Azkha

17 1 1
                                    

    Setelah mengetahui kalau korban tabrakan tersebut merupakan Azkha, tubuh Sinta seketika lemas melihat Azkha terbaring tidak menyadarkan diri di atas ranjang rumah sakit. Sedari kecil Sinta dengan Azkha selalu satu sekolah, mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas. Dirinya tahu kalau Azkha memang suka dengan motor, cita-citanya adalah menjadi pembalap motor yang profesional namun, dilarang keras oleh papanya yang merupakan mantan pembalap ketika masih kuliah.
   Petugas menyuruh Sinta untuk istirahat di bangku tempat tunggu, dirinya masih syok tidak menduga. Beberapa jam kemudian seorang dokter datang menemui Sinta.

"Selamat siang, apakah adik merupakan keluarga atau teman dari pasien?"

"Iya dok, saya temannya. Bagaimana keadaan teman saya?" Tanya Sinta.

"Keadaan pasien saat ini belum sadar, perlu banyak perawatan di kepalanya," jelas dokter.

"Kira-kira sembuhnya kapan ya dok?" Sinta bertanya lagi.

"Sembuh atau tidaknya saya tidak dapat memastikan, adik berdoa agar teman adik cepat sembuh."

"Aamiin dok, terima kasih banyak atas konfirmasinya." Sinta membungkukkan badannya menandakan terima kasih.

Terlihat nama Wisnu Wiranto pada ID card dokter tersebut. Sinta segera melanjutkan istirahat nya di atas bangku tunggu. Hari mulai malam, pak Rama memutuskan untuk beristirahat di rumah dan mengabarkan teman sekelas lainnya mengenai Azkha. Ibu Azkha datang ke rumah sakit melihat kondisi Azkha. Marwah Sulistyowati, merupakan nama ibunya yang bekerja sebagai seorang PNS. Bu Marwah menemui Sinta menanyakan kenapa ia menunggu Azkha.

"Lho, Sinta. Kamu dari tadi disini?"

"Iya tante, tadi ada pak Rama juga menunggu tapi sudah balik," jelas Sinta ke pada Bu Marwah.

"Kamu itu masih belum berubah ya, masih setia sama Azkha. Nanti tante jodohkan kamu dengan Azkha." Bu Marwah tertawa.

Sinta yang mendengar perkataan Bu Marwah hanya membalas tawa kecil. Terdengar dering telepon seluler dari Sinta yang bernamakan Agus, ternyata pak Rama memberikan informasi ini ke Agus. Sinta meminta izin kepada Bu Marwah untuk mengangkat telepon tersebut.

"Halo Gus, kenapa telepon?"

"Azkha kecelakaan?" Tanya Agus dalam bentuk video call.

"Iya Gus. Kamu kapan kesini? Biar aku ada teman disini, siapa tau jadi teman hidup," ejek Sinta tertawa kecil.

"Besok, besok aku ke sana sekalian bawa jaket buat kamu."

"E—, ga usah Gus aku cuma bercanda, hahaha. Lagi pula besok aku pulang kok,"

Tak ada balasan, Sinta mengira kalau candaannya keterlaluan buat Agus hingga Agus tidak merespon.

"Kalau kamu butuh teman hidup, aku mau kok," jawab Agus tiba-tiba.

Sinta sontak terkejut, tanpa disadari mukanya mulai memerah. Sejak kapan ada orang yang menanggapi candaannya? Hanya Agus yang ia temui.

"Ih, Agus. Aku bercanda tau. B E R C A N D A,"

"Iya, iya. Jangan marah dong, aku juga bercanda." Balas Agus dengan tertawa.

Sinta langsung mematikan telepon tersebut lalu kembali ke bangku tunggu. Terlihat Bu Marwah duduk memandang handphone miliknya, kelihatannya sedang memberi kabar kepada suaminya.

"Muka kamu kenapa merah Sin?" Tanya Bu Marwah ketika Sinta sudah duduk disampingnya.

"Tidak tante, tadi abis ngobrol sama teman di telepon, hehehe,"

"Sampai muka mu merah? Kelihatannya seperti habis di gombal. Kayaknya anak tante ada saingan baru nih."

"Ih, engga tante, cuma teman bercanda kok."

"Iya-iya, yasudah."

Sinta sudah menganggap Bu Marwah seperti ibunya sendiri, bisa di ajak bercanda juga mengobrol. Bu Marwah merupakan teman sekampung ayahnya yang selalu menemaninya baik sedang sedih maupun senang. Walau begitu, ayah Sinta lebih memilih Dela sebagai istrinya.

                                ---------

"Sinta-Sinta, kamu tau bentuk cinta enggak?" Tanya Azkha kepada Sinta yang sedang duduk di bangku ayunan.

"Enggak," jawab Sinta.

"Kok enggak tau? Cinta itu bentuknya kayak hati," balas Azkha dengan polos

"Cinta itu banyak kok bentuknya, tapi enggak semua bisa bersatu," Jawab Sinta dengan tersenyum.

"Kok bisa enggak bersatu? Kan udah ada cinta?" Tanya Azkha.

"Iya, enggak semua cinta bisa bersatu. Buktinya masih ada kekerasan dalam rumah tangga kan? Artinya enggak ada cinta." Jawab Sinta kedua kalinya.

Terlintas ingatan kata-katanya pada saat Sinta masih kecil bersama dengan Azkha. Sinta yang mengingat saat-saat di taman membuatnya malu sendiri dengan kata-katanya. Kenapa dirinya sok-sokan tahu mengenai cinta?



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Dalam BisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang