bebas kan sama-sama kelas sebelas."

"Kan nggak satu kelas"

"Tapi kan satu hati." Ucap Rendi dibarengi dengan smirk yang bisa membuat siapa saja terpana.Rendi pikir lucu mungkin mendekati Dilla, apalagi saat dia tau bahwa Dilla bukan salah satu dari para fans fansnya. Jadi dia tidak akan dipandangi secara fisik saja, melainkan memang dari hati.

"Eh, bisa bisa aja lo" Sekali lagi Dilla tersipu hanya karna rayuan biasa. Dia sedikit kesal kepada perasaannya kenapa mudah sekali untuk dibuat baper.

"Mau kemana" Cegah Rendi saat melihat Dilla mulai berjalan menjauh tak lupa ia menahan tangan Dilla agar dia tak benar benar pergi.

"Ke kelas siapa tau kelas gue ada yang ngisi."

"Gue belum tau nama lo!nggak adil dong,Kan lo udah tau nama gue masak gue nggak tau nama lo."

"Iyha ya.. Nama gue Dilla. Dah kan? Sekarang lepasin tangan gue." Bisa berbahaya bagi jantung Dilla jika ia terus terusan ditatap seperti itu oleh rendi.Apalagi saat melihat smirk nya tadi.

"Oke selamat kembali kekelas kalau gitu, Jangan lupa-" Belum sempat Rendi menyelesaikan ucapan nya Dilla sudah pergi terlebih dulu, dan itu membuatnya lebih gemas lagi.

"Dasar! Udah gede tapi kelakuannya masih kayak bocah. Jadi suka kan gue"

    Setelah Dilla sampai dikelas ia langsung menghampiri Neysa yang masih saja sibuk dengan ponselnya. Ternyata suasana kelas nya sama seperti tadi, riuh ricuh karna tidak ada guru yang mendampingi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALFIANDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang