Awal Mula

68 9 0
                                    

Alesha Yasmin Salsabila sedang duduk termenung di kamarnya. Ya, gadis yang akrab dipanggil Caca itu enggan bangkit dari sofa empuk nan indah yang berada di dalam kamarnya. Layaknya sang anak kepada induknya yang tak rela ditinggalkan pergi untuk sekedar mencari makanan.

Caca adalah seorang putri dari seorang direktur sukses. Ya, ayah Caca adalah seorang direktur dari perusahaan terbesar yang ada di Bandung. Ayah Caca juga mempunyai puluhan cabang perusahaan di berbagai daerah di Indonesia. Caca juga merupakan anak tunggal. Itulah yang membuat Caca merupakan anak kesayangan kedua orang tuanya. Apapun yang Caca minta pasti akan dituruti. Meskipun begitu, Caca tidak pernah sombong kepada orang lain. Tak jarang ketika sepulang sekolah, ia selalu menyempatkan untuk membeli beberapa sembako di supermarket sekolahnya yang kemudian akan ia sedekahkan kepada tukang becak yang biasanya mangkal di samping sekolahnya. Caca juga mempunyai paras yang sempurna bak artis Korea, hidung mancung, bibir merah, rambut hitam panjang nan lebat, serta body yang rupawan yang selalu memikat kaum pria. Tak heran jika banyak pria yang mengidamkannya.

Caca yang periang nan murah senyum itu kini sedang murung. Bukan tanpa alasan kenapa ia murung, itu semua dikarenakan orang tuanya akan mengajak Caca untuk pindah rumah ke Yogyakarta. Orang tua Caca akan mengurus beberapa proyek perusahaan di kota istimewa tersebut selama beberapa tahun kedepan. Bukannya Caca tidak mau menuruti permintaan kedua orang tuanya, tetapi Caca tidak rela jika harus berpisah dengan teman-temannya. Sudah banyak suka duka yang Caca alami selama ini bersama mereka.  Mereka lah yang menemani Caca dari kecil hingga sudah remaja seperti ini. Tetapi Caca tidak punya pilihan lain selain menerima keputusan tersebut. Caca akhirnya menerima keputusan tersebut tak lain dan tak bukan adalah sebagai 'balas budi' kepada kedua orang tuanya. Bukankah selama ini apapun yang Caca minta pasti dituruti oleh orangtuanya? Maka dari itu, Caca menerima tawaran tersebut dan tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya.

•••

“Ca, ayo bangun nak. Ini sudah pagi. Ayo segera bergegas dan jangan sampai terlambat ke bandara atau nanti kita bisa ketinggalan pesawat.” ujar Keysha, mama Caca.

“Hoamm. Iya mah, ini Caca bangun.” sahut Caca sambil menguap dan menahan rasa kantuknya.

Setelah Keysha pergi meninggalkan kamar, Caca bergegas untuk untuk sholat subuh dan kemudian mandi pagi.
Setelah selesai dari kegiatan mandi paginya itu, Caca mengemasi barang-barang yang akan dibawanya nanti.

Brukkk

Terdengar bunyi sesuatu yang jatuh dari barang-barang yang sedari tadi ia pegang. Kemudian Caca melihatnya dan menemukan sebuah pigura yang di dalamnya berisi foto dirinya dengan teman kecilnya, Revan Anggara Putra. Ya, Revan adalah teman masa kecil Caca. Mereka sudah saling kenal semenjak mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Mereka sangat akrab hingga memutuskan untuk bersekolah juga di smp yang sama. Sebenarnya Revan adalah kakak kelasnya. Tapi Caca tetaplah Caca yang menganggap Revan adalah tetap sebagai teman kecilnya. Entah apa yang terjadi dengan mereka hingga saat ini mereka terpisah. Perpisahan mereka diawali dengan kelulusan Revan dari smp. Sejak saat itulah mereka tidak lagi berkomunikasi dan lost contact. Revan juga tak pernah mengabari Caca dimana ia berada dan dimana ia bersekolah sekarang. Sejujurnya Caca sangat rindu pada Revan. Caca sangat ingin bermain dengan Revan seperti dulu, Caca ingin melihat Revan tertawa karena tingkah recehnya, Caca ingin merasakan perhatian Revan dikala ia sedang sedih. Ah, Caca sudah tidak sanggup lagi mengingat semua kenangan ia bersama Revan. Caca juga berharap suatu saat nanti ia akan bertemu dengan Revan.

•••

Caca bernafas lega ketika ia telah sampai di Yogyakarta. Malam pun seakan menyambut Caca dengan senang hati ditemani oleh gemerlapnya bintang di langit. Sepulangnya dari bandara, Caca langsung menuju hotel dan beristirahat setelah menempuh perjalanan selama berjam jam menaiki pesawat. Selama di perjalanan menaiki mobil perusahaan papanya, Caca terus berdecak kagum akan keindahan kota ini.

Yogyakarta adalah kota yang sangat terkenal akan keramahan masyarakatnya, kota dengan beragam variasi gudeg yang sangat menggugah selera, kota dengan ragam budayanya yang legendaris, dan kota dengan dengan keindahan alam yang luar biasa. Hingga Caca pun tidak sadar kalau ia sudah sampai di rumahnya. Ya, Caca memiliki dua rumah, satu rumah utama di Bandung, dan satu rumah lagi di Yogyakarta.
Rumah itu dibangun karena untuk kebutuhan keluarganya yang memiliki bisnis utama di dua kota tersebut, sehingga jika mereka sedang mengunjungi salah satu kota untuk bisnis maka mereka tidak perlu lagi menyewa hotel.

“Sayang, ayo keluar dari mobil, kita sudah sampai rumah loh.” kata Dani, ayah Caca dengan lembut.

Beberapa detik kemudian Caca tersadar dari lamunannya selama perjalanan tentang keindahan kota Yogyakarta yang terus menerus mengisi kepalanya.

“Loh, ini rumah kita pah?” tanya Caca setelah sadar dari lamunannya dan kemudian tercengang kaget melihat rumah yang amat besar tersebut.

“Iya sayang, ini rumah keluarga kita.” ucap Dani.

“Lah sejak kapan kita punya rumah di Jogja pah? Kan rumah kita cuma di Bandung pah.” ujar Caca sambil merasa heran.

“Sebenarnya rumah kita ada 2 nak, satu di Bandung, satu lagi disini. Rumah ini papah bangun karena papa punya perusahaan di kota ini nak. Maka dari itu papa memutuskan untuk membangun rumah ini agar kalau papa ada perlu untuk mengunjungi kota ini, papa tidak perlu lagi menyewa hotel nak.” jelas Dani dengan sabar kepada anak kesayangannya itu.

“Oalah begitu pah. Iya iya sebentar ya pah, ini Caca ambil barang dulu di jok belakang.” kata Caca sambil bergegas mengambil barangnya.

“Tidak usah sayang, biar nanti mang Ujang saja yang akan mengemasi barang-barang kamu.” kata ayah Caca.

“Gapapa pah, lagian barang Caca juga cuma sedikit kok, ngga usah diambilin mang Ujang juga Caca bisa sendiri, mang Ujang kan capek pah abis nyetirin mobil dari bandara.” ujar Caca sambil mengemasi barang-barangnya.

Dani pun hanya bisa mengiyakan permintaan anak kesayangannya itu. Dani sangat bangga akan sikap Caca yang tidak mau merepotkan orang lain. Dan hal ini lah yang membuatnya menjadi anak yang sangat sangat disayangi oleh orang tuanya, bahkan keluarga besarnya. Sikap Caca yang begitu baik menjadikan ia teladan di sekolahnya hingga kelulusan smp kemarin ia merupakan juara siswa paling teladan seantero sekolahnya. Selain baik dan cantik, Caca juga merupakan anak yang pintar dan rajin. Caca sangat giat belajar dan selalu menjadi juara kelas. Hal inilah yang membuat ia sangat disukai oleh teman-temannya. Tak jarang juga banyak yang iri dengan kemampuan yang dimiliki oleh Caca.  Caca hanya diam dan tidak pernah membalas para haters nya. Menurutnya haters adalah satu hal yang harus ia syukuri karena tanpa haters ia tidak akan pernah merasa tertantang untuk menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

“Hayu pah kita meluncur masuk kedalam rumah.” kata Caca sambil menggunakan kata-kata gaul yang sangat populer di anak muda sekarang.

"Hayu meluncur.” ucap Dani seraya menahan tawa sambil mengikuti gaya bicara anaknya itu.

•••

“Nak, kamu tinggal pilih saja mau kamar yang mana. Kamar dirumah ini ada 6, 3 kamar di lantai satu dan 3 kamar di lantai dua.” ucap Keysha kepada Caca.

“Emm.. Caca pilih kamar yang dilantai satu aja deh ma, Caca takut kalo di kamar atas kan ngga ada orang selain Caca.” ucap Caca sambil membayangkan kehororan yang ia katakan ada di lantai dua tersebut.

“Aduh anak mama udah gede masih aja penakut. Yaudah kalau begitu, kamar mama sama papa dilantai satu juga biar kamu ngga sendirian ya sayang.” kata Keysha sambil memeluk Caca.

“Oke maamm, sayang mama deh pokoknya.” ucap Caca sambil membalas pelukan mamanya tersebut.

•••

TO BE CONTINUED

gimana ceritanya pertamakuu? penasaran nggaa sama kelanjutan kisah merekaa?
jangan lupa masukin cerita ini ke library dan reading list kalian yaa❤️

i hope you guys enjoy it and don't forget to votmen🤗❤️

mell-

VancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang