Gerbang Hitam

33 0 0
                                    

Suhu dingin ac merembes memerindingkan tungkakku. Ditambah angin malam yang mulai bersiul, tubuh ini bergetar memasuki pintu Februarimarket. Berusaha bersikap setenang dan sedamai mungkin untuk berhasil melewati preman-preman itu tanpa membuat suatu masalah.

Mereka agak terkejut dan melihat kearahku pada awalnya. Namun, mereka tampaknya tak peduli dan kembali fokus menyogok si kasir ataupun mengambil berbagai macam makanan yang tersedia.

Aku juga ingin, kampret.

Sudah 2 hari ini, diriku berpuasa. Tak ada buka, hanya sahur dengan 8 butir nasi, 2 tetes kecap, dan lauk mi (tapi kardusnya).

Mungkin jika aku bertemu dengan pengemis, mereka akan mengejekku dan memamerkan jutaan uang yang mereka dapat hanya dengan meminta.

Sungguh, jika benar-benar ada akhirat maka para pengemis itu akan diseret dengan tubuh mereka yang hanya tulang belulang tanpa sesuwir daging pun. Kemudian, seluruh manusia dari zaman awal hingga akhir akan menonton dan mengolok olok para pengemis itu. (Mutafaqqon 'alaih)

Kala diriku merenung, tampak sang kasir memerhatikanku dari mejanya.
"Hei, kau yang ngutang 3 hari lalu kan? Maniak kopi kadaluarsa? "
"......bukan".
"Ya, kau yang ngutang"
"Bukan"
"Bantu aku keluar dari situasi ini, maka hutangmu lunas"

Ia menawarkan sebuah tawaran yang mempertaruhkan nyawa. Mana mungkin aku menyetujuinya?!

"Setuju"

Aku mulai mencabut pisau dari balik sakuku dan melompat menuju 4 orang preman yang berkumpul di sebelah kiriku.

Berdasarkan sedikit hal yang kupelajari dari ibuku, kutarik tangan salah satu dari mereka dan memotongnya. Oh, ia mengerang kesakitan lalu menangis. Sesedih itukah? Entahlah, dalam hukum rimba, peduli dengan musuhmu hanya akan membuatmu semakin mudah terbunuh.

Ya, seperti dalam film rapunzel yang kutonton.

Aku tak hanya memotong tangan itu. Ibuku selalu memperlihatkan ayunan pisau kebelakang yang indah setelah memotong tangan salah satu konglomerat mangsanya. Anak-anak mereka yang berusaha menangkapnya pun ikut terkena serangan itu.

Itu seperti kau meneruskan ayunan pisau dengan ikut memutarkan tubuhmu kebelakang searah dengan pisau yang kau pegang. Siapapun yang mengelilingimu akan tersayat alur ayunan itu.

Meskipun sayatan itu lumayan dalam, hanya sedikit darah yang mengucur dari ketiga orang lain yang mencoba menangkapku. Itu karena hanya pembuluh vena mereka yang tersayat pisauku. Selain itu, rasa sakit yang dihasilkan tentu lebih besar.

Tunggu, bagaimana bisa aku menguasai semua teori dan gerakan ibu yang kubenci itu? Bukankah sebelumnya diriku adalah lelaki payah bertubuh kurus?

Saat diriku sibuk melamun, semua preman itu tampak menyadari apa yang terjadi dan segera bersiap menyerangku, tak terkecuali pria bertubuh paling kekar yang mengancam si kasir. Sepertinya dia adalah pemimpinnya.

"Kau mencari gara-gara dengan orang yang salah nak"

Huh? Apa ia tak melihat aksiku mencabik 4 personilnya?
"Aku Benny John, Bejo. Gunakan senjata apapun milikmu. Aku tidak akan takut!"

"Begitu kah? Baik, keluarkan barang kalian, kawan-kawanku!"

Seketika, 5 orang yang tersisa mengeluarkan masing-masing sebuah pistol. Aku tak terlalu paham jenisnya, namun ditodong lima pistol bersamaan tidaklah bagus sebagaimana perkiraanku.

"Baiklah aku menyerah! Selamatkan aku sir, kasir!! "

Huh? Kemana kasir itu pergi? Ia menghilang dari stand-nya secara tiba-tiba.

Aku ingin sekali menyigar kepala kasir yang menyeretku lalu meninggalkanku di tengah masalah pelik ini.

Namun, bukanlah waktu yang tepat untuk memikirkannya di kala maut tengah mengancamku. Apa yang harus kulakukan untuk keluar dari sini? Disamping itu, aku perlu mengambil beberapa makanan dan persediaan untul bertahan hidup.

Menghadapi 5 pistol seorang diri tentu mustahil bagiku, terlebih 4 orang yang kujatuhkan tampak telah pulih dari luka mereka.

Itu tidak aneh mengingat efek dari teknik memutar itu merupakan tipe dampak berkepanjangan. Jadi, orang yang venanya terkena sayatan itu baru akan mati seminggu kemudian.

Sedangkan aku, mungkin akan menghadapi izroil setelah ini.

Dengan segala kesadaran akan masa, diriku mulai menundukkan kepala. Berharap dosaku atas kelima orang tadi terampuni.

Sebelum sebuah bola baseball menghantam kepala salah satu penodong dengan keras. Sangat keras, aku bisa mendengar suara retakan di kepalanya. Ia terjatuh dan membiarkan pistolnya lepas sehingga mudah kujangkau.

"Huh, home run"

*****

Seseorang menyebutkan kalimat yang terlihat bangga dan sok sangar.

Anak timur tengah itu, sejak kapan ia di depan pintu yang terbuka tanpa kusadari?
Sekarang, aku melihatnya seperti pemuda palestina yang nekat melawan tank israel.

Aku berharap dia mengcosplay yang lebih elit seperti isis atau iran. Tetapi tampaknya harapanku tidak terkabul.

Cukup untuk terkejut dengan kedatangannya, sepertinya para preman yang menodongku juga terkejut melihat serangan yang melumpuhkan satu anggotanya.

Aku harus memanfaatkan situasi ini.

Kuraih tangan seorang penodong di depanku, lalu kupuntir tangannya sehingga pistol burik yang ia pegang dapat kuambil dengan mudah. Poin plusnya, pergelangannya patah tanpa sengaja.

Perkembangan mengejutkan inilah yang dapat memberi shock therapy kepada mereka yang awalnya terlihat menang, seperti keputus asaanku sebelum bocah palestin itu datang. Saat ini mereka seolah tak mengerti apa yang terjadi.

So, kutodong saja kepala pria disebelah kananku. Namun, secara naluri diriku membelokkannya sedikit sehingga peluru itu mengenai kepala ketua mereka. Dua prajurit tewas, dan 5 lainnya mengerang kesakitan.

Tersisa empat, yang tampaknya tidak terlalu sulit bagiku mengingat tubuh mereka tak sebesar sang ketua yang barusan kutembak. Namun...

"Dia adalah Benny John! Putra sulung dari Marrie Connor Elijah(Markonah) yang diburu pemerintah! Yang mendapatkan kepalanya konon dihadiahi jutaan rupiah! (Kalo berapa lapis, ratusan) "

"Awas, BEJOOO!!!"

*SFX. DEDEDEDEDET... CROOOT

Sialan, kasir itu... Dia... Mengkhianatiku... Dada kiriku... Jancok!!!

"Tidak bejo, kau mati di tangan ak-47", ucap bocah palestin sialan.

Jadi, beginikah akhirku? Tertembak peluru kaliber asal russia? Kuharap rasa tembakannya sama seperti rasa vodka. Namun yang kurasakan hanyalah panas yang semakin menjadi-jadi di dada.

Tunggu...

Semua berubah menjadi merah, ini tidak seperti #peradabanposting, ini benar-benar merah pekat... Merah yang memaksaku... Untuk... Hilang...

...to be continued

Jikkai, Peralihan Duniaku
Ore wa suponsa wa tekkiyo de, okurishimasu..

Terimakasih sudah mau membaca, dengan full respect kami ucapkan...

XUE HUANG PIAO PIAO BEI FENG XIAO XIAO

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anonim Tanpa Judul (Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang