Hari ini aku makan,
memakan dimakan pikiran yang lelah melihat ke atas,
menyebalkan menjadi bagian dari orang - orang yang menyerah akan mimpinya,
tentang kejutan yang menjadi memuakkan karena tertimpa beban akan zaman
Kutukan menghampiri, gelisah pada setiap tarikan nafas
hidup menjadi suram, seperti palung terdalam bernama mariana
ah menyedihkan menjadi seorang pemimpi, layaknya lautan yang selalu disapu oleh ombak.
Berkarat karena diam,
walau diam belum tentu salah,
diantara benar aku menjadi tidak percaya,
bahwa kepercayaan seringkali hanya membabi buta
Sukma membara menjadi lautan pemberontakan
berkecamuk seperti kuda pacuan di lapang terbuka
berlari kencang menerjang arah
Benarkah kebenaran adalah hasil kesepakatan gelap ?
lalu aku?
bersemayam basi dalam malam,
dikhianati angin yang kunikmati,
lalu bersenda gurau dengan umur perkara asap yang kucintai
Nestapa, pantas saja dermaga selalu menghilang
daratan tak pernah merestui, sebab kemudi ku justru dikalahkan angin durjana itu!
Gelap menjadi pengiring perjalanan. tanpamu. Ya tanpamu lajuku bertahan diantara pusaran antartika
Mati dalam dingin, Disengat hipotermia lalu tenggelam bersama samarnya bayanganmu.
Ah, mari bermalam disini,
aku kacau, kau rancau,
kau bisu, akupun ragu,
lalu termangu melihat langit malam yang ternyata sudah berwarna biru.
YOU ARE READING
Olah Rasa
PoëzieCinta, sebuah diksi penuh kebijaksanaan. Cinta, ia adalah awal dari kehidupan, ialah sebab terjadinya manusia. Cinta, sebuah pesan tentang keharmonisan, Adam dan Hawa pelaku utamanya. Cinta, dialah keagungan yang diberikan Tuhan terhadap semesta.