Sampailah Ara di taman komplek rumahnya. Pemandangan para manusia menyeruak ke indra penglihatannya. Hingga matanya mengarahkan pada keluarga kecil yang terlihat bahagia dengan sang ayah yang menggendong putrinya sambil memutar-mutarkan dan ibu yang siaga untuk memberikan air minum pada kedua orang terkasihnya.
Ia ingin merasakannya walau hanya sedetik saja. Sejak kecil tak pernah ia merasakan yang namanya bermain bersama keluarga. Tunggu, Ia pernah merasakannya sebelum semua itu terjadi.
“aku rindu Bunda dan ayah, walaupun kami satu rumah aku tak pernah merasa dekat dengan mereka” gumam nya, terlihat air mata yang sedikit demi sedikit menurun lewat pipinya. Buru- buru ia menghapus bulir-bulir bening itu dan melanjutkan larinya.
Saat sedang berlari ia melihat segerombolan anak laki-laki. Ia hanya menatapnya sekilas dan kembali berlari melewati segerombolan pemuda itu dengan kepala yang menunduk.
“ehh apa kalian merasakan gempa?” Teriak salah satu laki-laki dengan gaya angkuhnya
“iyanih, kayaknya ada gajah lewat deh “ jawab pemuda yang ada disamping laki-laki itu
“hahahaha” disambut gelar tawa teman-temannya.
Ara kenal dengan mereka, mereka adalah teman sekolahnya namun ia tidak terlalu dekat dengan mereka karena kalian tahu sendiri lah, ara berbadan gemuk walaupun ia tinggi dan putih. Terkadang bentuk badannya yang membuat ia kurang percaya diri. Dan segerombolan pemuda itu selalu memanfaatkan kepintaran ara. Saat di sekolah mereka selalu mencontek Ara, namun ara tak pernah mau dan teman-teman Ara pasti akan membelanya.
Ara yang diejek pun hanya diam dan kembali melanjutkan jogging nya. Ia sudah terbiasa dengan ejekan mereka hingga ia tak mau ambil pusing.
Setelah ia sampai di rumah Ia mendengar suara gaduh dari dalam rumahnya. Ia tau jika itu adalah suara kedua orang tuanya yang berkelahi.
Kemudian ia masuk ke dalam rumahnya dengan menutup kedua telinganya dan berlalu menuju kamarnya.
Ia membuka pintu dan menutupnya kembali dengan keras sehingga terdengar nyaring sampai ke bawah. Namun, kedua orang tuanya tidak juga berhenti ribut.Ara melorotkan tubuhnya di depan pintu hingga ia terduduk. Dia menangis dengan kepala yang tertunduk di antara kedua kaki yang ia tekuk.
“ aku benci semua ini Tuhan. Kapan semua akan berakhir dan aku akan bahagia tanpa harus berpura-pura.” Teriaknya.
Dia lalu mengambil benda tajam yang ada di dalam lacinya. Ia menemukan carter dan menggoreskannya ke lengan sendiri.
Darah segar mengalir di bagian lengannya namun tak menghentikan kegiatan Ara yang sedang menarik-narik rambutnya.“aku telah biasa merasakan rasa sakit ini, semua telah menjadi temanku. Tapi apakah aku tak boleh merasakan senang atau memang aku tak mempunyai kesempatan untuk merasakannya.!”
Beginilah sosok Ara yang sebenarnya. Ini sosoknya saat ia sedang sendiri. Hampa. Padahal ia adalah sosok yang digambarkan sangat ceria saat bersama orang lain. Tak pernah ia menangis di depan teman-temannya ataupun keluarganya. Menurutnya semua itu adalah hal yang bisa membuatnya down seketika.
Diam adalah sahabatnya dan sakit adalah temannya.
💜*____*💜
Assalamualaikum guys..😚
Jangan lupa tinggalkan jejak ya 😊
With love: @chlrisss.b❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Life me
Romancetentang seorang gadis yang bertahan hidup dengan ujian yang menguji adrenalin. lelah. itu yang ia rasakan. "kapan semua akan berakhir" slalu menjadi pertanyaan di dalam benaknya. hingga *dia* datang dan merubah segalanya!? Hy! Langsung baca ajh...