. dua

959 221 41
                                    

Udah dua hari ini kejadian di malam festival itu masih keinget aja sama Nara. Lengkap. Gimana awalnya dia duduk terus berdiri dan ngasih tau namanya tiba-tiba.

Tapi dengan itu, gadis Senja dengan mudah mencari informasi lebih siapa Langit Samudera yang sesungguhnya.

Langit Arkana Samudera, Jurusan Manajemen'18. Umur sama tapi ternyata dia lebih dulu masuk kuliah karena sekolah SD yang terlalu dini.

Sebenernya ada kaget tersendiri buat Nara, padahal udah hampir 2 tahun dia dan Langit berdiri di fakultas yang sama, tapi dia bener-bener baru tau ada manusia semanis Langit disana.

Yang di depannya cuma bisa geleng-geleng kepala, karena sedari tadi Nara gak berhenti bicara.

"Gue udah cari ke pojok-pojok ruangan juga gak ketemu sama Langit." katanya kecewa.

Belum dijawab Lea, Nara malah ngomong lagi dengan enggak santainya.

"Jangan-jangan dia makhluk gaib?!"

Lea segera memukul pelan tangan sahabatnya. "Nggak lah! Emang anaknya biasa aja."

"Dia manis!"

"Nggak gitu! Maksud gue, dia gak populer kaya Kak Abi. Tapi dia temenan kok sama Kak Abi. Malah ada rumor mereka punya studio gitu buat kumpul. Ya semacam markas."

Nara menganga tak percaya. Menyebalkan sih, sebab semalam dia tanya-tanya ke Lea, dia tak jawab sama sekali. Ternyata, dia malah tau sedetail ini.

"Terus ya Nar, yang gue tau Langit itu satu-satunya dari temen Kak Abi yang gak begitu punya riwayat deket sama cewek."

BRAK!!

Meja bergetar seketika karena Nara. Matanya membulat sempurna. Lea balikin badan dan ikut melihat apa yang membuat Nara segitunya.

Ternyata,

"Itu Langit kan Le?"

Lea mengangguk. Sedangkan sang gadis di depannya langsung menyambar tas dan lari secepat mungkin nyamperin pemuda disana.

Yang ditinggal cuma diam dan nggak habis pikir sama kelakuan sang Senja.

Langit cepet banget jalannya. Nara udah lari sekuat mungkin tapi tetap aja jarak mereka masih jauh untuk Nara gapai.

"LANGIT!!"

Nara berdecak kesal.

"LANGIT!!" panggilnya.

Kedua kalinya, gagal.

Dan,

"LANGIIIITTTT!!"

Sepanjang koridor bener-bener kebisingan sama suaranya. Untung koridor sepi dan cuma ada beberapa, kalau nggak mau dikemanain urat malunya?

Si pemilik nama Langit juga menoleh, mengangkat kedua alisnya begitu di depannya ada Nara yang terduduk lemas seketika.

"Kamu kenapa hei?"

Nafasnya masih gak teratur. Dia dongkakkan kepala sampai akhirnya manik mata keduanya ketemu.

"Gue...hosh...manggil lo.. dari tadi."

Langit menahan senyumnya dengar deru nafas Nara yang berapi-api.

"Mau ngapain?"

Nara bangkit dengan semangat, kemudian mengeluarkan hape kesayangannya ke Langit.

"Bagi nomor lo!"

Siapa sih yang gak kaget kalau ada yang minta nomor tiba-tiba. Nggak terkecuali Langit, yang ini baru pertama kalinya buat dia.

"Kok bengong sih!"

"Kamu siapa?"

Nara menghela nafasnya. Kemudian menguncir rambutnya sementara pake tangan.

"Gue yang lo bikin kesel pas festival kemaren!"

Langit keliatan lagi mikir. Kemudian dia mengangguk ragu, dan akhirnya ngaku.

"Oh, kenapa kesel?"

Nara berdecak.

"Lo emang ngeselin!"

"Terus kalo ngeselin ngapain minta nomor saya?"

"Karena gue suka!"

0-1 buat Nara.

Langit mematung seketika. Menghela nafas kemudian mengembalikan hape milik Nara. Yang punya hape kebingungan apa yang dilakukan pemuda di depannya.

"Nggak usah tau, gue gak punya WA."

"Tadi saya, sekarang kenapa jadi gue?!"

"Karena gue gak suka."

1-1 buat Nara.

Nara beneran bingung kenapa dia ditolak mentah-mentah. Padahal penampilannya cukup baik meskipun rambutnya acak-acakan, make up juga aman.

Langit langsung berbalik dan ninggalin Nara yang masih diam.

"LANGIT TUNGGU!"

"Kenapa lagi?"

"Kalo lo ketauan punya Whatsapp, lo jadi pacar gue!"

1-2 buat Nara.

Sekarang yang dibuat diam adalah Langit. Nara senyum gak jelas kemudian ngelewatin Langit gitu aja.

"Wah, dia beneran gila."

A/N: gimana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A/N: gimana?

saran dan kritik👉

bintangnya
dipencet ya,
makasih.👇

for : langitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang