Prolog

567 281 37
                                    

Pagi itu cuaca terang benderang, terlihat Sinta sedang berjoging mengelilingi taman. Suasana yang damai terdengar kicauan burung di pagi hari. Anak-anak yang yang sedang berlarian dengan riang didampingi orang tuanya semakin menambah suasana pagi. Tidak beberapa lama ia memutuskan untuk beristirahat sejenak di bangku taman di bawah pohon rindang. Ia meminum sebotol air minum yang dibawanya. Setelah beristirahat ia memutuskan untuk pulang. Ketika menuju perjalanan pulang ia melihat seseorang yang terlihat sangat aneh pada tingkahnya.

"Halo mas, saya lihat mas seperti sedang mencari sesuatu? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Sinta menawarkan bantuan.  Orang tersebut tidak merespon, terlihat gerak-gerik yang menandakan bagaimana caranya ia merespon. Ia memberikan sebuah kata dengan bahasa isyarat. Sinta terlihat bingung dengan yang dikatakan orang tersebut.

"Maaf mas, mas nya bisu kah?" Jika orang tersebut bisu bagaimana caranya untuk berkomunikasi? Ia melihat sekitar tidak ada yang peduli dengan orang tersebut.
Orang tersebut terdiam, ia tidak tahu bagaimana caranya berkomunikasi. Setelah beberapa menit, orang tersebut berlari meninggalkan Sinta. Sinta sontak terkejut melihat orang tersebut yang meninggalkan dirinya. Sinta tidak mengejar, jikalau mengejar bagaimana caranya komunikasi?

Sesampainya di rumah, Sinta langsung membersihkan dirinya dari keringat yang menempel pada badannya. Selesai mandi Sinta mengecek handphone nya yang terletak di atas meja belajar. Terlihat sebuah pesan dari Bu Zuleha.

"Sinta, esok ada pengumuman mengenai hasil PTS kelasmu. Mohon diumumkan kepada teman sekelas ya,"

"Siap Bu, segera saya umumkan." Balas Sinta

Paginya Sinta segera bergegas menuju sekolah dengan tergesa-gesa. Sesampainya ia segera ke ruang guru untuk mengambil kertas yang telah dinilai.

"Pengumuman guys! Kalian penasaran ga sama hasil PTS kalian?" Tanya Sinta kepada teman sekelasnya yang terlihat heboh sendiri.

"Penasaran lah gila, gue sampai ga bisa tidur. Ada yang sama ga kayak gue?" Cetus Raka kepada teman-temannya.

Teman-temannya yang mendengar kembali heboh meminta Sinta agar segera mengumumkan nilai PTS tersebut. Sinta yang melihat temannya penasaran segera mengumumkan hasil PTS yang telah diberikan oleh Bu Zuleha.

"Shit, nilai gue selalu bagus."

"Berapa Lo?"

"Penasaran amat Lo, nilai Lo pasti empat juta kan?"

"Yeee, sotoy Lo. Berapa nilai Lo cepet,"

"Tiga lima juta gue mah."

Sinta tertawa kecil mendengar candaan dari salah satu temannya. Pandangannya beralih pada Azkha yang terlihat lesu lemas. Sinta segera mendekati bangku Azkha.

"Lesu amat Lo, sakit?" Tanya Sinta sambil menepuk pundak Azkha.

"Iya nih Sin, nilai gue jelek,"

"Berapa?"

"Sembilan enam."

Sinta yang mendengar perkataan Azkha sontak terkejut. Sembilan enam dibilang jelek? Dirinya yang delapan puluh saja senang nya minta ampun, tetapi Azkha?

"Semuanya harap tenang!" Terdengar suara Bu Zuleha kepada anak didiknya dengan tegas meminta.

"Kita kedatangan teman baru. Silakan memperkenalkan diri." Terlihat seorang pelajar laki-laki seumuran berdiri di samping Bu Zuleha.

Sunyi, kelas terasa sepi. Tidak ada respon dari teman baru tersebut. Sinta seperti mengenal orang yang berdiri di depan. Beberapa menit Sinta berpikir, ia terkejut kalau orang tersebut merupakan ia temukan kemarin.

"Kok ga respon Bu, ga punya mulut kali ya." Bu Zuleha langsung terkejut mendengar suara dari anak didiknya.

"Siapa yang bicara seperti itu? Segera angkat tangan!" Tanya Bu Zuleha dengan mata yang melotot lebar.

Semua menunjuk ke arah Kiki. Anak didik Bu Zuleha yang sering buat masalah dikelas. Hobi merokok dan bolos. Bu Zuleha segera menghampiri bangku Kiki.

"Kamu pergi ke ruang guru dan temui Bu Ratna sekarang!"

"Yaelah Bu, lagian kalau dia punya mulut kenapa diam saja? Bantah Kiki.

"Asal kamu tahu ya Ki, teman barumu merupakan orang yang bisu dan mempunyai mulut."

"Oh bisu? Pantas diam saja." Kiki langsung berdiri dan menuju ke ruang guru.

"Semuanya, perkenalkan teman baru kalian bernama Raden Agus Surdjono, sebelumnya ia bersekolah di SMA swasta dan merupakan seorang yang bisu. Ibu berharap kalian bisa berteman baik." Sekilas kelas kembali heboh. Seluruh siswa membincangkan si Agus si anak bisu itu.

Sinta yang mendengar pernyataan Bu Zuleha mulai mengerti. Ternyata memang benar kalau ia bisu, Sinta berharap dapat berbicara kepadanya.

"Kamu duduk di sampingku saja, kebetulan sebelahku kosong." Ujar Sinta

Agus segera menduduki bangku kosong tersebut, ia terlihat pucat karena panik dan takut. Sinta segera memperkenalkan dirinya.

"Haiii Agus, aku Sinta. S I N T A," Ucap Sinta kepada Agus melalui kertas.

"Aku Agus, salam kenal." Balasannya di kertas yang sama.

Sinta terlihat senang. Baru kali ini ia dapat bertemu dengan orang yang bisu. Dalam hidupnya ia hanya sering menemui orang yang banyak bicara.

Cinta Dalam BisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang