Kosong

56 2 3
                                    

Malam yang gelap... Sebuah pemandangan yang akan kau sebut sangat indie hanya dengan menyeruput secangkir kopi hitam bersama petikan gitar dan sajak-sajak picisan para editor berkelas.

Yah, itulah yang dapat kulihat malam ini. Dari teras kontrakanku, sunyi terasa mengelus kulit rapuh ini. Berbisiklah nyanyian dari seorang jenius yang telah hijrah,

"Malam ini, ku sendiri. Tak ada yang menemani. Seperti malam-malam, yang sudah-sudah"

Indie sekali, bukan? Lagu itu terus kunyanyikan sepanjang malam, tak peduli tetanggaku gagal kawin karena tertidur menikmati suara merduku, sejak hari terhebat dalam hidupku terjadi. Ya, sejak ibuku meninggal.

Aku tak begitu mengingat apa yang telah ia lakukan padaku hingga diriku sama sekali tak merasa bahwa ia adalah ibuku. Saat ini, yang terpenting adalah diriku telah merasa damai pasca ibuku melakukan tindakan bunuh diri itu.

Ia menembak dirinya sendiri dengan sebuah dessert eagle. Yah, cukup terhormat untuk seorang kriminal yang telah terpojok oleh sekompi pasukan dari badan intelijen negara.

Untuk sesaat, aku merasa sangat bahagia walaupun kenyataan bahwa adikku menaruh kebencian padaku tak terelakkan.

Mereka, para agen pemerintah yang tak kuketahui namanya, membawa adik bangsatku entah kemana. Menelantarkanku di rumah yang telah mereka hancurkan perabotnya. Setidaknya, mulai saat itu aku merasakan kebebasan yang tak pernah kudapat sebelumnya...SAAT ITU.

Satu semester berselang, dan uang yang ditinggalkan ibuku di bawah kasurnya telah menipis. Aku tak keberatan dengan itu, karena masih bisa ngutang dulu.

Namun, rasanya menjadi orang buangan tetaplah seburuk yang orang bicarakan. Tak seorangpun berani mendekat denganku karena diriku dianggap sebagai dalang pembunuhan di malam itu.

Setiap diriku menampakkan diri di teras rumah untuk membuang sampah, tetanggaku akan memelototiku sembari bergumam

"kurang ajar. Ia adalah Benny John yang biasa dipanggil Bejo. Seseorang yang tega membunuh ibu dan memakan daging adiknya sendiri. Bila aku lengah sedikit, mungkin aku akan menjadi targetnya selanjutnya. Lebih baik dia mati saja", dengan celurit berada di tangannya.

Benar, kejadian itu dirahasiakan sehingga entah bagaimana bisa tetangga-tetanggaku tak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan, pihak kepolisian pun menolak laporan dari warga setempat atas tuduhan pembunuhan terhadapku.

Dampaknya tentu saja terlimpah padaku. Persediaan makanan tak kumiliki, dan keluar dari sini mungkin pilihan buruk mengingat para tetanggaku tak akan percaya jika aku tak akan membunuh siapapun. Mereka tak akan segan melempar celurit ke leherku tanpa pengadilan.

Inilah kenyataan yang kuterima setelah berakhirnya siksaan dari ibu dan adikku.

Ya, sepanjang ini diriku hanya bercerita, bercerita, dan bercerita. Karena kupikir diriku telah kehilangan tujuan hidup, dan yah, sepertinya akhirku memang semenyedihkan ini.

Itulah mengapa aku hanya perlu menikmatinya dengan secangkir kopi yang sudah kadaluarsa ini, serta alunan sakit telinga dari lagu ciptaan Ahmad Dhani itu.

Kupikir tak akan ada hal yang lebih buruk lagi akan terjadi...

Hingga sekumpulan perampok datang dan menjarah desa ini. Mereka merampok rumah-rumah sehingga seluruh warga tak berani membuka pintu sedikitpun. Bila suatu saat pintu itu diketuk, itulah pertanda bahwa waktu mereka telah datang.

Aku sendiri tak memperdulikannya. Mungkin saja aku akan mati kelaparan bahkan sebelum mereka sempat menjarah rumahku... Umm, rumah ibuku.

Masa itu telah terjadi selama seminggu, dimana secara tiba-tiba air kran milikku tak lagi mengeluarkan air. Udara terasa semakin panas tiap siangnya, dan sorotan mata tetanggaku semakin tajam setiap diriku membuang plastik sampah di halaman depan.

Bodoamat, trobos aja lah.

Malam ini, aku berencana menerobos para penjarah itu dan menuju Februarimarket di ujung desaku. Tidak, mana mungkin aku melakukan hal keji seperti menjarah. Aku masih bisa ngutang dulu.

Kini, aku mengerti mengapa mereka datang ke desa kami dan merampok rumah-rumah.

Sungguh, paceklik ini memang lebih parah dampaknya dibandingkan di somalia (itu karena rakyat somalia memang sudah lupa bahwa di dunia ini ada air).

Sembari mengantongi masing-masing sebilah cutter dan pisau, diriku menanti malam hari, dimana orang-orang yang mengetahui identitasku telah terlelap dalam ketakutan akan preman-preman malam itu.

Aku tak percaya akan melakukan ini pada akhirnya, namun kelaparan ini telah memaksa seorang Benny John, Bejo, keluar dari rumah setelah sekian lama. Meninggalkan segala kekosongan dalam hidupnya.

Sebelum ketukan di pintu mengernyitkan dahiku, dan progres kisah seperti inilah sesuatu yang bisa kubilang bangsat. Mengapa hal buruk selalu terjadi dan merusak rencana yang telah kubangun?

Itu benar. Sebuah ketukan yang semakin menggentarkan jiwa, seakan melarangku untuk melanjutkan hidup.

Rumahku telah menjadi target selanjutnya.

...To be continued

Jikkai, "Sesuatu yang Mengisi".
Tenno heika, BANZAI

Orewa suponsa wa tekkiyo de, okurishimasu.

Jika anda menghendaki kisah ini berlanjut, maka vote lah kisah diktator ini.

Jika anda tak suka, tidak mengapa. Asalkan jangan report kisah ini, atau mungkin anda share ke teman anda yang ormas.

Negative comment will be forgiven
Selalu mengharap kritikan dan donasi(karena saya miskin)

Ohya, jika anda menyesal membaca ini, maka sukor ke.
Stay clean and sound.

*peringatan bagi yang tidak suka darah-darah di bagian selanjutnya, anda ngapain kesini? Ini genre thriller.. Tolong sadari kejijik an anda.

Sekian, sat

Anonim Tanpa Judul (Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang