2

77 13 1
                                    

5 tahun berlalu

Waktu yang mungkin sangat lama untuk orang orang lain. Namun lain halnya dengan Luhan yang memilih selalu terjun kedalam dunia kerjanya tanpa henti. Bahkan membuatnya lupa diri hingga tubuhnya tidak bisa menopang tubuhnya lagi. Dan harus di rawat di Rumah sakit. Dan untuk kesekian kalinya Luhan memasuki rumah sakit akibat kelelahan Anemia dan influenza menyerang tubuhnya tanpa membabi-buta. Kini ia harus terbaring di atas tempat tidur dengan selang infus di pergelangan tangannya.

" Sudah puas bekerjanya " ujar seseorang memasuki ruang rawatnya dengan wajah penuh kesalnya sedangkan Luhan hanya tersenyum maklum dan menepuk sisi ranjangnya.

Sosok itu mendekati Luhan dan mendudukkan dirinya di samping Luhan sembari mengusap lengan Luhan yang tampak kurus dari hari ke hari.

" Berhentilah membuatku khawatir " ujarnya dengan wajah kesal namun khawatir di sana juga.

" Maafkan aku Kris, aku lupa, sungguh " ujar Luhan dengan senyum kecilnya.

" Haruskah aku mengurungku saja di dalam kamar dan tidak keluar sampai kau gemuk seperti Shindong " ujar Kris sosok pria tampan dan tinggi itu pada Luhan yang tersenyum kecil.

" Tidak akan aku lakukan lagi, "

" Kau selalu mengatakan hal seperti itu Luhan, dan yang terjadi kau lupa dan harus di larikan ke rumah sakit lagi" Luhan tidak bisa menjawab lagi. Ia kini hanya bisa diam dan merenggut kecil sebelum memainkan jemari Kris dengan satu tangannya.

" Aku bisa menghendle pekerjaan mu, kau bisa meminta bantuan dariku Luhan. Jangan siksa tubuhmu seperti ini "

" Baiklah, maafkan aku, aku salah,hm, maaf ya " ujar Luhan manja. Sedangkan Kris hanya dapat mengembuskan napasnya gusar.

" Aku khawatir luhan., Serius Lah merawat dirimu, jangan sakit lagi "

" Baik kapten, "

" Kalau begitu, bisakah kamu menghadiri rapat hari ini dengan atas namaku Kris, aku sakit"

" Tentu saja sayang. Maaf tadi aku meninggikan suaraku ,aku tadi sangat kesal padamu, kau selalu sulit mendengarkan aku " ujar Kris mengkecup bibir Luhan sebelum mengkecup kening Luhan dengan hangat.

" Aku tau, maafkan aku " ujar Luhan tersenyum menyejukkan setiap pasang mata memandangnya.

.
.
.

Kris melakukan tugasnya dengan sangat baik saat rapat dengan para direktur yang bekerja sama dengan perusahaan Luhan dan tidak sekali dua kali ia melakukan tugas yang mungkin saja menjadi membuat perusahaan Luhan lebih baik darinya.

" Terimakasih tuan Kris sudah membuat sukses rapat hari ini " ujar sekretaris Luhan kepada Kris yang hanya tersenyum maklum.

" Sebagai kekasihnya, aku tidak mungkin membiarkannya kesusahan kelak dan berakhir di rumah sakit" ungkap Kris kembali berlalu pergi setelah para dewan berlalu pergi lebih awal.

Baru saja keluar dari gedung perusahaan Luhan, sosok pria tinggi dengan wajah dingin memasuki perusahaan dan mendekati resepsionis perusahaan yang berjaga di depan. Beberapa percakapan membuat alisnya mengkerutkan tajam dan perlahan melangkahkan kakinya menuju pria tinggi itu.

" hai, maaf menguping pembicaraan kalian, untuk apa mencari tuan xi?" Ujar kris dengan nada bingungnya, Wanita yang bekerja sebagai resepsionis segera membungkukkan badannya sedangkan pria tinggi itu menatap Kris dengan tatapan aneh nya.

" Maaf sebelumnya, perkenalkan nama saya Kris, kekasih tuan xi " ujarnya dengan tenang, mengulurkan tangannya menunggu pria itu menjabat tangannya.

" Kim jongin, sekretaris nona Bae irene, hendak memberikan surat undangan pernikahan mereka kepada tuan xi " Kris menerima jabatan tangan mereka dan menguatkan sama lain sebelum Kris melepaskannya lebih awal.

Jingga Di Langit Biru (Hunhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang