Part 1

1 0 0
                                    



Mungkin, semua orang merasa kami adalah empat sahabat yang sangat perfect. Kami semua hidup berkecukupan. Padahal, sebenarnya kami juga tidak pernah berpikir kalau kami perfect. Untukku pribadi, kami semua hanya sahabat biasa, meskipun kami bukan dari kalangan yang berkecukupan pun, kami akan selalu bersahabat. Kami bukan sahabat yang perfect, kami hanya empat sahabat biasa. Satu-satunya keinganku adalah agar persahabatan kami abadi selamanya.


"Kak Cheza! Kata kak Hiro, kakak disuruh datang ke ruang musik," kata seorang adik kelasku padaku.


Aku tersenyum. "Thanks."


Adik kelasku yang sama sekali aku tidak tahu namanya itu tersenyum padaku. Matanya menunjukkan dia terpesona padaku. Tapi nggak tahu juga sih, mungkin aja aku yang kegeeran. "Sama-sama kak," katanya.


Aku tersenyum lagi, lalu berjalan meninggalkannya. Kenapa sih adik-adik kelasku bisa mengagumiku dan sahabat-sahabatku? Padahal, kami nggak ada istimewa-istimewanya, biasa aja. Kami masih kelas 2 dan lebih anehnya, meski kami baru kelas 2 dan lebih muda dari mereka, anak-anak kelas 3 juga mengagumi kami, entah apa alasannya. Aneh bukan? Padahal, jelas-jelas kami berempat masih satu tahun lebih muda dari mereka. Para guru juga mengagumi kami, bukan mengagumi, tapi sedikit mengistimewakan, itu yang aku paling heran, padahal, aku tidak pintar, cantik, atau pun mempesona seperti sahabat- sahabatku yang lainnya. Itu menyebalkan!


Namaku Cheza Amandita. Teman-temanku memanggilku Cheza. Aku anak pengusaha hotel. Rambutku panjang dan bergelombang, tentunya berwarna hitam, tapi agak kecoklatan. Waktu pertama kali masuk SMA, aku dijauhi, mungkin karena banyak teman- temanku yang menganggap aku sombong. Padahal, aku sama sekali nggak sombong, mereka saja yang salah mengerti aku. Aku memang sulit bergaul dengan orang yang belum kukenal. Namun, pada akhirnya aku malah mendapat tiga sahabat baik, Yuri, Hiro, dan Kyo. Mereka bertiga bersahabat sejak SMP, aku masuk ke dalam persahabatan mereka.


Mereka sangat baik padaku. Meski baru satu tahun bersahabat, sepertinya sudah lama sekali kami bersahabat. Aku merasa nyaman bila bersama mereka.


Akhirnya, aku sampai ke ruang musik. Ruang musik ini mungkin tempat kami berempat berkumpul. Ruangan ini masih sangat bagus. Meski, jarang sekali dipakai. Anehnya, kepala sekolah mengijinkan kami memakai ruangan ini untuk berkumpul. Sekarang, ruang musik ini malah seperti ruang VIP untuk kami. Aku membuka pintu.


"Kamu telat, Che!" omel Yuri, sahabat cewekku yang sangat misterius.
"Sorry, sorry."
Yuri tersenyum, lalu mendekatiku. Dia langsung mencubit pipiku. "Imutnya! Kamu kok


imut banget sih, Che!" "Yuri!"


Yuri memang cantik dan dia juga sangat peduli padaku. Dia sering mencubiti pipiku. Sangat menyebalkan! Rambut Yuri panjang bergelombang berwarna hitam pekat. Matanya hitam kecoklatan. Kulitnya sangat mulus dan putih. Aku benar-benar sayang Yuri. Sikapnya padaku tidak seperti sikapnya pada orang lain. Padaku, dia benar-benar bertingkah seperti anak kecil, pada Hiro dan Kyo juga. Aku suka sikap Yuri yang seperti anak kecil, karena kupikir itu diri Yuri yang sebenarnya. Kalau pada orang lain, Yuri tampak dewasa. Sepertinya, sikapnya itu tidak dibuat-buat oleh Yuri, sudah kewajiban seorang nona besar tentunya. Yuri sangat populer diantara cowok-cowok. Banyak yang naksir Yuri, tapi Yuri selalu menolak. Yuri selalu bilang dia sudah punya pacar. Tapi, Yuri sendiri menyembunyikan identitas pacarnya dariku.


"Hiro, apa aku segitu pelupanya sampai kamu perlu mengingatkanku untuk datang ke sini?" sindirku.


Hiro masih cuek sambil terus memainkan laptopnya. "Habisnya, kamu nggak datang- datang, sih," jawabnya cuek.


"Memang sih aku telat. Tapi, aku kan pasti datang!" omelku.
Hiro tersenyum. "Aku tahu, kok. Aku cuma menjahilimu!"
Hiro adalah sahabatku yang paling pintar. Setiap hari, dia membawa laptop


kesayangannya. Entah kenapa, guru-guru mengijinkan dia membawa laptop. Itu aneh sekali. Hiro sangat populer diantara cewek-cewek. Tapi, sepertinya tidak ada satu pun yang ditanggapi Hiro. Hiro itu bukan sahabat baruku di SMA, kami sudah berteman sejak SD, tapi waktu itu, kami tidak terlalu dekat. Keluarga Hiro dekat dengan keluargaku, aku jadi sering bertemu Hiro, tapi waktu itu kami tidak terlalu akrab. Semenjak masuk ke SMA, kami menjadi sangat akrab sehingga orang tuaku dan orang tua Hiro bingung. Itu menyebabkan keluargaku dan keluarga Hiro ingin menjodohkan kami, tentu saja kami tolak.


"Cheza, hari ini kamu bawa bekal apa?" tanya Kyo padaku.


Aku langsung mengeluarkan bekal makanan yang kubawa. "Ini! Aku membuat omelet!"


Kyo tersenyum girang. "Wah, omelet! Enak nih!"


Kyo itu atlit. Dia juga anak orang kaya tentunya. Kyo sangat baik. Dan dia adalah orang yang kusukai, itu adalah rahasia yang tidak bisa kukatakan pada siapa pun, termasuk Hiro dan Yuri. Kyo itu orang yang mengajakku untuk bergabung dengan Yuri, Kyo, dan Hiro. Mereka tiga sahabat karib sejak SMP.


Kejadiannya sudah setahun yang lalu. Waktu itu, masakan buatanku sisa dan nggak ada yang mau makan, aku udah terlalu kenyang. Aku berniat membuang masakanku. Di kelas, aku belum punya teman. Aku sulit bergaul. Tiba-tiba Kyo muncul. Dia mengagetkanku. Dia langsung loncat dari jendela kelasnya. Dia sangat lincah saat itu. Topi kesukaan Kyo melayang ke arahku.


"Tolong tangkap topiku!" pintanya.


Aku menangkap berusaha topi itu. Saat itu karena nggak hati-hati, kotak makananku jatuh. Kyo dengan sigap langsung menangkap bekalku. "Hati-hati dong!" katanya sambil mengembalikan kotak makananku.


"Thanks. Ini topimu," kataku sambil menyerahkan topi Kyo.


Kyo langsung memakai topinya. "Thanks juga." Kyo mengamati bekal makananku. "Ini mau kamu apain?"


"Mau kubuang."
"Kenapa?"
"Mm... bekalnya masih sisa, padahal aku udah terlalu kenyang."

"Isinya apa?" Aku membuka kotak itu. Isinya omelet. Wajah Kyo langsung sumringah. "Wah, omelet! Aku suka banget tuh. Eh, daripada dibuang, mendingan kumakan aja deh. Boleh nggak?"


Aku tersenyum senang. Dia baik sekali. "Boleh."
Kyo memakan bekal itu dengan lahap. "Enak! Enak sekali! Eh, ikut aku yuk!"
Aku sama sekali tidak melawan, karena mungkin, waktu itu, hatiku sudah menjadi milik cowok itu... Aku yang dijauhi, diberi tempat hangat oleh Kyo. Tiga sahabat yang sudah bersahabat sejak SMP, aku merasa tidak asing bersahabat dengan mereka. Walaupun, baru setahun kami bersahabat, rasanya aku sudah kenal mereka sejak dulu. Kalau, si Hiro sih memang sudah kenal dari dulu, tapi dulu nggak akrab, lebih tepatnya kami jarang ngomong dulu. Aku merasa sangat beruntung bisa mempunyai sahabat seperti mereka bertiga. Aku ingin kami bersahabat selamanya, meskipun aku tahu, hal itu tidak mungkin terjadi. 

Love LabyrinthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang