Eudaimonia

35 2 0
                                    

Kebahagiaan itu sebenarnya subjektif, karena belum tentu kebahagiaanmu adalah kebahagiaan orang lain. Bisa jadi orang lain menganggap kebahagiaanmu adalah malapetaka. Lalu, apakah tidak ada kebahagiaan sejati di dunia ini? Ada, tepatnya di Kota Eudaimonia.

Eudaimonia, kota kecil di sebelah utara, negara Archeilea, benua Astrakhan. Kota ini mempunyai pandangan hidup bahwa kebahagiaan adalah tujuan dari segala tindak-tanduk manusia. Seluruh penduduk kota tidak ada yang berbuat jahat karena mereka percaya jika mereka melakukan kejahatan sekecil apapun, akan membuat Dewi Euphrosyne, sang dewi kebahagiaan, murka.

Setiap tahun di hari kedelapan musim semi, warga Kota Eudaimonia akan membuat perayaan Eutycheial. Namanya diambil dari nama lain sang dewi dan festival. Penduduk kota akan sibuk menyiapkan bunga peony-sim bol kebahagiaan- membersihkan sisa salju di jalanan dan atap rumah serta menghias anak-anak yang diberkahi oleh Dewa/Dewi Yunani. Dan anak-anak yang diberkahi di kota kecil ini ada tiga dan mereka berteman.

***

" Hoamm... Aku ngantuk. Kenapa setiap Eutycheial kita harus bangun sebelum matahari terbit dan pergi ke kuil sih? " Ujar seorang anak laki-laki berambut cokelat.

" Hei, Neil! Kau jangan coba-coba tidur ya. Sudah seharusnya kita membalas kebaikan penduduk kota ini dengan mendoakan mereka supaya mereka juga mendapat berkah baik dari dewa-dewi kita. Benar kan, Esteve? " Seorang anak perempuan menyela.

" Seumur hidupku, aku baru setuju dengan perkataan Neil sebanyak empat kali. Kurasa sekarang merupakan kelima kalinya aku setuju dengannya. " Esteve menjawab sambil terkekeh.

" Huh! " Anak perempuan itu kesal dan menjewer telinga kedua temannya.

" Aduhh!! "

" Sa..Sakit Lilia! "

Lilia melepaskan kedua tangannya dari telinga teman-temannya. Ia melipat kedua tangannya dan memasang muka kesal.

" Maaf Lilia, kami hanya bercanda. Kami tidak akan membuatmu kesal lagi. " Esteve berusaha meminta maaf.

" Iya, Lilia. Maafkan kami, tapi memang benar kok kalau aku mengantuk dan bosan sekali.." Kata Neil yang seakan-akan berusaha membangkitkan amarah Lilia sekali lagi.

Lilia kemudian bangkit berdiri di depan Neil. Mukanya sangat menyeramkan bahkan Neil bisa merasakan aura kematian. Neil mendongak dan menelan ludah.

Glek!

" Ha.. Hahaha... Aku hanya bercanda, Lil-" Perkataan Neil belum selesai karena kedua pipinya dicubit oleh Lilia.

" Apa katamu, Neil? Bercanda ya? " Lilia mencubit pipi Neil dengan kencang sampai Neil meringis.

Setelah puas menyiksa kedua pipi Neil sampai bengkak, Lilia menengok Esteve.

" Apakah kau juga masih mengantuk dan bosan ? " Tanya Lilia dengan senyum mengerikan.

" Ti... Tidakk! Aku tidak mengantuk dan bosan. " Jawab Esteve dengan cepat.

***

Hari menjelang siang, Neil dan kawan-kawan sudah selesai berdoa dan mereka memutuskan untuk berkeliling kota. Suasana di alun-alun kota sangat ramai, bahkan semua penjual makanan penuh dengan pembeli. Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya mereka bisa memesan makanan.

AntistrofiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang