. empat

794 196 32
                                    

Sosok Narasi Senja mulai sekarang udah gak asing lagi di mata Langit. Perempuan yang selalu menyapanya ketika berjumpa, perempuan yang selalu tersenyum dan menampilkan matanya yang sipit ketika ia berbicara, perempuan yang tak pernah patah semangat untuk mendekatinya, kini sudah selangkah lebih dekat dengannya.

Bagi Nara sih iya, tapi untuk Langit sendiri.. Nara masih sosok pengganggu yang tiba-tiba datang kepadanya. Entah kenapa gadis itu malah tertarik padanya.

Nara aneh, Nara gila. Kata Langit.

Dan lagi-lagi kata gila udah ngikutin nama Narasi Senja kemana-mana. Buktinya dengan tidak tahu malu, gadis itu malah jingkrak-jingkrak di kantin sana, memanggil nama Langit dan menyuruhnya untuk segera datang kesana, padahal jarak mereka tak lebih dari 100m saja.

Yang dipanggil mana mau datang, ia malah melangkahkan kaki menjauh dari sana, bodo amat sama janji dia dan temannya buat makan sama-sama.

Gadis disana cemberut begitu lihat si pemuda pergi, detik selanjutnya Nara malah ambil tas dan ninggalin temannya buat nyamperin Langit lagi.

Kali ini Langit kalah, karena beberapa detik berikutnya sosok Nara udah berdiri di hadapannya.

"Gue kan nyuruh makan. Kenapa malah pergi sih?!"

"Gak selera lagi."

"Gara-gara gue?"

Yang di depannya ngangguk tanpa ragu. Lipatin tangan dan taro di depan dada, pemuda itu menatap malas gadis di depannya.

"Jangan ikutin gue lagi."

Nara mana bisa nurut perintah yang bertolak belakang dengan tujuannya.

"Nggak bisa, gue udah naksir lo."

Si Samudera memejamkan matanya. Bosan dengan pengakuan Nara.

"Ayo makan. Kita udah seminggu kenal gak ada nomor handphone seenggaknya makan bareng."

Nara senyum manis, manis banget padahal. Tapi sekali lagi, Langit udah kebal sama gadis di depannya.

"Waktu itu lo bilang pulang bareng cukup. Sekarang makan bareng. Gue gak mau ya berurusan sama lo."

"Kenapa? Karena rumor gue yang jelek udah kesebar dimana-mana?"

Langit diam.

Nara ikut diam.

Matanya masih natap Langit dengan seksama. Atmosfir keduanya tiba-tiba berubah dingin kaya di kutub utara.

Kalau bukan Nara, mana mungkin gadis lain bisa seberani itu deketin Langit, mana mungkin gadis lain bisa ngomong dengan percaya diri di depan gebetan mereka pasal rumor jelek mereka.

Cuma Nara. Sejauh ini. Dimata Langit, cuma Nara yang bener-bener gila.

Sekali lagi, Nara gak peduli. Karena tekadnya udah bulat buat ngejar Langit sampai dapat.

"Gue gak pernah dengerin gosip."

Nara senyum, terus ngangguk.

"Ayo mau ya makan bareng?"

Langit kaget banget begitu tangan Nara ngeraih tangan kanannya. Masih dengan senyum yang gak berarti apa-apa.

Baru mau bicara tapi sosok ketiga malah datang tanpa diundang. Gadis berponi itu melipat tangannya di depan dada sambil nampilin wajah mengejeknya.

"lo ga malu apa ya setelah ngatain gue sampah karena selingkuh, ternyata lo juga selingkuh. wkwk sama sama sampah."

Nara noleh ke belakang, nampilin gadis yang udah dimasukin ke black note dia. Dengan segera ia melepas tangan sang Samudera kemudian berbalik menatap musuhnya.

for : langitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang